Penantian

12.8K 461 6
                                    

Tak semudah bagiku untuk bisa meredakan resahku
Meski kucoba menyangkal
Sungguh merisaukan benakku
Aku memimpikan malaikat
Berkenan menemani aku
Tuk sekedar melipurkan hati
Dengan setulus hati

Betapa aku telah lama tinggalkan binar di hatiku
Atau mungkin kan tertawa
Namun jiwaku terasa jauh

Tak lelah kupandang langit
Berjuta harap ku menanti
Penuh harap kumenanti.......
Keajaiban datang dan menghampiriku
Oh ..
Aku tak tahu apa yang kan kutemui

Aku masih menunggu dan menunggu
Berharap akan datang keajaiban ..

Seharusnya aku tak patut bersedih
Atas semua yang terjadi kepadaku
Aku merasa bahwasanya hidup ini
Tak lebih dari sebuah perjalanan

Hingga saat ku tiba
Semoga tak lelah aku berpeluh
Hingga saat ku tiba
Kuharap temukan apa yang ku cari

(Padi_menanti keajaiban)

Aku berjalan menuju taman diiringi lagu padi yang mengalun dari earphone ku.
Hari ini aku agak terlambat 15 menit kesana karena aku ketiduran sepulang kuliah tadi. Biasanya aku ke taman tepat jam 16.00 WIB seperti kebiasaanku disaat aku masih bermain dengannya.

Aku pun duduk di bangku taman yang dulu pernah kami duduki saat dia menolongku.
Perbedaan hari ini langit begitu cerah, sepertinya sore ini tidak akan hujan seperti biasa.

Aku melirik jam yang ada di tanganku sekarang waktu menunjukkan pukul 17.10 WIB. Tidak terasa hampir satu jam aku duduk disini. Di tangan kiriku pun tidak hanya jam yang melingkar disana tetapi ditemani sebuah gelang. Ini gelang pemberiannya dulu sebelum dia pergi. Dulu gelang ini longgar tetapi sekarang sudah pas ditanganku.

"Apa kabar prince?" Gumamku sambil mengelus gelang yang ada di tanganku.

"Kamu kapan datang... aku merindukanmu prince... apakah kau masih mengingatku prince... akankah kau datang lagi prince ke dalam hidupku..." aku pun berdiri dan berjalan pulang.

"Kau tahu prince? Hari ini tidak hujan, langit cerah menemaniku di taman untuk menunggumu prince..." gumamku sambil menjauh dari taman dan pulang.

Aku membuka pintu dan melihat keadaan rumah yang masih sepi. Sepertinya mamah dan papah belum pulang ucapku dalam hati.

Waktu telah menunjukkan pukul 17.30 aku pun bergegas ke kamar untuk mandi setelah itu aku ke dapur untuk membantu Bi Onah menyiapkan makan malam.

Aku anak tunggal di keluarga ini. Tetapi aku tidak tumbuh menjadi pribadi yang manja. Karena mamah dan papah sibuk mengurus bisnis mereka. Papah mengurus perusahaan sedangkan mamah sibuk mengurus butiknya. Aku juga tidak kekurangan kasih sayang orang tuaku karena setiap hari libur mereka selalu menyempatkan diri untuk menemaniku.

"Bi masak apa hari ini...??" tanya ku saat memasuki dapur. Bi Onah sedang mengeluarkan beberapa bahan masakan dari dalam kulkas.

"Bibi mau masak cumi asam manis Rin.." jawabnya. Yah Bi Onah memanggilku Rin karena aku yang menginginkannya.

Pada awalnya Bi Onah menolak namun karena sedikit paksaan dan rajukan dariku dia pun bersedia memanggilku Rin tanpa embel-embel nona di depannya. Begitu pun dengan Pa Ujang yang bekerja sebagai supir di keluarga kami.

"Asyikk..." aku pun bertepuk tangan riang karena malam ini kami akan memasakkan makanan favorit ku.

Bibi hanya tersenyum melihat tingkahku yang seperti anak kecil.

"Aku bantu yyah bi..." ucapku dan langsung ikut nimbrung di dapur.

Kami pun asyik memasak di dapur berdua. Diwarnai dengan canda tawa pada lelucon yang selalu Bi Onah lontarkan.

"Finish..." aku bertepuk tangan saat semua pekerjaan telah selesai dan masakan pun telah tertata cantik di atas meja makan.

"Remis? Kita kan masak cumi asam manis bukan remis.." tanya Bi Onah yang kebingungan dengan perkataanku.

"Aduh..." menepuk jidat "Finish bi.. bukan Remis... hadeuh..." aku sesikit kesal karena tingkah Bi Onah barusan, tapi berhasil membuat ku tertawa juga.

"Ohh.. apa itu maksudnya Rin?" Bi Onah cengengesan sambil menanyakan maksud dari perkataan Rin.

"Finish itu artinya selesai.." terangku. Dan Bi Onah hanya membentuk bibirnya menjadi huruf "o" tanpa suara.

"Bi kapan ya ibu sama ayah pulang?" Tanyaku sama Bi Onah, aku melirik jam tanganku.

"Udah jam 7 malem nih bi.. ko ayah ibu belum pulang ya? Bibi tau gak?" Tanyaku lagi. Bibi hanya mengangkat bahunya tanda dia tidak tahu.

"Ih bibi Rin tanya bibi ko gak jawab sih.." ucapku karna kesal dicuekin sama bibi.

"Bibi gatau Rin tuan sama nyonya gak pesen apa-apa sama bibi.. kenapa gak coba buat ditelepon aja?" Saran bibi.

Ting satu ide muncul di otakku.
"Oh iya aku punya ide gimana kalo aku telepon aja kali ya...??" Ujarku sambil menaikkan kedua alisku.

"Haduh Rin Rin..." Bi Onah geleng-geleng kepala. "Itu mah bukan ide Rin... barusan kan bibi bilang kenapa kamu gak coba telepon tuan dan nyonya aja..." ujar bi onah.

"Hehehe maaf bi.. yaudah Rin telepon ibu sama ayah dulu ya.." Bi onah hanya menganggukkan kepala, lalu aku pun bergegas ke kamar untuk mengambil hp ku lalu menelepon papah.

"Bi..." seruku sambil mencari bibi di dapur.

"Ya Rin.. ada apa?" Tanya bibi setelah datang dari arah pintu dapur yang menghubungkan dengan taman yang ada di belakang rumah.

"Ibu sama ayah malam ini gak bisa pulang katanya.." ucapku sambil menekuk bibirku.

"Kenapa katanya?" Tanya bibi sambil mengelus kepalaku.

Inilah yang aku sukai, disaat aku sedang sedih bibi pasti akan mengelus kepalaku agar aku tidak larut dalam kesedihanku. Dulu disaat dia masih ada dia yang melakukannya, lalu memberikanku coklat.

Ah aku merindukanmu prince.
Gumamku dalam hati.

"Katanya ibu mau nemenin ayah lembur di kantor.. jadi kemungkinan ayah ibu pulang larut atau baru pulang besok pagi bi... temenin aku makan ya bi..." rajukku.

"Iya Rin.. bibi temenin.." aku pun tersenyum mendengar jawaban bibi.

"Ajak pak ujang sekalian bi.."

Bibi lalu pergi untuk memanggil pak ujang, tidak lama mereka pun datang dan kami langsung menuju meja makan dan makan bersama.

Setelah selesai aku membantu Bi Onah membereskan meja makan, lalu mencuci piring. Setelah semua selesai akupun pergi ke kamar dan tidak lama aku pun tertidur.

------------------------------------------------
Ayo gimana bagian yang ini?
Jangan lupa vote ya..
Aku tunggu loh kritik dan saran kalian
Thanks :)

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang