My Long Lost Gem

11.5K 627 29
                                    

Sudah memasuki bulan Januari. Konohagakure masih terselimuti warna putih di seluruh penghujung desa. Aroma kue dan teh bisa tercium di seluruh sudut dan jalan jalan.

Haruno Sakura menatap keluar jendela. Didekatnya, terpajang foto yang amat dijaga olehnya. Foto pertamanya dalam Team 7. Saat ia resmi menjadi ninja. Awal dari persahabatan yang terjalin hingga saat ini. Dan awal dari seluruh cerita yang ia simpan rapat dalam hatinya.

"Mendapatkan kesempatan libur ini sebenarnya menyenangkan. Tapi apa yang bisa kulakukan di cuaca seperti ini?" , keluh Sakura. Biasanya, ia akan langsung menghubungi sahabatnya Ino Yamanaka. Putri dari pemilik Toko Bunga Yamanaka. Temannya sejak kecil. Tapi saat ini Ino sudah pasti sedang bersama dengan Sai, menghabiskan waktu bersama.

Ia sebenarnya bisa saja meminta Naruto menemaninya untuk sekedar mengunjungi kedai Ichiraku Ramen. Hanya saja, ia tahu betul kalau Naruto juga sedang bersama dengan Hyuuga Hinata, kekasihnya. Tentu saja Sakura tidak ingin merusak waktu berharga teman temannya hanya karena ia merasa bosan.

"Aku harap kalian semua bersenang senang." , ujarnya pelan sambil menyimpulkan senyum tipis.

Merasa sudah banyak waktu yang terbuang, gadis berambut cerah itu memutuskan untuk melakukan apapun yang ia bisa dirumah.

Hari sudah menjelang sore ketika terdwngar suara ketukan dari pintu depan rumah.

"Eh? Siapa yang datang di waktu seperti ini? Ditengah salju? Apa mereka tidak mati kedinginan?", pikir Sakura sambil berjalan menuju pintu depan setelah ia mengesampingkan sepiring onigiri yang ia buat sepanjang siang tadi.

"Siapa?" , seru Sakura, berharap ia bisa segera mengetahui siapa orang yang cukup gila untuk keluar di cuaca yang bisa dibilang membekukan ini.

Tidak ada jawaban.

"Ugh, apa susahnya sih untuk menyebutkan nama?", gerutu Sakura

"Jangan bilang ini panggilan dari rumah sakit. Di hari liburku yang berharga." , Sakura masih menggerutu saat ia menggenggam gagang pintu rumahnya dan membuka pintu.

"Ada ap............"

Waktu serasa berhenti saat Sakura melihat siapa yang berdiri dibalik pintu itu. Ia tak bisa berpikir. Kata katanya tersendat dan ia benar benar tidak mengerti apa yang harus dilakukannya.

Di tengah salju Januari ini , didepan pintunya, berdiri seorang pria ya g lebih tinggi darinya. Mengenakan jubah hitam panjang yang sebenarnya tidak cukup membantu di cuaca seperti ini.

Sakura langsung mengenali sepasang mata berwarna onyx itu. Ia tahu persis siapa pria dengan rambut hitam raven ini. Terasa seperti sudah bertahun tahun ia tidak melihat sepasang mata itu. Mata yang seakan bisa menenggelamkanmu cukup jauh.

Ia tampak lebih tinggi dari sebelumnya. Dengan katana di sekitar pinggang dan ikat kepala Konohagakure yang diselipkan disana. Bibirnya pucat kedinginan.

Sakura belum selesai menilai apa yang terjadi secara tiba tiba ini saat pria itu mulai bicara.

"Sakura...."

Suara itu. Suara yang sudah dikenal Sakura sejak lama. Suara yang selama ini sangat dirindukannya. Suara yang ia harap bisa ia dengar dalam mimpi.
Tegas dan tak bisa ditebak.

"S...Sasuke-kun...."
Mata emerald gadis itu masih terlihat terkejut. Namun, dengan cepat ia mempersilahkan pria itu masuk. Sadar bahwa membiarkannya berdiri lebih lama lagi diluar hanya akan membuat keadaan lebih buruk

Sakura mengantar Sasuke ke ruang tengah, dimana ia membiarkannya duduk sambil masih menatap tak percaya. Hal ini terlalu tiba tiba. Seluruh emosi dan perasaan mendadak terkumpul dan Sakura bahkan tak tahu apa yang harus dilakukan.

"Bersikaplah biasa saja Sakura", ia bergumam pada dirinya sendiri. Ia tahu bahwa hal itu hampir tak mungkin dilakukan, tapi ia tidak ingin membuat orang yang baru diremuinya lagi setelah sekian lama merasa risih. Ia tahu betul sifat Sasuke.

"Sasuke-kun....aku tak menyangka akan bertemu denganmu hari ini...duduklah dulu, kau pasti kedinginan kan?", ujar Sakura sambil berjalan untuk menyiapkan secangkir teh hangat. Nada gugup terdengar jelas pada suaranya. Hatinya serasa melonjak.

"Aa.." , jawab Sasuke singkat. Seperti biasa.

Air mata mulai mengalir di pipi gadis pemilik mata emerald itu. Dia tak mampu mengendalikan emosinya. Bertemu dengan seseorang yang amat berharga untuknya setelah beberapa tahun membuatnya kalah dari perasaannya sendiri. Wajah kuat yang selama ini ditunjukkannya kepada dunia seakan hancur didepan pria ini.

Sakura baru saja ingin mencoba untuk kembali ke akal sehatnya dan menghentikan desakan perasaannya saat tiba tiba ia merasakan tangan yang hangat menyentuh kepalanya. Seakan tahu apa yang ingin ia sampaikan bahkan tanpa Sakura mengeluarkan sepatah kata pun.

"Maaf. Maafkan aku.", ujar pria itu penuh sesal.

Sakura tak mampu membendung perasaannya lagi. Ia amat merindukan pria ini. Pria yang membuatnya bisa berbuat cukup gila untuk meninggalkan kehidupannya atau bahkan mengorbankan nyawanya.
Air mata gadis itu tak terbendung. Tidak. Ia tidak sedih dan ia tahu itu.

"Maaf ? Untuk apa?", ujar Sakura sambil berusaha untuk tetap menahan tangis walaupun ia tahu hal itu sia sia saja.

"Maaf untuk semuanya. Maaf karena aku harus membuatmu menunggu. Maaf karena kau harus mengalami semua ini."

Dipeluknya gadis itu, ia pun merasakan hal yang sama. Sakura adalah satu satunya orang yang memutuska untuk tidak meninggalkannya walau saat ia mencoba untuk menghempaskannya berulang kali.
Sakura ada disana.
Ia menunggu
Dan saat ia merasa seluruh dunia membencinya
Sakura ada disana, dengan senyuman, walaupun ia tahu bahwa gadis itu menderita.

Sakura hanya terdiam. Air matanya terus mengalir. Ia benar benar mengenali pelukan ini. Dan betapa bersyukurnya dia, mengetahui bahwa pria yang selama ini selalu ia bawa dalam permohonannya kembali dalam keadaan baik baik saja.

Waktu terlewat diantara mereka berdua. Sakura pun memyadari. Mereka tak memerlukan kata kata. Mereka tahu betul apa yang mereka rasakan.

"Apakah kau sudah menemukan apa yang kau cari Sasuke-kun?" , bisik Sakura lembut sambil memandang sepasang mata yang sekarang ia yakini telah mengenal kebahagiaan. Sepasang mata yang dulunya hanya mengenal kesedihan.

"Ya, aku sudah menemukannya."
"Aku menyakiti semua orang disekitarku, tanpa tahu apa yang kucari."

Pria itu terdiam sejenak. Ia menarik gadis itu kedalam pelukannya sekali lagi.

"Hingga pada akhirnya, aku sadar...apa yang kucari selama ini."
"Aku mencari tempat, dimana aku bisa menemukan "rumah" untukku"
"Dan disanalah aku menemukanmu"

Gadis itu terdiam sebelum akhirnya berkata.

"Aku telah memberitahumu. Perasaanku takkan berubah. Aku akan terus menunggu. Bahkan ketika kau pergi."
"Karena saat kau kembali, akulah yang akan menyambutmu dengan senyuman. Kau selalu punya "rumah" disini.", ucapnya sambil tersenyum.

"I've found you. My long lost treasure. My beautiful catastrophe. The emerald sea."

"Your smile was a question. And I want to spend my whole lifetime answering."

One In A MillionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang