1

29.3K 565 9
                                    

Langsung skip saja ke ....1?? Karena cerita ditulis ulang.
Thank you readers!













BRAK!!

Tumpukan kertas yang sudah tersusun rapi di meja kini berserakan di lantai.

Pemilik meja itu menggelengkan kepalanya, lalu menaruh kedua kakinya di atas meja. Dia menatap karyawan di depannya lekat-lekat.

"Sampah macam apa yang kali ini kau tunjukkan padaku?"

Karina, karyawan yang sedang dimarahi itu, hanya bisa menundukkan kepalanya. Diam. Tidak mengatakan apa-apa.

"Ini bukan hasil yang kuharapkan dari karyawan yang memiliki IPK 3,9. Apa yang telah kau kerjakan hanyalah sampah. Tidak berguna sama sekali," lanjutnya lagi.

Kaki si pemilik meja hampir menyenggol papan nama di meja tersebut.

Daniel Richardo
Human Resource Manager

Ya, sosok pemilik meja itu adalah Mr. Richardo, manajer untuk HR di JC Company.

Bulan depan dia akan menjadi HR General Manager di perusahaan raksasa ini. Tapi, bukan promosi yang menyebabkan sikapnya arogan dan menyebalkan seperti ini. Sifat ini memang sudah ada bahkan sejak dulu.

Sebenarnya itu bukan salah Mr. Richardo sepenuhnya. Hanya saja, Karina benar-benar keterlaluan.

Karina Pov
Ah, sial. Dia memarahiku lagi. Meskipun aku berbuat salah, tetapi tidak seharusnya dia berbicara sekasar itu padaku.

"Karina, kau hanya kusuruh membuat daftar pertanyaan wawancara terstruktur. Hanya itu saja dan kau tidak dapat melakukannya? Sebenarnya apa yang kau pelajari selama kuliah?"

Kali ini Mr. Richardo berteriak. Astaga, bahkan di situasi seperti ini, aku masih terpesona dengan ketampanannya. Tubuhnya atletis, tinggi tegap. Wajahnya terbingkai tegas. Alisnya tebal. Matanya.. Astaga aku pernah melihat dia melirik dan menyipitkan mata dan itu terlihat sangat seksi, aku bersumpah!

Hidungnya mancung dan bibirnya seakan mengundangku untuk mendekat. Hey! Jangan mesum, Karina.

Aku memukul kepalaku pelan karena terpesona melihatnya. Tampaknya, dia menyadari hal tersebut.

"Kau pikir dengan memukul kepalamu, kapasitas otakmu akan bertambah secara instan? Keluar dari ruanganku dan kerjakan ulang. Jangan membuat kesalahan yang sama," kata Mr. Richardo.

"Baik, Pak," jawabku. Aku harus segera keluar dari ruangan ini. Ha! Setampan apapun dia, aku membencinya. Kuharap setelah dia dipromosikan, aku tidak akan bekerja dibawahnya lagi seperti saat ini.

Aku kembali ke mejaku dan segera duduk menghadap komputer. Carlos, rekan kerjaku, menggeser kursinya hingga sampai ke tempatku.

"Hey. Wajahmu mengapa kusut seperti itu?" tanya Carlos. Dia sahabatku satu-satunya di perusahaan ini.

"Aku dimarahi Mr. Richardo lagi. Kali ini karena daftar pertanyaan wawancara terstruktur," jawabku tertunduk lesu.

"Begini. Aku akan membantumu. Aku akan menjelaskan sedikit mengenai teorinya, dan kau yang akan membuat pertanyaannya. Jadi, wawancara terstruktur adalah wawancara yang mengikuti suatu set pertanyaan yang berurutan," jelas Carlos.

Aku hanya mengangguk-angguk karena kini aku baru teringat teori yang kupelajari saat kuliah.

"Ah! Yang seperti itu. Sekarang aku ingat. Astaga terima kasih Carlos," kataku senang lalu tersenyum padanya.

Carlos tersenyum juga dan kembali ke mejanya. Kini aku akan mengerjakan daftar pertanyaan itu dengan baik. Aku akan membalasmu Tuan Yang Terhormat Daniel Richardo.

Satu jam kemudian, aku kembali ke ruangan Mr. Richardo, membawa daftar pertanyaan yang kini lebih banyak dan mendetail.

Dia tampak fokus mengerjakan sesuatu di komputernya, bahkan tidak menoleh ke arahku sama sekali.

"Mr. Richardo, saya-"

"Taruh saja disitu," potongnya dingin tanpa melihatku.

Setelah menaruh berkas daftar pertanyaan tersebut, aku tetap berdiri di depan mejanya.

"Sepertinya orang sepertimu akan terus berdiri disitu hingga aku menyuruhmu melakukan sesuatu," ucapnya.

Aku sudah hampir membalikkan badan menuju pintu ketika super bossy boss itu menyuruhku diam di tempat. Aku menghela nafas dan menunggunya melakukan sesuatu.

Dia mengecek daftar pertanyaan yang kuberikan.

"Bagus. Pertanyaan-pertanyaan ini lebih berbobot. Kau juga menambahkan kesan pewawancara di setiap pertanyaan. Itu akan memudahkan pewawancara untuk menilai calon karyawan mana yang paling baik," katanya lalu meletakkan berkas tersebut di meja.

Dia menatapku dengan matanya yang (superseksi) tajam itu.

"Kini aku tahu dimana letak masalahmu, Karina. Kau sebenarnya pintar. Hanya saja, otakmu bekerja lambat ketika jalur jalur di dalam sana kekurangan inspirasi. Mulai sekarang aku akan memanggilmu Lola hingga aku melihat peningkatan kinerjamu di perusahaan ini. Bagaimana, Miss Lola?" tanyanya seolah menantangmu.

"Baik, Mr. Richardo. Akan saya  buktikan bahwa saya lebih baik dari apa yang Anda pikirkan," sahutku lantang.

Jujur saja dari tadi aku menahan emosi karena dia selalu merendahkanku. Seorang manajer seharunya memotivasi karyawannya, atau setidaknya mengucapkan kata-kata yang pantas.

"Jadi, kau berani menjawabku, Miss Lola?" tanyanya. Dia bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan mendekat ke arahku.

Aku mundur perlahan karena dia terus mendekat. Aku menabrak lemari besar di sisi ruangan itu. Mr. Richardo menempelkan tangannya ke lemari, tepat di sebelah kepalaku. Dia menatapku dari jarak yang begitu dekat.

Entah apa yang akan dia lakukan padaku. Yang jelas, saat ini jantungku berdebar kencang, setengah berharap dia tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh padaku.

------------------------------------------------------

Sumber gambar :
http://asianwiki.com/images/6/6b/Seducing_Mr_Perfect-0005.jpg

Daniel Henney ♥

{SLOW UPDATE} My Bossy Boss, Mr. ArroganteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang