7. Another Bad Day

30.5K 2.4K 44
                                    

Fla Regina

"Ayo buruan antarin aku sekarang," aku menarik paksa tangan Aya.

"Aku nggak ada kuliah pagi hari ini, pergi sendiri kan bisa," Aya menepiskan tanganku.

"Keburu ketemu sama Aga nanti," kataku.

"Bagus malah kan, hemat uang buat bayar angkot."

Aku mendesis geram sambil memikirkan ide untuk menghindari Aga yang katanya hari ini akan mengantarku ke kantor. Ian yang pacarku saja belum pernah mengantarku kerja. Enak saja dia mau merebut posisi itu.

Aku tahu kali ini Aga sedang mempermainkanku. Tidak akan aku biarkan dia mempermalukanku seperti dulu lagi.

"Fla, ada Aga di depan!" Terdengar suara teriakan Mama dari luar. Sepertinya kali ini aku terlambat mengatur strategi.

Aku menemukan Aga sedang duduk di teras rumah sambil menikmati secangkir minuman. Dia menatapku sambil tersenyum.

"Mamamu baik banget mau buatin aku teh madu," katanya sambil memamerkan minumannya. Aku mencibir.

"Aku nggak mau diantar kamu," kataku kemudian.

"Siapa bilang aku mau mengantar kamu," sahutnya sambil meneguk minumannya dengan gaya yang sungguh memuakkan.

"Kan kamu bilang gitu kemarin."

"Kalau aku berubah pikiran nggak salah kan?" dia terkekeh.

"Ya sudah kalau gitu kamu pulang aja, ngapain juga pagi-pagi ada disini," kataku kesal.

"Sebentar, aku habisin minuman ini dulu," sahutnya.

"Nggak tahu malu, kesini cuma numpang minum."

"Numpang minum di rumah calon tunangan sendiri sepertinya bukan hal yang memalukan," Aga tertawa dengan keras. Serius, lelaki ini sepertinya benar-benar tidak waras.

Calon tunangan? Memangnya ada istilah seperti itu?

"Ingat, hari ini kamu jangan ganggu aku, jangan ngikutin aku, jangan muncul di hadapanku, jangan...," aku menghentakan kakiku karena Aga malah tertawa semakin keras.

"Tenang aja, aku bukan orang yang kurang kerjaan seperti yang kamu sebutin tadi," katanya. Aku menatapnya dengan tatapan mata tajam. Awas saja, dia akan merasakan akibatnya nanti.

Aku masuk ke dalam rumah kembali untuk mengambil tasku. Aku malah bersyukur Aga tidak jadi mengantarku ke kantor. Tiba-tiba dari dalam tasku terdengar bunyi ringtone handphone-ku.

"Mau barengan ke kantornya?" tanya suara di seberang sana. Aku harus berpikir beberapa detik untuk menebak siapa yang sedang meneleponku.

"Ohh Raka ya?" tanyaku.

"Iya. Belum berangkat ke kantor kan? Aku sudah mau sampai di rumahmu nih," katanya. Aku bersorak dalam hati, lumayan dapat tumpangan gratis.

"Tapi kita kan beda arah."

"Hari ini aku ditugasin di cabangmu," jelasnya.

"Baiklah, aku tunggu ya," kataku dengan semangat.

Aga masih duduk di teras, aku kira dia sudah pulang. Aku menoleh ke arahnya sekilas.

"Kamu nggak kerja apa?" tanyaku akhirnya. Aku penasaran dengannya yang sudah rapi mengenakan pakaian untuk ke kantor, tapi tidak kelihatan khawatir akan terlambat.

"Sebentar lagi," sahutnya pendek. Tumben jawabannya waras.

"Ya sudah, aku pergi dulu ya," aku buru-buru mengenakan sepatuku waktu mobil Raka terlihat berhenti di depan rumahku.

Flaga (Telah Terbit)Where stories live. Discover now