Chapter 1

3.2K 179 9
                                    

Cantik, Menawan, Kuat itu adalah tiga kata yang pas untuk Ratu perempuan pertama yang menjabat di kerajaan Neverland, Uzumaki Naruto. Sudah 27 tahun ia menjabat di kerajaan dan membuat kerajaan itu menjadi kerajaan yang paling di takuti.

Namun ia di kenal begitu kejam bahkan pada rakyat nya sendiri. Walau kerajaan nya menjadi kerajaan yang paling di takuti. Masalah kemiskinan di wilayah itu tak kunjung teratasi.

**

Surai pirang itu berayun rayun indah. Mata safirnya menatap kosong dari balkon kearah gerombolan manusia yang menyerbu makanan cair yang keluar dari pipa pipa di atas tembok.

"Bukan kah aku jauh lebih berhati baik." Keluar suara dari bibir indah wanita itu. "Mereka bisa makan tiga kali sehari berkat aku." Gumamnya.

"Tentu saja yang mulia." Mata onyx butlernya terpejam. Ia tahu apa yang tengah di fikirkan sang Ratu.

"Sudah ku duga Sasuke berkata seperti itu." Rona Naruto mendadak cerah dan memeluk leher sang Butler. Sasuke tidak bergeming membuat Rona Naruto kembali dingin dan melepaskan pelukannya dari Sasuke.

"Fuuh. Aku ingin makan sesuatu." Naruto berlenggang masuk. "Siapkan makan siang untuk ku." Titahnya seraya menghilang dari pandangan Sasuke.

"Baiklah." Ujar Sasuke lirih.

Sasuke mulai memasuki istana dan berjalan menuju dapur. Ia mulai membuat cemilan kesukaan Naruto dan membawakannya menuju kamar Naruto. Sasuke merasa heran saat ia sama sekali tidak menemukan sosok Naruto di dalam kamarnya tersebut. 'Dimana dia?' Pikir Sasuke.

**

Di sisi lain. Naruto tengah menelusuri tangga menuju penjara bawah tanah. Lentera kecil menyala menerangi lorong tangga yang gelap melingkar menuju ruang bawah. Mungkin bangsawan lainnya enggan masuk ke sana mengingat tempatnya yang gelap, bau dan sumpek. Namun tidak untuk Naruto. Ia merasa sudah begitu akrab dan dekat dengan situasi ini.

Tiba di dasar tangga. Naruto harus berjalan lagi mengitari lorong hingga tiba di ujung lorong.

"Untuk apa kau kemari?" Suara lembut beretar itu keluar dari bali jeruji.

"Oh ayolah. Tidak ada Ratu di seluruh dunia ini yang akan menemui seorang pidana kecuali aku. Seharusnya kau merasa beruntung Hyuuga Hinata ah tidak maksud ku Snow White." Naruto mengarahkan lentera itu ke dalam jeruji dan tampaklah sosok wanita bersurai lavender yang tengah meringkuh di pojokan. Naruto mengangkat sebelah alisnya melihat makanan yang ia antar tadi pagi sama sekali tidak di sentuh. "Tch. Kau tidak mau mati membusuk di tempat ini kan?" Naruto berdecih. "Seharusnya kau merasa beruntung. Kau tidak pernah tau apa yang mereka lakukan pada ku dahulu." Naruto menatap Hinata nanar. Bayangan masalalu yang tidak pernah ingin ia lihat kembali terputar. Di tempat ini dengan situasi ini. Setidaknya Hinata lebih beruntung darinya.

**

Naruto keluar dari ruangan yang sumpek itu. Dengan terhengah hengah ia berjalan menuju kamarnya. Naruto meringkuh di pinggir kasur. Mendadak dadanya terasa sakit.

"Anda baik baik saja." Tangan porselen itu menyentuh pundak Naruto penuh khawatir.

"Aku baik baik saja." Naruto menyentuh lembut tangan porselen itu sebagai isyarat jika ia benar benar baik baik saja.

Naruto berdiri. Berjalan menuju meja hiasnya. "Cermin." Ucap Naruto.

"Yes My Lord." Sebuah wajah keluar dari cermin itu.

Naruto mengambil nafas. Sudah lama ia tidak bertanya pada cermin ajaibnya itu. Terakhir kali saat ia baru mendapatkan kekuatan lebih tepatnya saat Hinata baru lahir.

The Legend Of Snow WhiteWhere stories live. Discover now