[4] Kertas kecil malapetaka

Depuis le début
                                    

"Begadang Jen, saya baru bisa tidur jam 5 pagi. Hoamm..." balas Disa singkat sembari menguap dan mengucek-ngucek kelopak matanya yang merah berair

"Serius mbak?!"

"Apa dari raut wajah, saya terlihat berbohong?" sungut Disa kesal yang membuat Jeni hanya bisa nyengir

"Enggak Mbak hehe.."

Mereka akhirnya masuk ke dalam lift dengan posisi punggung Jeni yang berada tepat di depan tubuh Audisa. Gadis itu pun menyenderkan kepalanya yang berat pada punggung Jeni. Ingin rasanya lelaki itu memborbardir bossnya dengan berbagai macam pertanyaan seperti biasa, namun ia telalu takut apabila Audisa mengamuk dan dirinya bisa saja berubah menjadi daging cincang saat keluar dari lift ini nanti. Ditambah, status pengangguran

Ting!!

Lift terbuka dan Jeni masih setia mendampingi kemana langkah boss nya tersebut akan pergi. Saat sudah berada di depan ruangannya, Audisa langsung masuk dan berlari kencang menuju sofa, terkulai lemas di atasnya bagaikan jelly yang lembek membuat Jeni terheran-heran melihatnya.

"Mbak sehat?" tanya Jeni yang tiba-tiba khawatir melihat kondisi mengenaskan boss nya itu sekarang

"Kalo sakit, ya saya di rumah sakit dong! Kamu ini gimana sih?" balasan ketus dari Disa membuat Jeni semakin kebingungan

"Jadi sebenernya Mbak itu sakit tapi masih maksain ke kantor?" dengan polosnya, Jeni malah bertanya lagi yang membuat kepala Disa semakin bertambah nyut-nyutan. Padahal gadis itu belum memulai aktivitas apapun pagi ini, kecuali berangkat ke kantor

"Daripada kamu saya pecat, mending kamu pergi Jen! Saya lagi butuh tidur sekarang. Nanti, misalnya ada yang nyariin saya, bilang saja sibuk dan tidak bisa di ganggu. Ngerti?" cerca Disa panjang lebar pada asisten somplaknya itu, dan Jeni hanya manggut-manggut sok ngerti

"Oiya satu lagi, nanti bangun kan saya jam 12 saat makan siang. Oke?" sambung Disa untuk yang terakhir kalinya sebelum ia pergi ke pulau kapuk.

"Siap mbak"

***

Disa Pov

Suasana ruangan benar-benar menjadi hening saat Jeni meninggalkanku seorang diri. Dengan langkah tertatih, aku terpaksa bangun lagi dari tidurku untuk menutup kain gorden yang saat ini menampilkan pemandangan langit biru ibu kota yang bersinar sangat cerah, se cerah senyum karyawan yang baru saja menerima gaji bulanannya

Ku tutup rapat kaca jendela dengan gorden berwarna navy ini agar celah-celah cahaya matahari tidak dapat menerobos masuk dan mengganggu tidur singkat ku nanti. Setelahnya, akupun mengambil bantal, guling, serta selimut yang kusimpan rapi di dalam lemari khusus di mana isi dalamnya hanya diketahui oleh diriku dan Jeni. Karena, apabila orang lain mengetahuinya bahkan melaporkannya pada Tuan Yusuf, bisa bisa aku dipecat dan diusir oleh Kakek ku sendiri. Mengerikan

Aku lalu mengikat tinggi-tinggi rambutku sembari mencari lagu-lagu slow dari komputer yang setiap harinya memang tidak pernah ku matikan. Dan pilihan pun jatuh pada tembang lawas milik Aerosmith yang berjudul I don't want miss a thing.

Ku naikan suhu ruangan seperti biasanya, mematikan lampu,

Dan, tidur.

***

Author Pov

Waktu telah menunjukkan pukul 11.30 siang di mana keadaan kantor sedang padat dan sibuk luar biasa karena waktu istrahat makan siang akan segera tiba. Banyak karyawan yang berlalu-lalang atau pun sibuk pada meja kerjanya sendiri, melakukan berbagai hal ataupun kegiatan yang membuat pekerjaan mereka akan selesai tepat waktu jauh sebelum deadline tiba. Tetapi hal tersebut tidak terjadi pada Jeni, lelaki itu malah terlihat santai sembari membaca sebuah majalah fashion terbaru di tangan nya.

My Arrogant Young BoyOù les histoires vivent. Découvrez maintenant