Chapter 15

1.2K 53 0
                                    

Claira memasuki rumahnya tanpa sepatah kata, dilihatnya seorang lelaki yang duduk sedang bersendagurau dengan ibunya di ruang tengah.

"Hai Baby Kle, kamu sudah pulang Nak, ini kenalkan Om Ferlan,"
Ucap Vegia, lelaki tersebut mengulurkan tangannya ke arah Claira,

Claira tersenyum sembari berjabat tangan dengan lelaki tersebut,
"Kenalkan, saya Claira Laregia Virendra anak tunggal dari Vegia Larasati dengan George Virendra,"
Ucap Claira penuh penekanan, lalu melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya.

Vegia menghela nafas,
"Maaf ya mas, anak saya mungkin tadi nggak sopan,"

"Oh nggak papa, mungkin dia kecapean baru pulang sekolah."

Sesampainya di kamar, Claira melempar tasnya asal.
"Untung ganteng tuh om-om, kalau jelek udah gue ludahin mukanya gara-gara udah nyuri hati Mama gue,"

Claira menghempaskan tubuhnya ke ranjang, diraihnya ponselnya. Sebuah notification masuk,

Faldo: jangan lupa bahagia Kle;)

Claira yang membaca chat line Faldo hanya tersenyum-senyum. Jantungnya benar-benar berdebar kencang.

Claira: always Do, lo juga ya:)

Faldo: I

Faldo: M

Faldo: U

Claira mengerutkan keningnya, "maksudnya?,"

Claira: apaan sih Do, rada-rada aneh lo ya. Hahaha.

Claira pun menerka-nerka maksud chatnya Faldo sembari menunggu balasan Faldo namun Faldo tak membalasnya. Hingga ia tertidur sampai pagi.

Karena hari minggu, Claira sengaja bangun siang agar tak diceramahi oleh ibunya.

Faldo akan memasuki kamarnya namun Ayahnya menghalanginya,
"Darimana kamu baru pulang?,"

Faldo memutar bola matanya,
"Bukan urusan anda!,"
Jawab Faldo dengan penuh penekanan, ayahnya pun langsung melayangkan tangannya namun dengan sigap Faldo menahannya,

"Jangan pukul Faldo Yah, kalau bisa bunuh Faldo sekarang juga dan jangan pernah ragu. Faldo akan senang jika mati sekarang karena bisa bertemu ibu,"
Ucapnya lalu berbalik badan dan mendudukkan badannya di kursi. Ayahnya mengikutinya,

"Ayah nggak nyangka kamu akan jadi anak yang selalu membantah perkataan orangtua,"

"Ayah belum puas buat hidup Faldo hancur?, impian dan juga kasih sayang Faldo udah hancur karna Ayah!,"

Sebelum ayahnya berbicara, Faldo menyelanya terlebih dahulu,

"Faldo udah bunuh ibu, kenapa ayah nggak bunuh Faldo aja biar ayah tenang nggak ada beban,"

"Nggak!, jika kamu mati siapa yang akan meneruskan perusahaan saya, sedangkan saya sudah menua,"

Faldo mengedikkan bahunya acuh. ia jadi ingat benar ibunya akan selalu membelanya disaat Faldo disalahkan ayahnya. Namun takdir telah berkata lain, Faldo tak lagi merasakan kebahagiaan yang dulu dapat sepenuhnya tecapai.

"Bu, Faldo mau ikut pertandingan bola hari ini. Tapi Ayah melarang Faldo untuk pergi, Ibu bisakan nganterin Faldo?, ayolah Bu,"
Rengek anak lelaki yang menangis di hadapan ibunya,

Ibunya menghela nafas berat,
"Ibu tidak bisa nak,"
jawab ibunya sembari mendudukkan badannya

"ibu harus bisa!, Faldo nggak mau tau, ibu harus bisa nganterin Faldo!,"

"Faldo, dengerin ibu ya, kepala ibu lagi sakit. Kamu tau kan kalau ibu ini punya penyakit kanker otak, jadi ibu nggak bisa nyetir mobil sendiri, lagian kamu itu sudah besar!,"

Faldo pun berlari keluar rumah sembari membanting pintu, dan ibunya mengikutinya.

"Oke-oke, ibu akan mengantarkan mu. Jadi tolong jangan berbuat yang tidak-tidak."
Ucap ibunya kepada Faldo yang akan menaiki motor, memang saat Smp kelas satu, Faldo belum bisa menaiki motor. Hingga ia kesusahan jika ingin kemana-mana. Faldo pun dikenal sebagai anak lelaki yang manja terhadap ibunya.

Ibunya memasuki mobil bersama Faldo,
"Ayo Bu, nanti Faldo telat nggak bisa ikut main bola,"

"Iya sabar Faldo,"

"Ngebut Bu!,"
Ucap Faldo sembari menggoyang-goyangkan bahu ibunya

"Faldo diam!, ibu sedang menyetir!,"
Ucap ibunya, lalu tak lama kemudian ibunya merasakan sakit yang hebat pada bagian kepala. Hingga pandangannya buyar,

"Ibu awas Bu di depan ada mobil!,"
Teriak Faldo, lalu ibunya berusaha keras untuk membanting setir ke kiri jalan dan alhasil mereka tertabrak mobil truk yang melaju kencang dan sama-sama kehilangan kendali. Sebelum kejadian berlangsung, Faldo sudah pindah ke bagian belakang. Dan ia benar-benar melihat bagian depan mobil ringsek parah dan ibunya terjepit. Hingga saat di bawa ke rumah sakit nyawa ibunya tak tertolong. Kini penyesalan menghantui Faldo, bahkan ayahnya selalu menyalahkan dia atas kematian ibunya.

Faldo menahan air matanya yang hampir saja jatuh jika ia mengingat kejadian buruk yang menimpanya bersama ibunya.

"Saya tidak mau tau, kamu harus ikut ke acara makan malam nanti,"
Ucap Ferlan kepada Faldo,

"Buat apa saya ikut?, agar Ayah bisa mengenalkan saya dengan pacar baru ayah?, apa ayah lupa?, hari ini Faldo akan menemani Tison dan Kak Linda. Apa ayah lupa hari ini Tison ulang tahun. Ulangtahun anak sendiri saja anda lupa apalagi cucu!,"
Ucap Faldo dengan nada meninggi,
Ayahnya tak menjawab, diam dan tak mengeluarkan sepatah katapun.

"Jika anda masih membenci saya, silahkan bunuh saya kapan pun anda mau!, dan jangan segan-segan!,"
Kata Faldo lalu ia beranjak dari duduknya dan memasuki kamarnya dengan membanting pintu.

****
"Happy birthday Tison keponakan ku yang paling ganteng,"
Ucap Faldo sembari memeluk Tison,

"Oiya kenalin, ini tante cantik namanya Claira. Ayo Tison salim sama tante,"
Ucap Faldo memperkenalkan Claira di hadapan Tison anak kecil berusia 2 tahun.

Claira tersenyum kepada Faldo dan juga Tison,
"Hai ganteng, selamat ulang tahun ya. Semoga jadi anak yang soleh dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa, amin."
Ucap Claira sembari memeluk anak kecil tersebut.

Acara ulang tahun di rumah Kakaknya Faldo memang meriah, apalagi banyak anak kecil yang meramaikannya. Claira maupun Faldo sangat menyukai anak kecil.

"Kak, Faldo sama Claira pamit pulang ya,"

"Iya dek, oiya jangan lama-lama ngediemin Claira, nanti diambil orang baru nyesel lo,"
ledek Linda-kakaknya Faldo,

Claira tersenyum.
"Apaan sih mba, nggak lucu."
Ucap Faldo lalu menarik lengan Claira dan menggenggam tangannya.

Mereka berdua memutuskan untuk pulang, Faldo pun mengantarkan Claira pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah Claira, Faldo melihat mobil sedan hitam terparkir di halaman rumah Claira.
Faldo paham betul plat mobil sedan tersebut milik siapa.

"Do, lo kenapa?,"

"Nggak papa, yaudah gue balik."
Ucap Faldo datar lalu melajukan motornya kembali.
Seperti mendapat sengatan listrik, Faldo benar-benar lemas. Pikirannya saat ini sudah kemana-mana. Panas api berkobar di dalam jiwanya. Kecewa, itu yang sedang ia rasa.

To be continued...

Cinta Tanpa Kata (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang