Bagian 14

5.2K 707 25
                                    

Aria akan mencatat ini. Satu, kalung yang dibawanya bukanlah jimat. Ini hanyalah peta yang disembunyikan Aran dan secara tidak sengaja atau sengaja diberikan Aran pada Aria agar diselamatkan. Dua, ilmu sihir itu tidak bisa dimengerti. Seilah hanya menjelaskan untuk mengikuti pertanda dari alam. Masalahnya, pertanda macam apa yang dimaksud Seilah? Gempa? Banjir? Gunung meletus? Tiga, Aria tidak memiliki senjata untuk melindungi dirinya sendiri. Barang yang diberikan Seilah sebelum mereka berpisah hanyalah beberapa butir berry kering. Itu saja katanya sudah cukup untuk melindungi Aria. Tentu saja, Aria yakin buah-buahan kering itu akan melindunginya dari serangan ular berbisa, pembuas liar, dan mungkin bisa menjauhkan Aria dari para elixer. Empat, Seilah hanya berkata bahwa Aria hanya perlu berjalan mengikuti jejak babybreath yang bermekaran di hutan.

Dan kini, Aria berjalan dengan napas tersengal mengikuti jejak babybreath yang diinstruksikan Seilah padanya. Aria bersumpah, setelah ia memecahkan teka-teki kalung Aran, dia akan pergi ke kota terdekat dan memulai hidup sebagai pedagang. Itulah yang Aria rencanakan: menjadi pedagang sukses.

Namun, sebelum itu, dia harus memastikan bahwa hidupnya tidak terancam bahaya.

Menyelesaikan potongan peta yang ada dalam kalung pemberian Aran, sialnya, Seilah berkata agar Aria pergi ke sebuah tempat yang disebut dengan Reruntuhan Rea. Tempat yang menjadi sejarah terbentuknya Rea, tempat di mana seluruh sisa Rea masih tersimpan rapi, dan tempat yang tidak mudah untuk dijangkau.

Memastikan kondisi; Aria tidak memiliki kuda, tidak ada uang, tidak ada senjata, tidak ada benda berguna, dan hanya memiliki beberapa berry yang kegunaannya masih diragukan.

Kesimpulan: Aria terjebak!

Malang nian nasib Aria, sejelek-jeleknya hidup seorang Aria, dia tidak pernah menyangka akan mengalami hal-hal yang tidak pernah terjamah pikiran sempitnya. Tapi itu tidak penting, sekarang yang perlu dilakukan Aria hanyalah berusaha menyelamatkan diri dari elixer dan pembuas yang mungkin berkeliaran di sini. Semoga saja Aria tidak perlu berjumpa dengan hal-hal yang dikhawatirkannya itu.

Jejak babybreath mengantar Aria ke sebuah jalan setapak. Berbeda dengan vegetasi sebelumnya yang didominasi dengan waru hitam dan tanaman berdaun meruncing, kini Aria bisa mencium aroma pinus. Pencahayaan tidak terlalu buruk, Aria melihat beberapa ekor burung berwarna kuning cerah tengah bertengger di salah satu cabang; bersenandung sembari memperhatikan pepohonan sekitar.

Suasana yang cukup kondusif, Aria aman ... semoga saja dia memang berada di tempat yang benar. Kini dia hanya perlu berjalan. Tidak, Aria tidak mungkin kuat berjalan kaki sejauh itu. Apa yang harus dilakukannya?

Sejenak Aria terdiam di tempatnya berdiri. Bingun.

"Dasar pelit!" umpatnya. "Memangnya dia tidak bisa melakukan sesuatu dengan meminjamkan tunggangan atau apa pun yang mungkin bisa mengantarku?"

Terdiam. Aria tahu bahwa dia bersikap kekanak-kanakan. Menghina seseorang tidak akan merubah fakta mengenai keadaannya sekarang. Terbersit pemikiran untuk tidak melakukan pencarian Nirvana, mungkin Aria bisa ke kota manusia terdekat dan menyerahkan kalung tersebut ke orang lain.

Aria menggeleng. Ini tidak benar. Bagaimanapun juga, ini adalah tanggung jawab Aria. Dia tidak bisa begitu saja lepas tangan dan membebaskan diri dari sesuatu yang menjadi kewajibannya.

Benar. Yang perlu Aria lakukan hanyalah menjalaninya saja. Maka kini, dia mulai melangkah menuju arah yang ditunjukkan Seilah.

***

Tidak diragukan lagi, Ringga berkuda menuju utara, mengikuti arahan pemanen jiwa yang dijumpainya di Savana. Untunglah, Ringga belum menjumpai elixer mana pun. Jika tidak, mungkin dia harus berusah payah menyingkirkan mahluk tersebut.

Suara angin yang berdesing di telinganya, membuat Ringga merasa tengah diperingatkan. Tak tahu, mungkin ini hanyalah firasatnya saja; ada sesuatu yang tidak beres dengan anak perempuan yang dicarinya. Keanehan itu; tentang bagaimana sang pemanen jiwa menatap pilu arah yang dituju si gadis, elixer yang mengejar gadis itu, dan entah bagaimana semesta menyelamatkan gadis itu dari maut.

Siapakah dia? Aria.

Ketika berbagai macam pikiran mulai memenuhi benak Ringga, kuda yang Ringga tunggangi membawanya semakin dalam menuju hutan.

Andai Ringga tahu, pilihan yang diambilnya akan mengikatnya bersama Aria ke dalam masalah yang harusnya dijauhinya. Sayang, Ringga tidak tahu.

Secret Paladio (Baca Lengkap Dreame/Innovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang