TAK TERDUGA

1.7K 549 295
                                    

Mei 2013.

Sejak putus dari Amar, aku menjadi tak betah tinggal di kost-ku. Aku ingin terus berada dikeramaian untuk mengalihkan perhatian. Aku memang tipe orang yang tak bisa sendirian jika ada masalah. Aku butuh teman untuk terus berada didekatku. Airin, Nanda, dan Enzhu sebenarnya tak keberatan melakukan itu, tapi aku tak ingin terus merepotkan mereka.

Selain ketiga orang itu, ada juga Mei. Dia adalah sahabatku sejak kecil. Aku juga sering berkunjung ke kost-nya dan kami akan mulai curhat-curhatan tentang masalah kami. Tapi akhir-akhir ini, aku sedang tak ingin mengeluh padanya, karena dia pun sedang terbelit masalah asmara. Sama sepertiku.

Beruntung, kakakku masih bertugas di Kota ini, jadi aku bisa menemuinya sesuka hati. Dia memiliki banyak koleksi buku dan film yang bisa membuat pikiranku rileks untuk sementara. Seandainya dia perempuan, aku ingin tinggal bersamanya.

Aku adalah tipe cewek yang sangat mudah jatuh cinta. Dan ketika putus. Aku juga menjadi cewek yang mudah untuk move on. Bagaimana bisa? Karena aku mencari cowok lain sebagai pelampiasan agar bisa melupakan perasaanku pada mantan pacar. Tapi akhirnya, aku akan benar-benar jatuh cinta juga dengan cowok yang dijadikan pelampiasan itu. Untuk itu, aku ingin berubah. Sekarang, aku ingin melupakan Amar dengan usahaku sendiri, bukan karena ada pelampiasan.

Menikmati alunan lagu sekaligus video clip kesempurnaan cinta, yang sengaja diputar oleh Si supir angkot, aku mencoba menebalkan dada untuk bersabar. Bukan bersabar untuk masalahku, tapi untuk udara yang semakin panas karena macet. Di depan kami, belum ada satu pun kendaraan yang bergeser. Kali ini macetnya memang lumayan panjang.

Bersukur karena angkot yang ada di Kota ini adalah angkot yang paling gaul dan modis di seluruh dunia. Di mana lagi coba, ada angkot yang dipasang stiker dan lampu warna-warni dan dilengkapi dengan TV, DVD, serta kamera CCTV sebagai pengganti kaca spion? Dan semua itu bisa menjadi pengobat rasa jenuh di saat macet seperti ini.

Sebuah pesan membuat ponselku bergetar. Segera ku keluarkan benda itu dari dalam tas. Nomor pengirimnya tak dikenal. Apakah mungkin ini dari... Amar?

Meski sedang berusaha move on darinya, tapi aku masih berharap dia akan menghubungiku lagi.

085240xxxxxx : Selamat Sore?

Sungguh pesan yang sangat singkat, padat, dan mengganggu. Ini pasti bukan Amar. Amar tak mungkin mau membuang waktu dan pulsa hanya untuk mengucapkan salam. Aku sangat mengenalnya. Ini pasti pesan dari orang yang tak punya kerjaan.

Sasi :
Selamat Sore.

Lima detik kemudian, pesan baru kembali masuk.

085240xxxxxx :
Kamu tahu aku siapa?

Oh Tuhan, orang ini menguras emosi banget.

Sasi :
Yang pasti kamu manusia, kan?

Pesan balasan kembali masuk, tiga detik kemudian.

085240xxxxxx :
Aku Harry. Masih ingat?

Mataku melotot begitu membaca pesan. Sulit dipercaya. Cowok itu mau menghubungiku lagi. Jangan ditanya bagaimana keadaan hatiku. Karena saking senangnya, aku sampai lupa turun dari angkot. Padahal kost-ku sudah lewat agak jauh. Dia memang menyebalkan tapi aku butuh teman bicara saat ini.

"Kiri, Om. Kiri!" Teriakku, meminta pak supir menghentikan angkotnya. Aku segera berlari masuk setelah memberikan uang kepada Si supir.

Sudah tiga hari berlalu sejak terakhir kali kami bicara. Aku pikir dia tak tertarik menghubungiku. Langsung ku tekan tombol hijau. Aku ingin memastikan kalau ini benar-benar Harry. Ditambah lagi, aku masih memiliki bonus nelpon gratis. Jadi untuk apa di sia-siakan?

My Weird BoyfriendWhere stories live. Discover now