Prolog.

68 5 0
                                    

"Pril." Sosok itu membuka pintu kamar ku yang sedang tertutup rapat. Aku melihat siapa yang datang. Menyipitkan kedua mataku dan menatapnya dengan sinis.

"Mau apa lagi lo kesini? Gapuas bua--"

Bug!

Bunyi keras itu memenuhi seluruh ruangan kamarku. Tiba-tiba badannya jatuh depan mataku sendiri. Melihatnya seperti itu membuatku mulai terbiasa dan tidak khawatir tentang hal itu. Mengingatnya selalu membohongiku setiap saat. "Kebohongan lo kali ini bakal terungkap secara langsung kok. Gausah cape-cape buat bohong sama gue lagi."

Tidak ada balasan.

Aku biarkan dia tetap diam dikarpet hitam putih bercorak abstrak dikamarku.

5 menit.

"Jano."

Krik krik

"Jano bercanda lo ga lucu."

mm-hm?

"Jano. Gue gamau bercanda." Oke. Kali ini rasa khawatirku naik. Hampir sepuluh menit dia tidak menampakkan tanda-tanda bahwa dia sedang berbohong.

"Jano! Jano bangun! Jano!" Panik.

Aku gatau harus apa. Aku takut dia membohongi ku untuk yang kesekian kalinya.

"Jano. Please. Gue lagi ga bercanda dan ga minat untuk bercanda. Lo tau kan gue benci sama lo dan gue lagi ga mood buat bertengkar sama lo Jan. Jano! Argh!" Bibir lelaki itu pucat. Tubuhnya penuh dengan keringat. Suhu badannya hangat.

'Gaberes'gumamku.

***
@@@

Ready for it? Let's get started!

Hell-o April!Where stories live. Discover now