Krisan

204 6 0
                                    

"Kamu bahagia denganya saat ini?" kamu mengucapkanya kembali setelah 3 tahun berlalu semenjak kau membalikan punggungmu dibalik lebatnya tirai hujan dan tak pernah berbalik lagi.

Lima kata yang tak kusangka akhirnya selama ini keluar.

Wajahnya pias pucat, mengucapkan hal itu seperti seseorang bocah 7 tahun yang tak sengaja merusakan mobil mainan milik temanya.

Tanpa rasa bersalah.

"..." aku terdiam. Apa-apan ini setelah semua hal yang dilakukanya untukku, sekarang dia datang dan menyakan kabarku? Persetan dengan semua ini, tambahku dalam hati.

"Ya aku sangat bahagia denganya saat ini." Jawabku singkat. Ingin rasanya aku terdiam dan mendiamkanya dengan pertanyaan itu. Namun aku tau seperti apa rasanya terdiam dengan sejuta pertanyaan yang bahkan dulu tak sempat untuk kamu dengarkan.

"Kamu sekarang bertemu orang yang lebih baik bukan?" tanyanya resah kali ini kedua bola matanya entah menatap rintikan hujan atau ia saja yang sedang mengalihkanya. Kenapa? Bukankah kamu yang memintaku untuk melupakanmu dan mencari yang lebih baik?

Aku mengangguk. "Ada apa?" tanyaku datar.

"Jika dia membuatmu tidak bahagia aku masih disini" masih disini. Disini. Menggema.

"Lihatlah hujan mulai turun.." ucapku.

Dengan menatap kedua matanya yang terasa sekian lama asing bagiku, aku tersenyum dan berkata.

"Hujan ini dan hujan yang terjadi 3 tahun lalu menjadi saksi bisu tentang aku dan kamu. Yang tak pernah menjadi kita. Tentang bagaimana rasanya menjadi guguran bunga krisan dijalanan yang ikut tergenang bersama rintikan air hujan, terhempas, terinjak.. Yang kemudian ikut tersapu esoknya paginya. Terlupakan." Jawabku tenang. Ia terdiam.

"Aku bias jelasin." Jawabnya.

"Kali ini aku yang akan mengucapkanya terlebih dulu. Selamat tinggal. Tak ada yang perlu untuk kau perjuangkan." Jawabku sambil tersenyum lalu melangkahkan pergi.

Ini salam perpisahan.

Selamat tinggal.

Sebelas Rahasia CintaWhere stories live. Discover now