"Lihat kertas itu!"

Casey bergumam malas, namun ia tetap mengamati kertas yang disodorkan Lucien padanya.

"Undangan pesta topeng Karoac Ltd untuk cari istri?" mata Casey mendelik ngeri di depan wajah Lucien.

"Cukup datang ke sana." pinta Lucien. "Aku butuh kau,"

"Kenapa?" Casey tertawa mengejek. "Kau kode aku untuk kawin lari bersamamu?"

Lucien kelihatannya lelah. Dia tak sanggup berdebat dengan mulut buaya temannya ini. "Aku akan mengantarmu ke jasa pengusiran setan, Casey. Aku sedang peduli padamu."

"Terima kasih atas perhatianmu, kawan." Casey tersenyum lebar. "Tapi kupikir kaulah setannya."

Tatapan membunuh dua kali lipat menembus manik bulatnya.

"O-Oke, kau tak perlu menatapku begitu. Buat saja semuanya jelas." Casey memutar badan enteng lalu berjalan menuju sofa, menyamankan diri di sana dan mengacak surai madunya berantakan.

Lucien selalu berpikir bahwa tingkahnya itu sok keren. Dia menarik napas panjang.

Dalam hati, Casey sedang menghitung satu sampai tiga.

Satu.

Dua.

Tiga.

"Sudah? Mau mulutmu kusumpal? Itulah kenapa aku memilih untuk diam saat mulutmu terus mengoceh sejak tadi. Kau cerewet, persis kodok buluk ngebet kawin. Kau ember cicilan, hobi bocor walau kadang tak ada hujan. Lebih baik kau diam sebelum kepalaku benar-benar mengeluarkan asap dan memutuskan untuk memecatmu dari sini!"

"Lu, kau tahu, aku hanya bicara—"

"Bisa diam tidak?"

Casey langsung mengunci mulutnya rapat, tapi mata masih menatap Lucien jengkel.

"Pertama, seaneh apapun jalan pikiranmu, itu bukan kode mengajakmu kawin—apalagi kawin lari, oke?" kata Lucien, berdiri dari tempatnya dan memilih duduk di sebelah Casey. Jari telunjuk dan tengah dinaikkan. "Kedua, aku tak pernah menginginkannya!"

Casey meiliriknya dengan alis menaik. Lucien melanjutkan, "Terakhir, siapa lagi yang bisa melakukan itu kecuali Nyonya Karouac tersayang?"

Casey mengerjap. "O-Oke. Otakku mulai paham. Kau sedang membicarakan Camille,"

Lucien membuang napasnya kasar lewat mulut, menengok ke wajah Casey yang berbanding terbalik dengan pernyataannya barusan. Dia menduga, Casey gagal paham.

"Shit, bung. Mati saja kau."

Kali ini Casey nyengir kikuk. Lehernya menggeleng-geleng. "B-Bukan begitu. Aku paham, sungguh. Jadi ... kapan acara itu akan diadakan?"

Lucien berjalan mendekat dan berbisik tajam. "Besok, malam."

Leher Casey mendadak merinding. Dia berdiri, menyampirkan jas abu-abunya di tangan. Menarik napas panjang lalu berkata, "Jadi, apa yang harus kulakukan di sana? Apa aku harus membawa Juan—ah ide bagus! Dia bisa kusuruh untuk jadi pacarmu."

Lucien menggeleng pelan, menengokkan kepalanya ke Casey. Dia ikut berdiri, menepuk pundak itu pelan.

"Tidak perlu. Cukup datang dan temani aku."

.

Chapter Two: The Day

.

"Apa kau tidak keberatan mengantarku pergi?" Sean memutuskan bertanya setelah hening beberapa saat.

Aron menyalakan musik hiphop dan tersenyum kecil. "Jangan khawatir. Kau adalah temannya temanku, temannya temanku juga temanku. Singkatnya aku punya teman, temanku punya teman, dan temannya temanku secara tidak langsung jadi temanku."

Cinderella Sean and LucienWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu