"Hmm... sepeetinya aman-aman saja. Sang Ryung, ayo kita kembali, biar yang lain yang melakukan patroli"

"Heh, apa jadinya kalau ketua tim-nya saja membolos tugas"

"Heh, tugas patroli tidak cocok untukku"

"Tapi tugas membunuh kau lakukan dengan senang hati"

Hoon Jin justru tertawa membalas perkataan Sang Ryung "Yeah, aku lebih cocok jadi prajurit garis depan daripada ahli siasat"

Sang Ryung diam saja sambil mekirik ke arah Seul Bi yang kini sudah menghilang dari jarak pandangnya.

"Ayo kembali" ajak Hoon Jin

"... kembalilah duluan. Aku masih mau di luar" jawab Sang Ryung

Hoon Jin menatap Sang Ryung penuh selidik dan dibalas dengan tatapan melecehkan dari Sang Ryung

"Kau pikir aku bisa kabur ?"

Hoon Jin mengendikkan bahu lalu berjalan kembali ke arah kediaman Lee sambil melambaikan tangannya pada Sang Ryung.

Setelah yakin Hoon Jin sudah benar-benar pergi, Sang Ryung mulai berjalan-jalan, memutar-mutar, memasuki jalan-jalan terpencil, lalu beranjak pergi meninggalkan kota setelah yakin Hoon Jin gagal membuntutinya.

Heh, jangan remehkan mantan anak jalanan !

Sang Ryung bergegas menelusuri jalan yang tadi dilalui Seul Bi lalu bertanya pada salah seorang petani yang ada di dekat perbatasan kota

"Oh, gadis itu ? Aku ingat soalnya jarang-jarang ada gadis yang mau keluar kota. Tadi gadis itu berjalan lurus ke arah hutan dan masuk ke dalamnya"

"Ke dalam hutan ?" tanya Sang Ryung memastikan

"Yup. Jalan lurus saja di dalam hutan itu dan kau akan menemukan bekas kuil. Yah, kuil itu sudah lama diabaikan karena kebakaran berapa dekade lalu"

Sang Ryung mengucapkan terima kasih dan bergegas menyusul Seul Bi ke dalam hutan.

'Hari sudah sore, apa yang dilakukan anak itu di hutan ?!' berang Sang Ryung dalam hati.

Sang Ryung berlari menyusuri jalan kecil di hutan dan seperti yang dikatakan petani yang tadi ditanyainya, Sang Ryung langsung menemukan sebuah kuil yang diabaikan. Ada banyak bekas seperti terbakar dan lubang besar di belakang.

Sang Ryung agak terengah karena berlari sepanjang menyusuri hutan.

Perlahan-lahan Sang Ryung melangkah mendekati kuil itu. Dari jejak yang ditemukannya, dan dari ukuran sepatunya, Sang Ryung yakin Seul Bi ada di dalam.

Dan dugaannya benar. Sang Ryung menemukan tubuh Seul Bi terbaring di atas lantai kuil yang berdebu. Mulut gadis itu mengeluarkan banyak darah yang terciprat di lantai. Tangan kirinya pun merah oleh darah.

Berapa lama Seul Bi berada di sini. Apa tidak ada obat penawarnya ?.

Sang Ryung terduduk lemas tepat di samping Seul Bi. Semangat juangnya mati seketika itu juga. Di depannya, Seul Bi sama sekali tidak bergerak. Banyak darah yang terciprat di lantai tempatnya jatuh terduduk.

Sang Ryung tidak mengucapkan apa-apa. Pikirannya mendadak blank.

Kalaupun assasin Lee datang dan menemukannya di sini, Sang Ryung akan diam saja kalau dirinya akan dieksekusi di tempat.

Entah kemana perginya semangat juangnya untuk melawan. Semangat juangnya untuk bertahan hidup.

Melihat Seul Bi yang seperti ini saja cukup membuatnya terguncng berat.

Air mata yang entah sejak kapan mengalir mulai menetesi lantai kuil, bercampur dengan darah Seul Bi.

"... Sa... ng... ryu... ng..."

Suara lirih itu berhasil menyentak Sang Ryung. Sang Ryung mendongak dan menatap Seul Bi. Matanya terbuka sedikit dan kini sedang balas menatapnya.

Tangan Seul Bi bergerak perlahan untuk mengusap pipi Sang Ryung, menghapus air mata yang masih mengalir

"... Kau... baik-ba... ik... sa... ja ?" tanya Seul Bi sangat lirih

Sang Ryung mengusap kening Seul Bi, memastikan kehangatan yang dirasakan jemarinya adalah bukti bahwa Seul Bi masih hidup.

"... Bodoh..." hanya itu yang bisa Sang Ryung ucapkan.

Seul Bi tersenyum lemah sambil terus mengusap pipi Sang Ryung untuk menghapus air matanya.

Air mata yang kini Sang Ryung anggap sebagai air mata bahagia.

Sang Ryung membungkuk dalam posisinya dan mendekatkan wajahnya dengan tangan Seul Bi yang mulai tidak kuat untuk diangkat lama-lama.

Sang Ryung menumpuk tangannya di atas tangan Seul Bi yang masih mengusap pipinya lemah. Menahannya agar tidak lepas.

Seul Bi tersenyum senang. Beberapa butir air mata Sang Ryung menetes di wajahnya.

"Gwenchana yo..." ucap Seul Bi akhirnya.

Dostali jste se na konec publikovaných kapitol.

⏰ Poslední aktualizace: Nov 07, 2017 ⏰

Přidej si tento příběh do své knihovny, abys byl/a informován/a o nových kapitolách!

Nabi "Butterfly"Kde žijí příběhy. Začni objevovat