Chapter 18

3.1K 248 54
                                    

"Ken, ada apa?"

Aku tersenyum ke arahnya. Ini memang sudah malam dan semua pasti akan bertanya-tanya mengapa diriku di malam hari berada di rumah Harry daripada di rumah sendiri. "Harry, aku hanya ingin mengajakmu berjalan-jalan besok. Kau bisa?"

Harry kini benar-benar keluar dari rumah dan menutup pintu. Dia melihat ke kanan dan kiri serta melihat ke atas yang sudah kuduga sepertinya sedang menatap langit. Tiba-tiba saja tangannya berada di dahiku dan aku cukup kaget mengetahui hal itu. "Tidak ada badai dan angin topan serta badanmu juga tidak hangat."

"Memang! Aku kemari mengajakmu untuk berjalan esok hari. Bukan pergi menemaniku observasi cuaca atau memeriksa kondisiku."

"Dan kau tahu? Itulah alasannya. Mengapa kau tiba-tiba mengajakku berjalan-jalan dan menyambangi rumahku di malam hari? Kau tidak sakit dan juga tidak ada badai maupun topan. Ada apa denganmu?"

Aku menghembuskan nafas pasrah. Inilah efek dari seseorang yang senang memotong pembicaraan orang dan tidak mendengar penjelasan hingga akhir. Dia yang akan tersesat sendiri. "Aku ingin menjelaskanmu soal permainan itu. Aku akan menceritakan semuanya berhubung tadi aku dan Gigi mencari tahu! Kau, jika ada orang berbicara maka dengarlah hingga akhir."

"Untuk apa? Permainan itu telah kau kembalikan dan kita sudah menyelesaikannya. Kau yang membuat semua ini menjadi panjang lagi. Aku tidak ikut!"

Dengan kesal, aku menaruh tanganku di depan dadaku dan mengerucutkan mulutku. Mengapa dia susah sekali untuk di ajak bekerja sama? Aku pun menatap Harry dengan tajam dan dia hanya menatapku dengan tatapan yang tidak takut sama sekali. "Okay! Aku pulang!" Aku berbalik dengan kesal dan berjalan keluar rumah dengan kaki yang di hentakan.

"Kendall!!!" Langkahku terhenti dan aku terdiam menunggu Harry berbicara. "Jam berapa?"

"Jam 10 pagi. Aku tunggu kau!" Kataku tanpa berbalik badan dan kemudian kembali berjalan.

***

Aku segera mengambil boots miliku dan memakainya terburu-buru. Harry sudah mengetuk-ngetuk pintu apartementku dengan tidak sabaran. Jika saja aku sudah keluar nanti, akan kuremas dia. Betapa menyebalkannya dia dan tidak tahu apa itu arti sabar.

Aku membuka pintu dengan kasar kemudian munculah Harry yang sedang menyender dan menyilangkan kakinya di samping pintu apartementku. Terlihat sekali bahwa dia malas untuk pergi bersamaku. Jika dia tidak mau, lantas mengapa dia datang kemari lebih awal dari yang aku perkirakan.

"Bisakah kau sedikit bersabar?" Aku pun keluar dan mengambil kunci kemudian menutup dan mengunci pintunya. Aku dengan sengaja berjalan mendahului dirinya dan aku mendengar suara sepatu. "Lihat, justru kau yang terlihat sangat lama!"

"Aku sudah berada di sampingmu, bodoh!"

Aku menoleh dan terkejut. Cepat sekali dia menyusulku? Aku tahu bahwa kakinya jenjang dan pasti akan kalah dengan kakiku meskipun aku terhitung tinggi dan memiliki kaki jenjang juga. "Terserah." Aku kembali mempercepat jalanku hingga sampai di lift.

***

"Harry? Kau mendengarkanku atau tidak?"

Dia mengangkat satu alisnya sambil meminum kopi yang sudah kami pesan daritadi. Aku tahu bahwa dia hanya berbohong pada diriku. Sebenarnya dia pasti tidak mendengarkanku dan hanya berpura-pura menjawab ya. "Tentu aku mendengarkanmu. Lanjutkanlah bercerita."

Aku meminum kopi miliku dan menaruhnya dengan cara kasar. Kesabaranku sudah habis. "Aku bukanlah seorang ibu yang sedang berdongeng dengan anakannya sebelum pergi tidur! Aku di sini ingin bercerita soal permainan tersebut. Jika kau mendengarkanku, siapa pemilik asli permainan tersebut?"

The GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang