11

34.1K 748 4
                                    

Keisya mengerjapkan matanya karena sinar matahari yang menelusup masuk melalui celah gorden jendela. Keisya menatap langit langit kamar lalu tersenyum. Dia berada di kamar Gio, suaminya.

Keisya menyingkap selimutnya lalu mendapati lengan kekar Gio memeluk pinggangnya dengan posesif. Keisya mengubah posisinya menjadi miring menghadap Gio yang masih terlelap.

Wajah tidur Gio terlihat sangat tampan bagi Keisya. Keisya kembali tersenyum mengingat kaau Gio adalah suaminya, yang tak akan Keisya bagi pada siapapun. Keisya kembali teringat kejadingan tadi malam.

Keisya menatap mata terpejam itu dengan sedikit rasa bersalah di dalam hatinya. Gio seharusnya sudah memilikinya tadi malam. Tapi Keisya takut dan belum siap.

Keisya menyentuh pipi Gio yang dingin lalu mengusapnya lembut. Keisya tertawa kecil melihat dahi Gio berkerut dan bergumam tak jelas. Keisya menatap bibir Gio yang bergerak. Entah setan apa yang meghinggapinya, Keisya mendekatkan kepalanya pada Gio lalu mencium bibir Gio singkat.

Tepat saat Keisya menjauhkan wajahnya, kedua mata Gio perlahan terbuka. Gio mengerjapkan matanya lalu tersenyum mendapati Keisya berada di depannya.

"Morning, Sweetheart.." Suara serak Gio menyapa Keisya dengan lembut. Gio menarik punggung Keisya lalu memeluk tubuh mungil itu dengan erat.

"Morning, tukang tidur" Balas Keisya di dalam peukan Gio. Gio melepaskan pelukannya lalu menatap Keisya tajam.

"Tukang tidur, huh? Kamu yang tukang tidur" Gio mencubit hidung Keisya sampai membuat Keisya kesakitan.

"Awh, Gio! Sakit!" Keisya memukul lengan Gio lalu memegangi hidungnya yang merah. Gio tertawa melihat wajah Keisya yang cemberut.

Gio menarik tangan Keisya dari hidungnya lalu mencium hidung Keisya dengan lembut. Keisya menatap Gio tajam masih dengan bibir cemberut.

"Apa?" Gio menaikkan alisnya bingung. Keisya menghela nafas panjang lalu menggeleng.

"Gapapa. Bodoh!" Keisya membalikkan badannya membelakangi Gio. Gio tersenyum lalu memeluk Keisya dari belakang.

Keisya memejamkan matanya saat tangan Gio mengelus rambutnya dengan lembut. Tangan Gio beralih menyentuh dagu Keisya kemudian menariknya agar manghadap ke arahnya.

Gio mencium bibir Keisya dengan amat sangat lembut. Keisya mengubah posisinya sedikit untuk mempermudah Gio. Ciuman Gio pagi ini sangat lembut sampai membuat Keisya tak berani melepasnya.

Lama mereka ciuman sampai akhirnya Gio melepaskan ciumannya. Keisya menatap Gio dengan pipi merah padam dan alis terangkat. Gio tersenyum lalu mengusap pipi Keisya dengan gerakan jari memutar.

"Kamu hari ini ada kelas, kan? Nanti aku antar ya, aku mandi dulu" Gio hendak bangkit dari ranjang tapi Keisya menahannya.

"Hm?" Gio mengangkat alisnya lalu kembali duduk di samping Keisya. Keisya mengubah posisinya menjadi duduk menghadap Gio.

"Eh..Itu.. Soal tadi malam.. Maaf, aku gak bisa, Gi. Maksudnya.. Aku belum-"

"Yah.. aku ngerti. Kamu takut? Kamu belum siap? Aku ngerti. Aku bisa nunggu itu.." Gio memotong perkataan Keisya yang takut apabila Gio akan marah.

Keisya menunduk karena takut sekaligus malu pada suaminya. Gio mengangkat dagu Keisya lalu menatap matanya dalam.

"Aku memang suami kamu, Keisya. Tapi bukan berarti aku bisa memaksakan kehendak aku ke kamu. Kita masih belajar buat saling ngerti, kan?" Keisya terpaku mendengar ucapan Gio.

Gio yang selalu mebuatnya marah, kesal, serba salah, dan juga selalu membuat pipinya memerah, ternyata memiliki hati yang sangat besar. Keisya bahkan tak percaya dengan apa yang baru saja Gio ucapkan.

Keisya's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang