Chapter 4

3.4K 324 24
                                    

Aku membuka kotak permainannya dan melihat isinya. Permainan ini sangat terlihat tua dan sedikit kotor. Aku tidak mengerti cara bermainnya. Mungkin, ada petunjuk atau selembar kertas yang bisa kubaca sebagai petunjuk cara bermain permainan ini.

Aku mengacak-acak kotak dan membalikan semuanya. Aku tidak juga menemukannya. Mungkin di tempat lain. Aku mencari di tasku karena mungkin saja kertasnya jatuh. Tapi aku tidak juga menemukannya. Aku memegang kepalaku dan mendesah pasrah. Aku merasakan ruangan yang aku tempati kini lebih panas berkali-kali lipat.

"Kendall!!!!"

Aku kaget dan memegangi dadaku. Untung saja aku memang benar-benar tidak punya jantungan. Bagaimana jika Gigi tiba-tiba datang dan masuk ke dalam apartemenku tanpa mengetuk pintu dan aku meninggal karena kehadirannya? Itu rasanya tidak bisa dibayangkan.

"Ada apa? Kau selalu saja seperti ini."

Dia berjalan mendekat dan duduk di lantai bersamaku dan bersama mainan yang sudah tidak beraturan lagi. "Aku tidak tahu jika ada permainan yang bisa dimainkan seorang diri." Gigi melihat-lihat ke bawah dan memegangi kartu serta alat untuk mengocok dadu. "Baiklah, kembali ke inti."

"Ada apa?"

"Kau tahu? Tadi, Harry datang mencarimu!!!"

"Lalu?" Aku menaikan satu alisku. Tidak penting sekali untuk dibahas dan di ceritakan. Bagaimana jika gara-gara cerita dia aku bisa jantungan dan mati?

Gigi menghembuskan nafas pasrah dan melengkungkan mulutnya. "Kau ini. Apa tidak ada perasaan aneh atau kaget atau apapun itu. Atau seperti berteriak panik dan bertanya 'oh ya? Tidak mungkin. Astaga.' Apa itu tidak ada?"

Aku terkekeh geli melihat wajah Gigi. Mengapa dia yang menjadi panik dan merasa tidak percaya bahwa Harry baru saja datang untuk mencariku. "Lagipula, aku sudah bertemu dengannya tadi pagi di jalan di dekat toko mainan Mr. Campbelle dan dia hanya melihatku begitu saja. Jika seandainya dia ingin bertemu denganku lantas mengapa dia tidak mendekat saja dan berbicara padaku?"

Gigi langsung terdiam dan mulutnya membentuk huruf 'O'. "Jadi kau sudah bertemu dengannya sebelum dia datang kemari, begitu?"

Aku menaikan kedua alisku dan mengangguk. "Ya begitu."

"Kau baru saja dari sana dan membeli ini semua?"

Aku mengangguk. "Ada apa? Aku hanya membeli permainan ini. Ini hanya satu dan aku membeli ini karena ingin menolong sang pemilik mainan yang sebenarnya. Dia rela menjual ini untung biaya pengobatan penyakitnya."

"Oh. Lalu, bagaimana cara bermainnya?"

Aku menggidikan bahu tidak tahu dan kemudian mencari lagi petunjuk lain mungkin atau apapun itu. "Itulah alasan semua ini berantakan. Aku sedang mencari petunjuk yang mungkin bisa membantu kita untuk memainkan permainan ini."

"Gigi." Aku dan Gigi tersentak kaget mendengar suara seseorang. Lagi-lagi, aku berlatih jantung untuk yang kesekian kalinya. Hebat.

Kami berdua memegangi dada kami dan menghembuskan nafas lega. Kufikir ada penjahat kelamin. "Zayn ada apa? Kau menakuti kami semua."

"Tidak ada. Hanya mencarimu. Kufikir kau hilang kemudian di bunuh oleh orang lain."

Gigi tergelak mendengar ucapan Zayn yang menurutnya tidak lucu. "Aku baik-baik saja. Kami bersebelahan."

"Kalau begitu, aku ingin pergi keluar bersama Harry. Jika kau ingin keluar rumah, sebaiknya kau meneleponku atau mengirimkanku pesan agar aku tidak panik. Okay?"

"Okay."

Zayn pun pergi keluar sambil memutar-murah kunci mobil miliknya. Zayn dan Harry memang memiliki gaya seperti preman. Jangan salahkan aku jika semua orang yang memandang mereka berdua untuk pertama kali akan menyangka bahwa mereka seperti preman. Pada kenyataannya, aku juga seperti itu.

"Jadi, kita lanjutkan kembali." Aku langsung terbangun dari lamunanku dan kembali menatap permainan yang berantakan ini.

"Mengapa tadi Zayn mengkhawatirkanmu?"

Gigi menggeleng. "Bukan apa-apa. Ayo kita mulai. Aku tidak sabar ingin memainkan permainannya."

"Aku tidak mengerti, Gi."

"Kalau begitu, kau buat saja peraturan sendiri."

Aku menggeleng dan tidak mau. "Tetap saja aku tidak mau. Sudahlah, aku ingin membuat makan siang. Sekarang sudah jam 11."

***

Aku kini sedang menyapu rumah sambil mendengarkan lagu menggunakan headset. Lagu yang mengalun adalah lagu milik artis favoritku dan konsernya juga pernah ku datangi. Tepat sekali, Justin Bieber.

Tetapi, aku mendengar suara aneh yang menggangguku. Bukan berasal dari lagu yang kuputar melainkan dari suara lain. Aku melepas satu headsetku dan mendengar suara itu berasal. Astaga. Seseorang mengetuk pintu apartemenku. Aku pun berlari mendekat ke arah pintu dan membuka kuncinya kemudian membuka pintu dan melihat siapa yang datang. Harry?

"Ada apa kau kemari?"

"Hanya ingin meminta maaf."

"Apa itu bukan karena perintah dari semua teman-temanmu."

Harry menggeleng dan dia mulai mendekat masuk ke dalam. "Apa kau tetap tidak percaya?"

"Bukan, hanya merasa ragu."

Harry berjalan mendekat dan aku berjalan mundur. Aku kemudian merasakan aku sudah menabrak lemari. Kini Harry semakin mendekat dan menyeringai. Aku hanya menolehkan kepalaku ke samping dan menekan tubuhku ke lemari. Kemudian sesuatu jatuh dari atas lemari dan itu mengenai Harry. Rasakan itu.

"Sial. Benda jenis apa ini?"

Aku melihat papan permainan dan aku baru ingat bahwa permainan itu permainan yang baru kubeli tadi pagi. Memang sudah kebiasaanku bukan menaruh permainan di lemari.

"Itu permainan yang baru kubeli tadi pagi di toko Mr. Campbelle saat kami bertemu. Tentu kau ingat?"

"Ya. Dan kau membeli permainan konyol ini?"

Aku mengangguk. "Ada apa? Kau tidak suka?"

"Tidak. Hanya saja, aku seperti pernah melihat berita soal permainan ini di internet. Aku lupa apakah permainan ini buruk atau baik tetapi aku ingat bahwa aku pernah baca soal permainan ini."

Aku terdiam menatap Harry yang memegangi permainan milikku.

"Apa nama permainan ini?"

Harry menggidikan bahu. "Tidak tahu."

LEAVE UR VOMMENTS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



LEAVE UR VOMMENTS

The GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang