Part 37 : Peringatan

Start from the beginning
                                    

Jarak Freya dengan Miki kini hanya beberapa meter.

"Oh Freya, lama tidak bertemu," sapa Miki.

Freya hampir-hampir tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya. Miki menyapa dirinya? Setelah pria itu memilih berada di kelas yang berbeda semenjak kenaikan kelas XII?

"Ya, lama tidak bertemu," balas Freya. Freya terburu-buru berjalan melewati Miki. "Maaf aku harus segera ke Cafetaria Yeon."

Tanpa terduga Miki menahan tangannya begitu Freya melewati pria itu. Otomatis Freya memalingkan wajahnya untuk menatap Miki. Rona merah menjalari pipi gadis itu begitu mendapati Miki menatapnya dengan pandangan seperti dulu. Pandangan penuh cinta dan tekad untuk menempuh bahaya seperti apapun jika Freya memilih bersama dirinya.

Ini salah. Sangat salah. Freya tidak seharusnya merasakan perasaan ini lagi. Darahnya terus berdesir mengirimkan perasaan tak nyaman pada dirinya. Jantungnya berdebar-debar tak karuan menatap Miki.

Lutut Freya melemas, tidak mampu menahan dirinya untuk berdiri tegak berhadapan dengan sosok membingungkan yang berada di depannya ini.

Tidak! Freya sadarlah! Kendalikan dirimu! Batin Freya terus bersuara memberi peringatan, namun tubuhnya bergeming. Freya terhanyut pada tatapan lekat Miki padanya. Terkadang ia mendapati pandangannya mengatur dan gelap.

Sebuah suara menyadarkan Freya.

"Miki? Kau belum kembali juga?"

Miki melepaskan pegangan tangannya pada Freya, dan Freya buru-buru membuat jarak aman antara dirinya dengan Miki.

"Ah tadi ada yang harus kubicarakan dengan Freya sebentar," jawab Miki. Alin berjalan semakin dekat ke arah mereka.

"Sudah selesai?" tanya Alin lagi.

"Ya."

Alin paham, ia berjalan melewati Freya yang masih terpaku untuk berbuat sesuatu. Sementara Miki setia berjalan bersama gadis itu. Saat pandangan Alin dan Freya bertemu ada sesuatu yang berbeda. Ada sesesuatu yang berubah dari cara gadis itu menatap Freya.

Dan Freya tidak tahu apa itu.

Freya menyingkirkan segala pikiran yang menyeruak tiba-tiba dan membuatnya pusing. Ia terus berjalan menuju Cafetaria Yeon tanpa melihat ke belakang lagi.

Sesampainya di Cafetaria Yeon Freya menemukan sosok yang sudah menunggunya. Pria itu memegang daftar menu dan melihat setiap tulisan dengan detail hingga alisnya bertaut dan keningnya berkerut.

"Maaf aku lama," kata Freya sambil memposisikan diri di kursi yang berhadapan dengan pria itu.

"Aku juga belum lama sampai. Tenang saja Freya," pria itu menurunkan buku menu dan menyerahkannya pada Freya.

"Ryu, terima kasih untuk gaunnya. Itu indah sekali. Tapi selanjutnya kumohon tidak perlu repot-repot melakukan sesuatu untukku," Freya meraih buku menu.

"Omong kosong. Kau tunanganku, kekasihku. Aku tidak melihat hal itu merepotkan sama sekali."

Freya berusaha tersenyum. Walaupun bibirnya terasa sedikit gemetar. Ia mengalihkan perhatiannya dari Ryu dan melihat daftar menu.

"Aku memesan sama sepertimu saja," Freya menyerahkan kembali daftar menu ke Ryu.

Ryu memberi sinyal pelayan untuk menghampiri mereka kemudian memberitahu pesanan mereka.

Si pelayan mengangguk sebelum meninggalkan tempat itu.

Sementara benak Freya berkeliling nun jauh disana. Debaran aneh saat melihat Miki belum juga hilang. Waktu telah berjalan cukup lama dan seharusnya perasaan itu sudah hilang ditelan waktu. Tapi tidak, perasaan itu masih sama dan bahkan menguat saat melihat Miki lagi. Kepala Freya sakit dan terus berdenyut-denyut. Ia tidak tahu harus bagaimana memberitahu Ryu.

Eye of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now