2.

9.6K 401 3
                                    

"Oke Ayah, deal."

Roland langsung tersenyum lebar yang disambut Luna dengan bergidik ngeri, karena ia tau tugas dari ayahnya tidak sesederhana itu. Pasti.

Ah sial, salah ngomong.

---

"Jadi gini Luna, ini gampang. Ayah gak bakal ngasih kamu tugas seberat Sammuel sampai harus ngurusin perusahaan segala,"

"Tapi, Ayah mau kamu buat negur mereka yang udah kurang ajar ngurusin sekolah milik kita. Simpel bukan?"

Luna mendelik ke arah Roland, ia berpikir keras apa yang harus ia lakukan. Karena Ayahnya berbicara hal-hal tersirat seperti tadi, ia harus benar-benar memberi pelajaran kepada siapapun yang berani kurang ajar dibawah pengawasannya kali ini.

Menarik, Luna suka tugas kali ini.

"Gampang, Luna tau harus apa. Jadi bener ya Ayah, kali ini Ayah gak boleh ikut campur kecuali Luna minta atau keadaannya udah mendesak. Luna bukan anak kecil, oke?"

Dahi Roland mengkerut, anaknya benar-benar berkepala batu. Tidak ingin dilindungi olehnya, yang jelas jelas hidupnya tidak seaman itu.

Tapi apa boleh buat, ini perjanjian antara dia dan anaknya, "Iya, kamu bawel banget ya Luna, hehe."

"Ih Ayah bagus dong, berarti Luna bawel kayak Bunda, wle." Tak lupa lidah Luna menjulur keluar berniat bercanda dengan Ayahnya.

Pintu ruangan kerja Roland terbuka, muncul sosok wanita dewasa yang sudah bisa dipanggil ibu.

"Sayang, jangan bilang ya kamu selingkuh sama anak kamu sendiri?!"

Roland tergelak ditempat, sedangkan Luna hanya terkekeh melihat kelakuan Bundanya yang tidak masuk diakal ini.

"Ampun Rose, nggak gitu. Kamu nih ada-ada aja," Bela Roland kali ini tanpa menghilangkan raut wajah menahan tawa dari wajah lelahnya.

"Abis ya Bunda pusing, liat Luna masih jomblo aja. Sayang Lun, cantik kamu itu harus dimanfaatin. Kalo ada yang ganteng, pepet lah bisa."

Luna tidak bisa menahan tawanya kali ini, Bundanya bisa dimasukkan dalam kategori 'Bunda tidak waras'

Sungguh menggelikan.

"Iya Bunda siap, nanti yang ganteng-ganteng Luna serempet, biar masuk rumah sakit sekalian."

Rose yang mendengar ucapan anaknya langsung melotot ke arah Luna.

"Aish udah ah Bun, Luna mau jalan ke Mall ya, refreshing sebelum ngejalanin hukuman dari Ayah."

"Dadah Ayah, dadah Bunda. Jangan kangen Princess ya! Hehehe,"

Luna langsung melenggang pergi meninggalkan Ayah dan Bundanya. Merogoh sakunya mencari kunci mobil terbarunya kali ini.

Jangan langsung berpikir itu hadiah dari Ayahnya atau bagaimana, mobil mewah ini sebenarnya hasil dari tabungan Luna selama ini.

Tanpa menunggu lama, mobil Luna mulai membelah jalanan menuju salah satu Mall yang tak usah ditanya seberapa terkenalnya.

Sesaat sampai di Mall, Luna turun dari mobilnya dengan terburu-buru. Perutnya sudah meraung-raung minta di isi.

Tatapan pengunjung Mall sekarang tidak bisa berpaling dari sosok Luna. Bagaimana tidak, lihat saja Luna. Dia benar-benar menarik perhatian!

Rambut gelombangnya yang sedikit berantakan menambah kesan nakal, mata yang tajam tapi mempesona, hidung mancung terpahat sempurna, bibir pink khas remaja. Sesuatu yang bisa dibilang, sempurna.

Dengan paduan baju yang dipakai Luna, walau terlihat sederhana itu bahkan meningkatkan pesonanya.

Sedangkan Luna, mendapat tatapan seperti itu, ia menjadi risih.

Gaje banget orang-orang, kayak nggak pernah liat orang cantik.

Luna masih jalan terburu-buru kearah restoran dan tanpa sengaja menabrak seseorang. Luna sedikit oleng tetapi ia mempertahankan posisinya ditempat.

Sedangkan orang yang ditabraknya tampak membereskan berkas-berkas yang berserakan di lantai, entah apa itu Luna tidak peduli.

Ia segera membantu, "Ah maaf, nggak sengaja maaf ya, saya lagi buru-buru."

Luna bukan tipe orang sombong yang selalu menjatuhkan kesalahan yang diperbuatnya pada orang lain. Prinsipnya sederhana, kalau orang lain tidak memprovokasi dia, maka dia juga tidak akan merasa terganggu.

Pria itu mendongak, wajahnya yang sudah termakan oleh waktu tidak mengurangi kadar ketampanannya sama sekali.

Menatap Luna yang masih membantunya, "Oh iya, santai aja, nak. Om juga liat kamu buru-buru kok,"

Luna yang tadinya jongkok segera berdiri setelah mendengar kalimat dari laki-laki tersebut, "Oke deh om. Kalo gitu saya duluan ya," Ia menampilkan senyum terbaiknya.

Pria itu tidak dapat menahan berbagai pikiran yang merasuki benaknya. Gadis ini cocok sekali untuk anak nakalnya.

"Tunggu,"

Langkah kaki Luna tertahan sebentar, ia langsung menengok kearah belakangnya. "Kenapa om?"

"Nama kamu siapa?"

"Aluna, Aluna Lucia Dominix." Luna kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Urusan perut itu nomor satu, yang lain tidak lagi penting.

Pria itu tertegun. Tepat sekali, ini buah hati rekan lamanya! Ia sama sekali tidak dapat menahan rasa bahagia yang muncul di hatinya.

Ah tinggal tunggu waktunya.

---

Perut Luna sudah terisi, ia sudah tidak mood berlama-lama di Mall. Rasanya ingin menjatuhkan seluruh tubuhnya di pulau kapuk.

Tanpa banyak berpikir lagi, Luna langsung melajukan mobilnya kembali menuju rumahnya tercinta.

Bersiap menghadapi hari esok, yang pastinya akan sangat menantang.

Tunggu aja gimana nanti kucing manis ini berubah jadi harimau, honey.

***

Pengen ngemis vote plus komen rasanya. Tapi ya thank you udah enjoy! Muaaa~

[Thursday, 31 May 2018]
[Publish, Saturday, 2 June 2018]

Keep It Secret, HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang