Chapter 8

9.6K 795 14
                                    

Warning :
"......" penulisannya italic tandanya mereka aedang memakai bahasa jepang. Thanks ^^
.
.
.
.
.
Jaejoong, namja yang bersembunyi itu membekap mulutnya dengan kencang, mencoba menghalau semua rasa sakit saat melihat namja yang sudah tujuh tahun tidak dilihatnya secara langsung.

Dadanya berdenyut sakit mengingat apa yang dilakukan namja itu terhadap dirinya dan juga sang anak, Changmin.

Perlahan Jaejoong mencari tempat duduk dan menyandarkan kepalanya. Dia terus mengambil nafas dan membuangnya perlahan, mencoba menghilangkan rasa sesak di dadanya. Tiba - tiba wajah Changmin muncul dalam benaknya.

Menampakkan wajah Changmin saat berada di pemakaman sang adik, bagaimana Changmin bisa melanjutkan hidupnya meski hanya ada Jaejoong disampingnya. Melihat wajah Changmin tengah 'mengobrol' dengan adiknya.

Dia ingat bahwa dia tidak boleh lemah, tadi dia masih syok melihat Yunho dan sekarang dia sudah bisa mengatasi rasa syoknya.

Dia akan membuktikan pada namja Jung itu bahwa dia bisa bertemu dengannya dengan senyum berkembang di bibirnya setelah berpisah dengan Yunho. Dia akan menunjukkan bahwa dirinya dan Changmin bisa hidup tanpanya.

Ya!
Dia akan buktikan itu semua pada namja Jung itu! Dia tidak akan lemah lagi dihadapan Yunho. Dia akan membuat namja Jung itu menyesal karena telah membuatnya menderita.

Jaejoong membuka matanya, menghapus sisa airmata yang masih menggenang di pelupuk mata indahnya dan menghela nafas sebelum akhirnya bangkit dari duduknya. Jika ini saatnya dia bertemu dengan namja itu, maka dia akan menghadapinya.

Jaejoong melangkah pelan menuju tikungan rumah sakit, dia sudah tidak melihat lagi Yunho dan appanya di depan pintu ruang rawat Kibum. Kelihatannya mereka berdua telah masuk kedalamnya.


Deg

Deg

Deg

Deg




Jantung Jaejoong berpacu lebih cepat , dia memejamkan matanya dengan tangan menyentuh knop pintu. Dia hendak membukanya namun...


Drrttt

Drrtttt

Drtttt...




Jaejoong membuka matanya dan merogoh kantong celananya, dia menatap layar ponselnya. Sebuah nomor yang tidak dikenalnya.



"Yeobosseo?"

"Ah! Moshi moshi! Jejung san"





Jaejoong menjauhkan ponselnya dan mengeryitkan alisnya. Dia kemudian berjalan menjauh dari sana dan kembali duduk di tempat tadi dia menenangkan dirinya.

"Je-jejung san..."

"Hai?"

"Aku Yuya"

"Oh! Yuya san!"

"Ano... Bisakah aku minta tolong?"

"Hai?"

"Bi-bisakah kau menjemputku di bandara Incheon?"

"Ka-kau sedang di Korea?"

"Hai. Aku... Ada beberapa kepentingan bisnis sehingga aku harus ke Korea. Kepentingan bisnis ini begitu mendadak sehingga aku tidak sempat menyewa guide"

"Ng..." Jaejoong menggigit bibir bawahnya, haruskah dia menjemput Yuya atau masuk ke dalam ruang rawat Kibum?

"Ka-kalau kau tidak bisa biar aku sendiri sa-"

NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang