Part 19 : propose

5.8K 130 13
                                    

Haiii...

Saya datang lagi *cling*

hahahha..

Oh iya, sebelumnya saya berterima kasih untuk teman-teman yang sudah mendukung saya hingga cerita ini sampai bagian ini..

Oke deh tidak usah berlama-lama, kita langsung saja

***

Part 19 : Propose

Kami berdua berjalan menyusuri dermaga kayu yang adalah tempat dimana kapal yang tadi kamu gunakan dilabuhkan. Pulau ini terlihat dengan caranya sendiri, walau sebagian besar bagian dari pantai ini adalah karang. Pohon-pohon di pulau ini juga cukup banyak yang meneduhkan.

"Pulau apa ini Den?" tanyaku masih dengan mengamati pulau sepi yang hampir aku kira tak berpenghuni jika aku tidak ada rumah berwarna putih itu.

"One." Aku mengernyitkan keningku. Bingung akan jawaban Brayden. One? Satukah? Namanya pulau satu? I don't get it.

"Lalu kenapa kita kemari?"

"I wanna tell you something." Tell? Mengatakan sesuatu kenapa harus sampai menyeberang ke pulau ini? Apa pentingnya yang akan dikatakannya?

"Pulaunya sepi banget," komentarku mengamati keadaan pulau yang memanh sangat sepi, namun tak terkesan menakutkan.

"It's privately owned. Jadi tidak ada satu orang pun yang kesini, tanpa ijin sang empunya pulau." Terjawab sudah mengapa pulau ini walaupun sepi, namun sangat terawat. Pasti orang yamg memilikinya sangat kaya hingga memiliki pulau sendiri. Aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku mendengar perkataan Brayden.

"Lalu kenapa kita kemari?" tanyaku lagi mengulang pertanyaan yang tadi dijawabnya dengan sok berahasia.

"I've told you that i wanna tell you something!" ucapnya sambil menggeretakkan giginya. Sepertinya dia kesal dengan pertanyaan yang berulang-ulang kuutarakan padanya. Hah, aku kan cuma penasaran.

"Memangnya apa yang mau kamu katakan?

"Something. Sudahlah, lebih baik kita masuk dan makan siang. Aku sudah lapar karena harus menjawab pertanyaanmu yang berulang-ulang." Brayden melangkahkan kakinya panjang-panjang, hingga tak berapa lama kemudian dia sampai di depan rumah itu dan menungguku yang tertinggal cukup jauh di belakangnya.

"Kaki siput," gerutunya ketika aku sudah sampai di sampingnya beberapa menit kemudian. Aku hanya mencibirnya pelan.

***

Hari sudah sore ketika aku selesai dengan novel terjemahan yang Brayden berikan kepadaku. Aku melirik pada jam yang terdapat dinding kamar yang aku tempati. Pukul 4.50. Tadi katanya aku boleh bersantai disini hingga nanti dia memanggilku. Apa yang sebenarnya dia rencanakan sih? Entah mengapa aku selalu terpikir akan hal itu, namun tak kunjung mendapat jawabannya. Entah otakku yang memang saat ini bekerja dengan lambat entah apa juga. Sempat terlintas di benakku kalau pria arogan nan sombong itu akan melamarku, namun mengapa ia harus melakukan hal itu? Toh minggu depan kita akan resmi bertunangan.

Semakin aku berpikir, semakin aku tak mendapati jawabannya hingga aku lebih memilih untuk tak memikirkan mengenai itu.

"Uli!!" suara beratnya terdengar diiringi langkah kaki menuju kamar yanh sedang aku tempati. Aku pun segera berpura-pura tertidur dengan buku yang menutupi wajahku. Tak beberapa lama aku mendengarkan pintu terbuka diiringi desahan kerasnya dan sedikit gerutuannya yang mengatakan aku tukang tidur. Hey aku gak sekebo itu kali.. Ingin rasanya aku segera bangun dan berteriak di depan mukanya. Namun itu berarti aku membuka penyamaranku dan aku tidak menginginkan hal itu.

me,my cousin and my workmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang