1

4.2K 191 0
                                    

"Sialan."

Pemuda itu menatap kosong ke arah langit senja di atasnya. Tubuhnya bersandar ke kursi taman berwarna cokelat, dan di sebelah kursi itu terdapat sebuah tabung oksigen kecil. Tabung oksigen yang harus ia seret ke mana-mana. Tabung oksigen yang, tanpanya, Deon bisa saja meregang nyawa.

Tapi, memangnya kenapa? Kalau mati, kenapa? Toh, habis itu Deon gak bakal kesakitan lagi. Kalau Deon mati, dia gak bakal kesakitan lagi, kan?

Cklek!

"Eh?," Deon menengok ke sekitarnya.

Cklek! Cklek!

"Suara apaan sih?" Pemuda itu mengerutkan dahinya, merasa tak bisa menemukan sumber dari suara yang mengganggunya.

"Hehe. Kaget, ya?"

Kali ini, suara seorang gadis memenuhi pendengarannya. Pemuda itu menoleh ke arah belakangnya, mendapati seseorang baru saja keluar dari... semak-semak?

Untuk sesaat, Deon tertegun. Gadis itu berambut sewarna langit malam yang kelam, dengan sweater oranye dan rok biru muda selutut. Rambut hitam sepunggungnya ia kepang menjadi satu dan sebuah kamera tergantung di lehernya.

Tunggu, kamera?

"Lo tadi foto-foto gue?" Tanya Deon dengan wajah bingung.

"Kamu pede banget. Tapi memang iya, sih." Gadis itu mengerjapkan matanya dengan polos.

Deon terdiam lagi. Pemuda itu tak biasa mendengar seseorang—apalagi seorang gadis yang baru saja ia temui—memanggilnya dengan kata 'kamu'.

"Hapus. Gue gak suka difoto." Kali ini, Deon membuang mukanya. Ia memang tak suka dirinya dipotret. Lebih tepatnya, ia benci dipotret.

"Gak mau." Gadis itu menjawab perkataan Deon dengan mantap, seakan-akan menolak permintaan Deon barusan adalah hal yang wajar baginya.

"Lo tadi foto gue tanpa izin, sekarang gue minta lo hapus fotonya lo gak mau?" Tanya Deon lagi. Matanya sedikit terbelalak tidak percaya. Biasanya, orang-orang akan meminta maaf dan langsung menghapus fotonya. Gadis ini makhluk apa, sih?

"Yap. Aku gak mau." Gadis itu lagi-lagi menjawab dengan mantap.

Deon hanya memutar matanya, merasa sedang tidak ingin berdebat.

Tangan Deon segera mengambil alih kamera gadis itu, menghapus foto dirinya dalam sekejap.

Sementara sang gadis hanya terdiam, lalu kembali menoleh ke arah Deon.

"Kok dihapus? Yaudah, aku foto lagi, ya? Cheese!" Ujar gadis itu sembari memberi aba-aba.

Deon hanya ternganga tak percaya, sebelum tangan besarnya menutupi lensa kamera sang gadis.

"Gue gak suka difoto. Duluan, ya." Ujar Deon, lalu beranjak pergi sambil menyeret tabung oksigen kecilnya.

"Eh," gadis itu hanya mengangkat alisnya. "NAMA AKU NANA, SALAM KENAL, YA!"

Iya. Gadis itu berteriak. Meneriakkan namanya pada Deon yang sudah pergi menjauh.

"Gue Deon." Balas Deon, bahkan merasa tak perlu untuk berbalik badan.

Tanpa Deon ketahui, Nana hanya tersenyum mendengarnya, sembari memotret punggung pemuda itu dari kejauhan.

FALLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang