1

1.6K 63 11
                                    


"Ish! Ma..." Gue menatap mama melas di meja makan malam ini. Berharap ia mau merubah keputusannya memindahkan sekolah gue ke Jakarta lusa besok. Mama menggelengkan kepalanya pelan.
"Gak sayang. Mau gak mau suka gak suka, besok lusa kamu di Jakarta sama tante Senjana. Soal sekolah udah mama urus semuanya. Ini buat kebaikan kita bersama nak" ujarnya lembut seraya mengusap tangan gue. Huffft, oke gue nurut.
"Ya udah kalo gitu terserah mama. Tapi, mama janji harus sering sering nelpon aku di sana yah?" Mama menganggukan kepalanya tanda setuju.

***

Tak terasa hari berganti dengan cepat. Sekarang gue udah berada di rumah tante Senjana, adiknya mama. Pagi ini gue bersiap untuk berangkat ke SMA baru gue, Cahay Bangsa.
"Tante, (sebutnamakamu)­ berangkat dulu yah" pamit gue sambil menyalimi tangan beliau.
"Iya hati hati yah (sebutnamakamu)­. Beneran gak mau tante anterin?" Gue menggeleng.
"Gak usah tante, aku di anter supir aja. Kalo gitu (sebutnamakamu)­ sekarang ya tan, daah..." Gue melambaikan tangan pada tante Ana lalu berlari kecil menuju mobil yang akan mengantar gue ke sekolah baru gue. Semoga merek menyenangkan.

***

"Yak sampe sini aja pak biar (sebutnamakamu)­ masuknya jalan aja" kata gue setibanya di depan gerbang sekolah gue.
"Baik non, nanti mau di jemput jam berapa non?" Tanya pak Jo, supir tante Ana.
"Emhh... Nanti (sebutnamakamu)­ yang telpon deh pak. (Sebutnamakamu)­ masuk yah, dah pak Jo" gue melambaikan tangan lalu berlari kecil memasuki gerbang sekolah.
"Non! Bola basketnya!" Teriak pak Jo seraya keluar dari mobil.

Gue menepuk kening gue seakan sadar. Dengan segera gue berbalik.
"Oh iya. Lupa pak heheh. Lemparin aja pak bolanya" pinta gue. Pak Jo menurut lalu melempar bola basket di tangannya ke arah gue, dengan sigap gue menangkapnya.
"Makasih yaa pak" kata gue lalu berlari masuk. Pak Jo hanya menggelengkan kepalanya.

**

"Eumm... Kayanya ini deh kelasnya. Semoga." Gue mengetuk pelan pintu kelas yang tertutup. Dari dalam terdengar perintah untuk membukanya. Perlahan gue memegang gagang pintu lalu membukanya.
"Permisi bu,"
"Iya kamu. Kenapa kamu terlambat?" Tanyanya galak. Buru buru gue menggeleng.
"Maaf pak, saya (sebutnamakamu)­ murid pindahan dar..."
"Ooh jadi kamu murid barunya? Mari masuk perkenalkan diri kamu pada teman teman kamu" ujarnya memotong kalimat gue. Gue menurut lalu mengikuti langkahnya ke dalam kelas. Banyak pasang mata yang menatap gue aneh tapi, gak sedikit juga yang cuek. Terlebih cewek-ceweknya.­ Huuh oke, kayanya berteman di sini gak semudah di Bandung. Kalo aja gak demi mama.... Hffft...

"anak-anak hari ini ternyata kelas kalian mendapatkan seorang siswi baru. (sebutnamakamu)­ perkenalkan nama kamu" kata guru itu. Gue mengangguk lalu maju selangkah.
"nama gue (sebutnamalengk­apkamu). Pindahan dari Bandung." ujar gue singkat.

Seorang anak laki laki yang duduk di belakang dekat jendela sedikit mengangkat kepalanya ketika mendengar suara (sebutnamakamu)­. Dia memperhatikan jelas lekuk wajah gadis Bandung itu. Tapi, bukan itu yang menarik perhatiannya.

Melainkan apa yang ada di tangan kirinya. Bola basket.
"ya baik kalo begitu (sebutnamakamu)­ kamu bisa duduk dengan..." guru paruh baya di samping gue terdiam sambil melihat sekeliling.
"ahh itu di samping Dicky" ujarnya sambil menunjuk bangku kosong di dekat jendela.

Gue mengangguk lalu berjalan santai mendekatinya. Entah gue ge'er atau emang nyata, gue rasa sekelas pada ngeliatin gue. Why? Ada yang salah sama cowok ini?
Tanpa berbasa basi gue menaruh tas gue di meja lalu mengeluarkan peralatan sekolah gue.

***

Bel berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Gue tengah asik mengelilingi koridor sekolah sendirian sambil sesekali memainkan bola basket di tangan gue. Gak sedikit dari mereka yang menatap gue heran tapi, menurut loe gue peduli gitu sama tatapan kalian? Hh..

Im HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang