Chapter 2

231 25 3
                                    

Ada satu hal dari banyak hal yang cukup membuat Seohyun kesal. Bukan terjatuh dari tangga kemudian tangga itu mengenainya. Bukan ia memberi barang baru kemudian teman-temannya tak sengaja merusaknya. Bukan tak sengaja tersandung dan akhirnya jatuh tersungkur di depan banyak orang. Bukan juga membeli barang yang cukup mahal dan ternyata palsu. Hal yang cukup membuatnya kesal adalah ketika ia sudah bersiap untuk tidur, kemudian ada seseorang atau sesuatu yang memaksanya untuk beranjak.

Hal itu terjadi padanya malam ini. Ia pikir setelah memberikan jatah makanan Luhan, ia akan bisa menikmati jam-jam terakhir hari ini. Ternyata Tuhan berkehendak lain, atau bisa dibilang, Luhan berkehendak lain. Namja setampan namja-namja di komik itu justru menyuruhnya untuk kembali datang ke kamarnya dengan menekan tombol panggilan—yang biasa Seohyun sebut tombol sialan—yang terletak menempel di dinding di atas meja kecil yang ada di kamarnya.

Seohyun mencoba bersabar. Namun sedikit gagal. Berkali-kali ia memutar kedua matanya setelah ia bangkit tak lagi berbaring, masih duduk di atas ranjang dan enggan sekali untuk hengkang dari tempat itu.

Yang benar saja? Ia sudah berganti pakaian tidur. Ia juga sudah mencuci kaki dan mukanya. Tak lupa ia menggosok giginya setelah itu. Dan ia juga sudah melompat ke atas ranjangnya, siap untuk pergi ke dunia mimpi. Namun, kenyataan hidup memang sungguh pahit.

Seohyun sekilas melihat ke arah jam dinding seraya memaksa dirinya untuk segera beranjak. Sudah hampir pukul sepuluh malam. Apa lagi yang namja itu inginkan? Dan walaupun tidak tertera di peraturan, bukankah untuk datang ke kamar tamu malam-malam begini terlihat sangat salah? Apalagi Luhan seorang namja sedangkan ia adalah seorang yeoja.

Seohyun mempercepat lajunya ketika didengarnya bel sialan berbunyi kembali. Namja itu benar-benar tidak sabaran.

***

TOK TOK TOK

"Masuk...."

Sosok Luhan yang menatap Seohyun tepat di manik mata menyambut Seohyun seusai yeoja itu menutup pintu kamar. Yeoja itu melangkah lebih dekat secara lambat.

"Sudah kubilang tidak usah mengetuk pintu." Kata Luhan sebagai ganti sapaan 'Selamat malam'.

"Ah, tidak bisa begitu, Tuan." Seohyun memaksakan untuk tertawa kecil sambil menyelipkan sebagian rambutnya ke belakang telinga kanannya.

Luhan tidak merespon ucapan Seohyun. Namja itu justru memiringkan tubuhnya yang berbaring di atas tempat tidurnya dan terlihat mencari sesuatu di sebuah meja kecil di sana.

Seohyun, yang tak tahu harus berbuat apa terlihat kebingungan. Dipandangnya sekeliling ruangan, guna menghapus rasa canggung yang merasuk di hatinya. Mengapa namja ini tak juga mengatakan apa yang diinginkannya?

"Mengapa Tuan memanggil saya?" pada akhirnya Seohyun memberanikan diri untuk bertanya. Bertepatan dengan itu, Luhan yang tadi terlihat sibuk sepertinya juga sudah menemukan barang yang sedari tadi dicarinya. Namja itu menggenggam sebuah buku tebal di tangannya. Sebuah novel, mungkin?

"Igeo...," Luhan memandangi buku yang ada di genggamannya.

"Ne?"

"Bacakan buku ini untukku."

"Ne?!"

"Wae? Cepat kemarilah!" kata Luhan.

Seohyun melangkah ragu menuju tempat tidur Luhan. Yeoja rupawan itu menengok kesana-kemari mencari sesuatu.

"Eung...," Seohyun menggaruk kulit kepalanya. "Apakah tidak ada kursi kecil di sini?" kata Seohyun lirih.

"Ada, di sana." Ujar Luhan menunjuk ke arah ruang makan di sudut ruangan.

[ HanSeo ] [C] Attracted AlreadyWhere stories live. Discover now