03 | Peter and "Anne, We Shrunk Ourselves"

775 102 86
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

dedicated to Nasa, because her comments about this story (and her jokes about anything) makes me laugh every single time.

***


Saat aku sadar apa yang telah terjadi, aku tahu aku sudah mengacaukan semuanya.

Seperti yang kalian ketahui, sebelumnya aku berusaha membujuk Anne untuk menemaniku mencoba mesin waktu, yang sepertinya ia anggap seperti benda rongsokan. Aku bisa mengetahuinya dari tatapan sinisnya ke arah mesin itu, dan jujur saja, aku merasa sedikit terhina karenanya. Padahal, rencana awalku bukan seperti itu. Awalnya aku hanya ingin Anne sendiri yang mencoba mesin itu. Sementara aku tetap berdiam di ruang basement-ku yang nyaman dan aman, menunggunya untuk kembali. Rencana awal itu cukup bodoh, bukan? Aku bisa dianggap sangat tak bertanggung jawab untuk itu. Bahkan aku tak memikirkan kemungkinan 1% Anne akan kembali dengan selamat dan tubuh yang utuh.

Namun seperti biasa, rencana awalku meleset. Aku terpaksa merayunya agar mencoba mesin waktu itu, menggenggam tangannya (dan astaga, aku justru menjadi gelisah saat memegangnya, maksudku apa yang sudah terjadi?!) dan justru membawa Anne serta diriku sendiri ke suatu masa dengan mesin waktu itu. Udara panas yang memuakkan, suara dengungan yang tiada henti, putaran yang membuatku mual, dan semuanya gelap. Sepertinya itulah yang bisa kugambarkan setelah aku menekan tombol mesin waktu. Parahnya, aku tak tahu ke masa mana yang dituju mesin waktu itu.

Dalam sekejap mata, aku terbangun di kasur sebuah kamar yang sangat berantakan. Di pandanganku yang masih terasa buram, aku bisa melihat poster-poster Luke Skywalker dan "I Want To Believe" ala X-Files yang menutupi permukaan dinding kamar yang dicat putih. Perkakas dan sebuah komputer IMac terlihat di sudut meja yang jauh dariku. Seketika, sinar matahari yang menyilaukan menembus kaca jendela. Aku berusaha menghalau sinar itu dengan lenganku yang... kecil?

Sejak kapan lenganku menjadi kecil?

Sontak, aku terbangun dan menatap sekeliling. Pantas saja semuanya terasa familiar dengan poster-poster yang sangat geeky dan IMac (yang sudah dimusnahkan saat ini) yang ada di meja. Aku berada di kamarku saat itu. Ralat, kamar masa kecilku di Edinburgh, Scotlandia. Sesuatu yang buruk sepertinya sudah terjadi.

Peter and AnneWhere stories live. Discover now