Rival (2)

2.6K 351 49
                                    

"Seulgi?"

Gadis berambut hitam pendek itu langsung narik kursi diantara Kyungsoo dan Sehun, tepat menghadap Kai. Pria putih pucat yang baru aja ditampar itupun jadi makin pucat.

"Gue gak mau tahu. Lo harus minta maaf dan bikin dia masuk sekolah lagi," ancamnya gak setengah-setengah. Matanya yang punya lipatan sangat kecil itu semakin bikin orang-orang di sekitarnya sedikit bergidik. "Dia sampe gak mau makan. Keluar kamar juga enggak. Gila kan lo!"

"Sumpah ya gue gak maksud bikin dia kaya gitu," bela Jongin sambil benerin posisi duduknya. "Apa yang pernah dia lakuin ke gue bahkan lebih parah. Ini sih gak ada apa-apanya. Itu nasi tinggal dibuang aja harusnya gak usah pake acara trauma segala."

"Kok malah ngajak berantem?" Seulgi naik darah. Dia udah di puncak paling kesel kalau masalah ngasih tahu ke ketua geng ganteng tapi gila kaya Kai. Udah tahu salah masih aja ngelak.

"Lagian kok dia bisa phobia sama nasi?"

Flashback.
Ayah Soojung adalah dokter paru-paru, sedangkan ibunya aktifis lingkungan. Enggak heran kalau dari kecil Soojung sangat suka sama hal-hal yang berbau mahluk hidup ataupun alam.

10 tahun yang lalu, tepatnya umur Soojung masih tujuh tahun waktu itu. Kedua orang tuanya diundang di sebuah acara konferensi kesehatan dunia. Tepatnya di mumbai, India. Mumbai adalah salah satu kota paling padat di India. Banyak banget pabrik disana, yang dibuat untuk menunjang kebutuhan hidup. Salahnya adalah, pabrik-pabrik disana kebanyakan buang asap tanpa di filter. Otomatis polusi udara yang ada di mumbai sangat parah. Satu menit menghirup asap Mumbai itu sama aja kaya menghisap dua bungkus rokok.

Karena penduduknya banyak, otomatis sampah rumah tangga juga numpuk banget. Intinya adalah orang tua mereka bakal diskusi masalah serius dan harus stay untuk beberapa hari disana makanya Soojung dan Sooyeon diboyong juga. Mau tidak mau.

Suatu pagi di jalanan yang macet, Soojung dan keluarganya diantar dari hotel ke tempat konferensi. Mobil berhenti untuk beberapa belas menit di sebuah jalan yang dihapit pasar tradisional yang ramai.

Soojung kecil yang penasaran, nggak pernah lepas dari kaca mobil. Dia ngeliat lingkungan yang beda banget dari tempat tinggalnya di LA. Sampai dia nemuin satu pemandangan yang sampe saat ini gak pernah bisa dia lupain.

Seorang anak perempuan, mungkin seumurnya, sedang berjongkok di pinggir jalan dengan satu bungkus nasi di depan kakinya. Anak itu kelihatan ragu untuk menyantap makan paginya, tapi sedikit demi sedikit, dengan tangannya yang sedikit hitam, dia mulai menyuapkan nasi itu.

Soojung memerhatikan. Nasi itu terlihat aneh. Lauknya berantakan, berair, dan berwarna kuning kecoklatan. Mungkin curry, tapi tidak semenarik buatan ibunya. Beberapa detik kemudian, ada yang bergerak di bawah sana. Diantara nasi-nasi itu.

Belatung.

Soojung meletakkan kedua telapak tangannya di kaca, berusaha membuat anak perempuan yang rambutnya dikepang dua itu untuk melihatnya meskipun jarak mereka tidak dekat. Dia terus mengisyaratkan untuk jangan memakan nasi berdebu yang berasal dari langkah kaki orang-orang pasar. Tapi teman nya itu tetap memakannya. Mengunyahnya dalam jumlah yang besar.

Soojung mual. Wajahnya memucat. Tidak tahan lagi, dia memegang kenop untuk membuka kaca mobil, tapi Sooyeon menahannya.

"Jangan."

"Tapi kak. Dia..." Soojung menunjuk ke luar jendela.

Sooyeon yang penasaran, mulai bergeser ke kaca sebelah adiknya. Tapi mobil malah melaju, meninggalkan anak india itu jauh. Sooyeon masih mengitarkan pandangannya tapi dia tidak melihat sesuatu yang aneh.

Kaistal Short StoryWhere stories live. Discover now