"Racun"

8 1 0
                                    

Malam itu Sang Ryung tiba-tiba saja beranjak keluar dari ruangan tempatnya mengurung diri dan mengamati pohon gingko yang berdiri gagah di hadapannya.

Tempat ini terasa sangat asing. Tidak lagi terdengar suara teriakan anak-anak kecil yang rewel setiap kali disuruh tidur.

Sang Ryung tidak mengerti apa yang diinginkan keluarga Lee darinya. Hingga saat ini pun belum ada yang datang membunuhnya. Kalaupun ada, orang itu hanya akan kembali dengan tangan kosong.

Entah karena niat orang itu sendiri atau karena dicegah oleh seseorang. Sang Ryung memilih untuk diam saja dengan orang yang mengincarnya.

Sang Ryung tau siapa yang mengincarnya dan memilih untuk menunggu daripada menyerang pertama. Medan tempatnya berdiri adalah wilayah para pembunuh Lee. Sang Ryung tidak terlalu gegabah  untuk memulai perang seorang diri.

Kabur sesungguhnya bukan hal yang sulit baginya. Tapi tangan dan kakinya terlanjur terikat oleh rantai kasat mata yang dipasang oleh keluarga Lee.

...

"SAEKKIA !!!"

"Aaah, gimana nih, dua orang kabur"

"Biarkan saja, lama-lama juga mati tenggelam"

Amarah Sang Ryung sudah mencapai puncaknya. Rasa sakit di lengannya hilang entah kemana. Kalaupun bisa Sang Ryung ingin bergegas menolong Jeong Il dan Mi Ae tapi 2 orang bandit menahan gerakannya dengan menekan tubuhnya ke lantai perahu.

"Sekarang gimana ?"

"Lakukan saja, ini perintah atasan. Kau bawa racunnya kan ?"

Seorang bandit yang berdiri tidak jauh dari tempat Sang Ryung merogoh saku celananya dan melemparkan botol hitam kecil ke arah bandit yang tadi memukul leher Seul Bi dengan tangannya dan membuat gadis itu pingsan.

"Mau apa kalian ?!" Bentak Sang Ryung garang.

"Hyaa... kau seram sekali. Tenang saja, ini racun dosis ringan, tapi kalu tidak kuat bisa mati sih"

"Lepaskan dia, brengsek !!" Jerit Sang Ryung lagi. Sang Ryung berusaha untuk berontak tapi tubuhnya terlanjur ditahan dengan kuat oleh dua orang bandit membuat usahanya sia-sia.

Bandit itu mengangkat leher Seul Bi yang masih tidak sadarkan diri dan meminumkan langsung racun di dalam botol itu ke dalam mulut Seul Bi.

Sang Ryung berontak makin keras membuat dua orang bandit yang menahannya kewalahan.

"Hei, hei, percuma kau berontak, kau ingin dibunuh sekarang juga ?" Ancam seorang bandit lain yang dengan cepat mengarahkan pedangnya ke leher Sang Ryung yang masih dalam keadaan terbaring di lantai perahu.

"Bunuh saja, sekarang juga" balas Sang Ryung dengan nada suaranya yang justru jauh lebih mengancam.

"Kau yakin ? Gadis itu juga belum mati kok. Dia hanya perlu diberi obat penawar, jadi bagaimana ? Kau mau menurut dan ikut, atau gadis itu mati tanpa obat penawar"

Gigi Sang Ryung bergemeletuk berusaha menahan amarah. Dilihatnya Seul Bi yang masih tak sadarkan diri dan berusaha menahan sakit.

"Kau sungguh-sungguh mengatakan ada obat penawarnya ?"

Sang Ryung menundukkan kepalanya, dahinya menempel pada lantai perahu. Rasa lelah dan sakit kembali menyerangnya.

"Apa kau akan percaya omonganku kalau kukatakan aku serius ?"

Sang Ryung memejamkan matanya rapat-rapat. Dilemaskan tubuhnya dan dua orang bandit yang sejak tadi menahannya itu tidak lagi perlu menahannya dengan sekuat tenaga.

"Yak, dimana nahkodanya ? Bilang kita putar balik sekarang juga !" Teriak salah seorang bandit.

Sang Ryung menggigit bibir bawahnya menahan amarah. Dilihatnya lagi Seul Bi yang tampak kesakitan dalam tidurnya.

Saat ini yang bisa Sang Ryung pikirkan hanya bagaimana caranya menolong Seul Bi.

Nabi "Butterfly"Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin