2

11.8K 1.2K 35
                                    

ARDO GARVITO

Perkenalan pertama yang cukup menarik. Perkenalan dengan makan malam bersama Asha berjalan lancar dan sebenarnya lucu. Dengan kacamata hitam berframe besar dan tatanan rambut klimis aku menemui teman Aya yang bernama Asha, aku bahkan ingin tertawa sendiri melihat penampilanku yang mirip cowok kutu buku walau aku tetap masih terlihat tampan. Aku hanya ingin tahu apa dia masih mau pergi denganku setelah aku bersikap menyebalkan dan terlihat nerd.

Awalnya aku menolak untuk dikenalkan pada Asha. Tapi demi Aya aku mau melakukannya. Dia terus bersikeras mengenalkan temannya agar aku tak sendiri lagi. Padahal aku baik-baik saja saat ini walau masih sendiri.  Dan pilihanku jatuh pada Asha.

Kurasa seseorang yang berteman mereka pasti memiliki kemiripan. Seperti Asha dan Aya, mereka berteman jadi pantas saja mereka sama. Sama-sama cablak tapi cantik. Aku tak menyangka dia yang imut bersuara nyaring dan suka bicara seperti Aya.

Saat ini aku sedang mengantarkan Asha pulang sampai di pintunya walau dia bersikeras menolak kuantar sampai pintu apartemennya. Aku sadar dia menghindariku, entah karena penampilanku atau karena sikapku yang membatasi ruang gerak dan bicaranya, tapi aku malah jadi semakin ingin mendekatinya.

Aku senang akhirnya bisa memaksanya untuk malam malam lagi lusa. Aku tak punya rencana sebelumnya akan ada pertemuan kedua, karena rencana awalku aku ingin dia tak mau bertemu denganku lagi. Tapi ternyata, dia sudah membuatku menginginkan pertemuan kedua. Jadilah aku memaksanya dengan berbagai macam cara. Siapa yang akan menolak pesona senyumanku? Hanya Aya sepertinya, dan kurasa Asha juga. Dia terlihat terpaksa mengiyakan. Bahkan sebenarnya dia tak mengiyakan tapi aku menganggapnya iya.

Di jalan pun aku menghubunginya, entahlah aku ingin mendengar suaranya. Suara yang cukup keras untuk seorang cewek yang imut seperti dia. Suaranya berbanding terbalik dengan postur tubuhnya. Asha itu tingginya mungkin tak sampai 160 cm dan sangat kontras saat berjalan di sampingku yang memiliki tinggi 185 cm.

Kuputar mobil menuju basemant apartemenku, belum sempat aku turun dari mobil ponselku sudah berbunyi. Nama Aya terpampang di sana. Awalnya aku ragu mau mengangkat tapi ponselku terus berbunyi sampai aku masuk ke dalam lift.

"Halo."

"Ya Aya."

"Kamu jangan bikin Asha takut dong," serunya.

"Takut gimana?"

"Ini kan first date kalian, jangan langsung banyak ngatur dong. Bikin ilfeel tahu."

"Oke, oke," jawabku mengulum senyum membayangkan Asha yang langsung curhat pada Aya.

"Ya udah ya, ini Nio udah ngomel-ngomel. Semoga sukses!"

Kutatap ponselku cukup lama. Senyumku seketika hilang mendengar nama Nio. Baiklah aku akan berusaha menyayangi Asha, karena itu aku terus berusaha mendekatinya. Jadi Aya tak akan mengkhawatirkanku lagi dan Nio akan lebih tenang menjaga istrinya yang sedang hamil.

Sejak kepindahanku kembali ke sini, Aya sudah langsung mengenalkanku dengan berbagai macam tipe cewek lewat foto-foto dan Asha adalah cewek pertama dan terakhir yang aku iyakan untuk berkenalan lebih lanjut. Selain Asha aku menolaknya karena Asha terlihat berbeda dari awal aku melihat fotonya. Senyum lebar Asha kuharap bisa jadi pengganti senyum Aya di hatiku.

Next GirlOù les histoires vivent. Découvrez maintenant