5. Bad Boy's Effect

34.9K 2.7K 53
                                    

[SELURUH BAB YANG DI REPOST VERSI WATTPAD, JIKA ADA YANG TIDAK MENGERTI MOHON TIDAK NYINYIR BACALAH BAIK-BAIK PERINGATAN INI.

CERITA SUDAH DITERBITKAN SEJAK MARET 2017 DAN SELESAI 15 JULI 2016. SILAKAN BELI DI GRAMED KALAU MAU MEMBACA LEBIH JELAS]

Suara decitan pintu terdengar pelan mengisi ruangan serba putih yang sunyi. Sesosok lelaki berperawakan tegap masuk ke dalam, memperhatikan seorang gadis kecil yang terlelap tenang diatas ranjang berbalutkan seprai bermotif Cinderella.

Edgar tersenyum tipis menutup pintu ruang rawat intensif nomor satu A yang terletak paling atas gedung rumah sakit. Ia meletakkan sebingkisan buah-buahan kesukaan Jingga diatas nakas lalu meraih kursi lipat hitam agar bisa duduk disamping tubuh kecil Adiknya.

Diraihnya tangan mungil Jingga, menyelimutinya dengan kedua telapak tangan besar milik Edgar. Ia mencium punggung tangan Jingga lembut.

"Kabar kamu gimana, Dek?" tanya Edgar lirih melepaskan salah satu tangannya.

Ia mengelus rambut Jingga penuh kasih sayang. Melihat bagaimana Adik satu-satunya itu terlelap damai ketika tertidur. Walau sebenarnya Jingga hanya dibius supaya mau tenang bukan tertidur pulas.

Sudah sejak kemarin Dokter Fernan menelfon Edgar sekadar memberitahukan lelaki itu bahwa Adiknya, Jingga, tidak mengalami perkembangan apapun. Tetap sama seperti lima tahun lalu.

Edgar menunduk sedih. Entah apa lagi yang harus ia lakukan supaya bisa membawa hidup Jingga kembali seperti semula. Menerbitan senyum keceriaan, menggantikan kekosongan pada matanya dengan binar kebahagiaan.

Tubuh Jingga kurus. Tidak seperti dulu yang berisi. Karena memang selain fisik Jingga pun mengalami luka pada mentalnya.

Dokter Fernan berkata pada awal pertemuan mereka. Bahwa luka didalam hati jauh lebih sulit menyembuhkannya ketimbang luka fisik. Sebab obat semanjur apapun takkan sanggup mengobatinya karena hati terlalu rapuh untuk disakiti dan terlalu mustahil untuk disembuhkan.

Satu-satunya cara menyembuhkan luka pada hati Jingga adalah dengan membuat gadis kecil manis itu melupakan masa lalunya. Dokter Fernan pernah menyarankan Edgar beserta keluarga supaya mau membawa Jingga ke Jerman untuk bertemu seorang Professor terkenal disana.

Namun Edgar menentang keras saran Dokter Fernan. Ia takkan mungkin melukai Adiknya dengan cara melakukan penarikan paksa kinerja otak Jingga agar mau menyembunyikan memori kepedihannya sampai ia sendiri tak mampu mengingatnya lagi.

Edgar tak mau ambil resiko dari pengobatan percoban berbahaya tersebut karena kalau sampai gagal nyawa Jinggalah taruhannya.

"Kakak gak akan nyerah buat bikin kamu sembuh, Ngga." tegas Edgar mencium kening Adiknya lembut.

Sesulit apapun itu Edgar takkan pernah menyerah menyembuhkan Adiknya. Ia tau Jingga hanya butuh dorongan semangat dari orang-orang yang disayanginya bukan obat-obatan dan Dokter profesional untuk mengobatinya. Toh, selama ini merka selalu angkat tangan karena Jingga sulit disembuhkan.

Tetapi Edgar percaya. Ia bisa membawa Adiknya hidup kembali seperti sediakala.

•••••

Bad Boy's EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang