3

26K 1K 28
                                    

7 bulan kemudian

Aku merapikan kamar Saga yang terlihat sedikit berantakan karena kado-kado pemberian pasca kelahiran Saga betebaran di beberapa bagian. Saga sudah berumur tujuh bulan, pertumbuhannya sejauh ini baik. Berat badannya semakin bertambah dan membuat tubuhnya sedikit gempal. Sangat menggemaskan memang anakku satu itu.

Sekarang ini Saga lagi demen banget ngoceh. Bapaknya girang banget kalo lagi dapet libur terus anaknya ngoceh kaya burung beo menyambut kedatangannya. Saat aku menyapu peluh yang membanjiri wajahku, tiba-tiba aku mendengar bel berbunyi. Menyempatkan melihat Saga sebentar untuk memastikan dia baik-baik saja, aku turun untuk membukakan pintu.

"Val!!!" Aku langsung memeluk Valerie yang ternyata adalah si pemencet bel tadi.

Semenjak aku menikah, Valerie yang menggantikan posisiku di kantor. Dan hal itu membuatnya harus dipindahkan ke Macau untuk mengurus proyek perusahaannya. Kavaleri memutuskan untuk menyuruhku berhenti bekerja untuk empat sampai lima tahun ini.

"Kamu harus jagain anak kita dulu yang, ntar kalo dia udah bisa ditinggal baru deh kamu boleh kerja. Kamu tenang aja, kebutuhan shopping kamu masih bisa terpenuhi walaupun kamu cuma di rumah. Aku sanggup kok."

Begitulah kira-kira ocehan si pilot bawel itu.

"Yuk masuk! Lu kenapa nggak bilang sih kalo mau dateng ke sini?!" Tanyaku sembari merebut kopernya.

"Gue emang sengaja mau bikin surprise. Lagian nih baru aja landing langsung kesini gue."

Aku merasa terhormat sekali dengan sikap sahabatku ini. Dia merelakan waktu istirahatnya hanya untuk mengunjungiku.

"Mana anak lu Dis? Gue udah nggak sabar pengen nyubit pipi endutnya!"

"Di kamarnya, naik aja yuk ngobrol-ngobrol di kamarnya Saga."
.
.
.

Jam menunjukkan pukul delapan malam. Valerie masih bersamaku. Itung-itung jadi temen karena aku sendirian. Kavaleri mungkin tiga hari akan pulang.

"Gue balik dulu ya Dis, nggak papa kan kalo lu sendirian? Besok pagi gue ke sini lagi deh."

"Lu nggak nginep aja ya? Tidur ama gue." Tawarku dengan setengah memohon agar dia bermalam.

"Besok aja nginepnya, gue harus ketemu bokap nyokap dulu. Yakin deh janji besok nginep."

Akhirnya dengan berat hati aku mengantarkan Valerie ke depan untuk menunggu taksi yang sudah dipesan. Aku menggendong Saga yang belum juga tertidur.

"Nah itu dateng, gue balik dulu ya Dis. Jaga diri baik-baik! Kalo butuh apa-apa lu bisa telfon gue."

Aku tersenyum dan mengangguk paham atas instruksi Valerie. Aku memandangi taksi yang ditumpangi Valerie hingga tak terlihat lagi. Aku segera masuk dan mengunci pintu rumahku.

***

Pagi ini aku bangun lebih awal dari biasanya. Semalam tak bisa memejamkan mata. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal di dalam hati. Mondar-mandir di dalam kamar, sebentar-sebentar ke kamar Saga untuk memastikan keadaannya. Hingga akhirnya sekarang aku berada di dalam bath-up. Mencoba melepaskan beban pikiran yang aku sendiri tidak tahu apa itu.

"Aku kenapa sih ini? Rasanya kaya takut kehilangan seseorang..." ocehku pada kaca yang ada di hadapanku.

Aku segera berpakaian dan menyisir rambutku, lalu bergegas membawa Saga ke kolam renang untuk menyuapinya.
.
.
.

"Ayo dong sayang makan dulu, aakkk..."

Saga juga sangat menggodaku, membuatku lelah sendiri. Ini pertama kalinya aku sedikit kesal dengan Saga yang tidak menurut seperti biasanya. Aku mendudukkannya di baby walker dan mendorongnya ke sana kemari agar dia mau makan. Tapi tetap saja dia mengunci mulut mungilnya.

My Captain Pilot [After Marriage]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang