Chapter 6

1.4K 63 1
                                    

Hari minggu, hari di mana seorang pelajar yang tidak ada aktivitas justru memuaskan kegiatan tidurnya dipagi hari dan lebih memilih bermalas-malasan.

"Kle!, Mama mau pergi ke Bali hari ini. Kenapa kamu nggak bangun-bangun juga sih!, kamu bilang mau nganter Mama ke bandara?, Claira Laregia!!,"
Teriak Vegia sembari menarik-narik selimut Claira, yang diteriaki hanya menggeliat di atas ranjang sembari menarik selimutnya kembali,

Vegia mendengus kesal,
"Yaudah kalau kamu nggak mau bangun, Mama nggak mau bawain coklat dari Bali dan Mama nggak akan bawain oleh-oleh apapun buat kamu!,"
Ancam Vegia

Claira sontak terbangun dan mengucek matanya yang masih terasa berat,
"Jangan dong Ma, Kle mau dibawain coklat dari Bali. Titik Ma nggak pake koma!,"
Ucap Claira kemudian ia tertidur lagi

Vegia mendengus kesal,
"Yaudah, Mama berangkat. Inget jangan bikin onar karena Mama nitipin kamu ke Bu Ida,"
Ucap wanita tersebut kemudian mengecup kening Claira dengan lembut

"Ish Mama!,"
Ucap Claira antara sadar dan tidak karena posisinya masih tertidur dengan keadaan matanya yang tertutup oleh penutup mata yang biasa ia gunakan saat tidur.

Saat melihat Ibunya sudah menjauhi kamarnya, Claira segera bersiap-siap mandi dan mempercantik diri.

Di tempat lain, di dalam kamar kos lelaki yang bernama Faldo Mourio Fedricko sedang terburu-buru memakai kaosnya, gupek adalah yang saat ini ia rasakan. Mengingat bahwa hari ini akan ada pertandingan sepak bola, Faldo yang kelupaan segera terburu-buru.

Faldo keluar dari kamar meraih sepatu futsalnya dan berniat untuk membuangnya karena keadaan sepatu yang tak memungkinkan namun Faldo merasa bingung dengan keadaan sepatunya yang berubah jadi baru lagi.

"Aneh bin ajaib," ucapnya heran

"Wih sepatu baru ya Do, kenalan dulu lah sini, injek injek dulu seru agaknya,"
Ucap Rizal teman kosnya

"Ngelunjak kau ya dek!,"
Ucap Faldo berlagak galak

"Ampun bang ampun! Saya takut bang"
Ucap Rizal terkekeh

Faldo membolak-balikan sepatunya,
"Bu ini siapa yang ganti sepatu saya ya?,"
Tanyanya pada Bu Ida yang sedang menyapu

"Loh, Ibu nggak tau lah Do. Kok bisa baru lagi?, ajaib banget"
Ucap Bu Ida membalikan pertanyaan

Faldo hanya mengedikkan bahunya tanda tak mengerti, tiba-tiba Claira datang bergabung dengan mereka yang sedang kebingungan

"Pagi semua,"
Ucap Claira antusias

Mereka semua menoleh ke arah Claira,
"Udah cantik aja Kle, mau kemana?,"
Tanya Bu Ida memperhatikan Claira yang sudah rapi dan wangi

"Mau jalan sama Faldo Bu,"
Jawabnya cengengesan

"Ekhem! Gue duluan Do, lo buruan ke lapangan yang lain udah pada nunggu."
Ucap Rizal kemudian pergi meninggalkan mereka dan disusul Bu Ida yang tersenyum-senyum melihat Faldo dan juga Claira

Faldo meraih tasnya kemudian memakai sepatunya, tak peduli sepatu dari siapa namun tetap ia pakai. Rezeki anak soleh, pikirnya.

"Wah, sepatu baru ya Do?,"
Tanya Claira duduk di hadapan Faldo

"Kepo,"
Ucap Faldo datar

Claira teringat akan aksinya semalam yang mengendap-endap hanya untuk mengganti sepatu Faldo dengan yang baru dan sama persis seperti sebelumnya.

Claira terkekeh lalu menyodorkan coklat ke Faldo,
"Masih pagi, gue nggak mau sakit perut"
Balas Faldo datar kemudian berdiri

"lo belum sarapan ya?, sarapan dulu yuk"

"Males, gue mau tanding bola. Maaf gue buru-buru. Makasih tawarannya"
Ucap Faldo tersenyum, Claira tersentak karena sudah diberi senyuman mahal milik Faldo

Faldo menaikkan sebelah alisnya, Claira pun menggelengkan kepalanya lalu menyodorkan sebungkus roti

"Buat gue?,"
Ucap Faldo

"Bukan!, yaiyalah buat lo masa buat jin!"
Ucap Claira kesal lalu mengerucutkan bibirnya

Faldo terkekeh dan meraih pemberian Claira lalu diacak-acaknya rambut Claira

"Faldo nyebelin ih!,"
Ucap Claira lalu mengikuti langkah Faldo dari belakang

"Lo mau tanding sepak bola ya?, dimana Do,? Terus gue boleh ikut nggak?, boleh kan ya? Gue nggak ada temen Do, gue sendirian gimana dong, boleh kan ya ya ya ya?,"
ucap Claira antusias

Faldo berbalik badan,
"Boleh!, dasar cerewet lo udah kek Mpok Nori aja,"

Claira menyengir lebar,
"Yess! Makasih Do,"

Faldo hanya terkekeh melihat tingkah Claira yang seperti anak kecil, 'lo gemesih Kle' batinnya dalam hati.

****
"Faldo!, Faldo! Lo harus menang. Semangat Faldo!!,"
Teriak Claira dari bangku penonton

Di atas rumput hijau, Faldo dengan semangat menggiring bola. Di sana ia sedang bertanding dengan penuh sportifitas dan itu demi cita-citanya.

Di bangku penonton, senyum Claira selalu mengembang.

Setelah pertandingan selesai, Claira beranjak dari duduknya dan berlari menghampiri Faldo yang sedang mengguyurkan air mineral ke wajahnya

Claira memperhatikan Faldo lekat,
"Apa?,"
Tanya Faldo lalu menaikkan sebelah alisnya

"Ini minum dulu,"
Ucap Claira sembari menyodorkan botol mineral ke arah Faldo

"Makasih ya Kle,"
Ucap Faldo tersenyum sembari meraih botol tersebut

Claira mengangguk dan menunduk sembari menyentuh dadanya,
'Jantung gue kenapa ya?' Batin Claira

Faldo menautkan alisnya melihat tingkah Claira,
"Lo kenapa?,"
Tanya Faldo khawatir

"Nggak papa Do,"
Jawab Claira kemudian menyengir lebar

Faldo mendudukkan badannya di kursi panjang pinggir lapangan dan disusul Claira disampingnya,
"Nih buat lo, gue tau lo suka coklat jadi jangan nolak rezeki nomplok,"
Ucap Claira sembari menyodorkan sekotak coklat

Faldo menoleh,
"Lo tau dari mana kalau gue suka coklat?,"
Tanya Faldo

"Bu Ida yang ngomong, katanya lo kalau lagi bantuin Bu ida lo minta upah coklat terus lo akan nyuciin baju kawan lo kalau mereka nyogok coklat sekarung, Bu Ida juga banyak cerita tentang elo,"
Ucap Claira antusias

Faldo menatap Claira lekat lalu terkekeh,
"Nggak gitu juga kali, itu terlalu berlebihan,"

Dan di sanalah, di pinggir lapangan mereka tak menyadari akan hal yang membuat mereka nyaman satu sama lain.

"Gue boleh nanya nggak?,"
Tanya Faldo sembari tersenyum

"Boleh Do, boleh banget,"
Jawab Claira semangat

"Lo beli jepit rambut itu di mana?,"
Ucap Faldo sembari menatap lekat jepit yang menempel di rambut Claira

Claira meraihnya dan melepasnya,
"Oh ini, ini pemberian dari temen gue Do,"

Faldo mengangguk mengerti,
'Jangan terlalu berharap Do, dia bukan gadis kecil itu'
Pikir Faldo berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

To be continued...

Cinta Tanpa Kata (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang