Part 29 : Jangan Kira Badai Sudah Berlalu

Start from the beginning
                                    

"Demi Tuhan apa yang kau pikirkan Freya?!" tanya Ryu dengan nada tinggi.

"Huh. Pikirkan saja sendiri!!" balas Freya dengan nada tidak kalah tinggi. Ia mencoba bangkit walaupun kakinya begitu sakit.

"Kau ... Berani sekali kau menciumku setelah begitu menikmati ciuman Alin ... Teganya kau ..." Mata Freya berkaca-kaca, airmata sudah siap tumpah kapan saja. Tidak lupa ia menggosok-gosok bibirnya berharap dapat menghilangkan rasa bibir Ryu yang masih menempel disana, "Dan bodohnya aku begitu terlena hingga membiarkan Ryu menciumku setelah bibirnya menyentuh bibir gadis itu," lanjutnya dalam hati.

Sebelum sempat berbalik, Freya sudah mendapati dirinya berada di dekapan Ryu. Freya berontak sambil memukul-mukul pria itu. Tapi Ryu bergeming, ia tetap memeluk Freya dan semakin mempererat pelukannya.

"Sssttt ... Tenanglah Freya sayangku ... Apa yang kukatakan tadi hanya lelucon, hanya kaulah perempuan satu-satunya yang bisa membangkitkan gairah ku," Ia tersenyum, "dan perlu kau tahu bahwa tadi aku sudah berkumur-kumur," bisik Ryu dengan nada menenangkan yang diselipi kejahilan.

"Bohong.." kata Freya parau, pemberontakannya berhenti.

"Aku berani bersumpah jika kau mau."

Freya terdiam sejenak, kemudian Ryu mengambil ancang-ancang untuk membopong kembali gadis itu.

"Ryu!!" kata Freya kaget saat Ryu tanpa permisi membopongnya kembali.

"Nanti akan kujelaskan lagi. Sekarang kita harus ke UKS dan mengobati lukamu. Aku tidak tahan melihat ekspresimu  yang kesakitan itu." Ia memasang seringai nakalnya yang sensual, "dan kuharap jangan ada pemberontakan lagi, kalau tidak akan kutinggalkan jejak-jejak merah di sekujur tubuhmu. Jadi kau tidak punya alasan lagi berlama-lama dalam perjalanan."

Seketika Freya mematuhinya.

---**---

"Jadi kau menikmatinya atau tidak? Kalau memang tidak apa alasanmu bersikap begitu?" tanya Freya setelah Ryu selesai membalut pergelangan kakinya yang terkilir.

"Tidak Freya, bagiku ciuman itu tak ada rasanya sedikit pun. Yang kukatakan padamu sebelumnya adalah hal yang tidak mungkin akan terjadi, aku hanya ingin menjahilimu sedikit. Balasan karena sudah membuatku kelimpungan menghadapimu dan hampir gila karena menginginkanmu."

"Lalu.. Mengapa kau membiarkan Alin menciummu?"

"Karena kau Freya."

"Aku? Apa hubungannya denganku?" Freya bingung.

Ryu mengambil kursi yang ada di dekatnya, kemudian duduk di kursi itu. Berhadapan dengan Freya yang terduduk di pinggir ranjang UKS.

Ia memejamkan mata sejenak. "Beberapa hari yang lalu Miki menemuiku..."

Tok. Tok. Tok.

Ryu membuka pintu kamarnya dengan malas, malam-malam begini siapa yang berani mengganggu dirinya yang sedang tidur. Lalu ia mendapati seorang pria yang sangat ia kenal. Dengan rambut cokelat terangnya yang berantakan dan mata biru yang tampak berapi-api.

"Oh kau Miki, ada apa?" tanya Ryu sambil berusaha menahan untuk tidak menguap.

Bukan jawaban yang ia dapat, justru sekarang pria itu mencengkeram kerah piyamanya dan mendorong dirinya hingga membentur tembok kamarnya yang dingin dan keras. Berkat perbuatan Miki sekarang Ryu sudah tersadar sepenuhnya dari rasa kantuk yang sedari tadi merayapinya. Ryu balik menatap Miki dengan pandangan berapi-api.

"Kuberi kau waktu tiga detik untuk melepaskan cengkeramanmu jika tidak jangan salahkan aku kalau memakai cara kasar," kata Ryu dengan nada penuh ancaman.

Eye of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now