Chapter 6

3.1K 121 0
                                    

Alarm dari hpku berbunyi. Hari ini memang libur, tapi aku dan Zoe hendak mengantar Josh ke bandara. Aku pun segera mandi dan beres-beres. Hanya memakai sweater warna abu abu, skinny blue jeans, converse hitam yang tak pernah kucuci, dan tentunya tidak memakai hiasan di muka.

Sekarang sudah jam setengah delapan. Sedangkan Josh berangkat jam sembilan. Jadi sebenarnya aku sudah telat. Aku langsung turun dan mengambil roti coklat yang sudah dibuat oleh mom. Mom memang selalu bangun pagi.

"Bye Mom." kataku dan mencium pipi mom.

"Bye honey." balas mom.

Aku keluar rumah dan menuju ke bagasi mobil. Saat aku sedang membuka bagasi, tiba-tiba saja Alex menghampiriku. Tampaknya ia ingin jogging. Dia memakai sepatu running dan baju untuk olahraga. Kemasukan setan apaan dia? Jam segini udah bangun. Hari libur pula. Karena olahraga lagi.

"Hey Shai! Mau kemana pagi buta gini? Udah rapi aja."

"Good morning to you too Lex. Aku mau ke bandara, mengantar Josh."

"Oh. Emang kamu bisa menyetir mobil?" tanya Alex dan tertawa. Nih anak ngejek aku ya. Ngeselin. Dia kira aku cuma bisa naik sepeda doang apa? Aku berani bertaruh skill menyetir mobilku pasti lebih bagus daripada Alex. Karena terakhir kali aku melihat Alex saat dia lagi belajar nyetir mobil. Dia menabrak pohon depan rumahnya. Lebih parahnya lagi mobil yang dia pakai adalah Range Rover milik ayahnya yang baru dibeli selama seminggu. Tapi sepertinya tidak lagi, dia kan selalu membawa mobil ke sekolah.

Aku pergi menjemput Zoe. Sesampai di depan rumahnya, aku langsung membunyikan klaksin agar Zoé tahu kalau aku sudah sampai.

"Leggo." ajakku.

Selama di mobil aku dan Zoe saling diam. Baru kali ini suasana menjadi canggung. Mungkin ada hubungannya dengan kepergian Josh saat ini.

"Hai Mr. Henderson and Ms. Henderson." sapaku kepada ibu dan ayah Josh setelah bertemu.

"Hai Shailene! Long time no see." ucap mamanya Josh seraya memeluk tubuhku.

"Oh god, please dont go." Aku mencoba membujuknya.

"Sorry Shailene..." Ms.Henderson tersenyum tipis kepadaku.

"Aku akan merindukanmu."

"Aku juga Shailene." balasnya.

Aku menoleh dan melihat Lily, adik Josh yang masih berusia tujuh tahun. Aku menghampirinya dan tersenyum. Kubungkukkan badanku agar sepantar dengan tinggi badannya.

"Bye Lily. Aku bakal kangen banget sama kamu." Aku mengelus rambutnya yang halus itu

Dia hanya menatapku sendu. Senyumnya tidak mengembang seperti biasanya saat dia melihatku.

"Jangan lupa sama aku ya." Aku memeluk tubuh mungil Lily.

"I will always remember you." Lily membalas pelukanku. Ya Tuhan, perpisahan ini lebih berat dari yang kubayangkan. Aku berusaha untuk menahan air matahaku yang sebenarnya tak bisa kubendung lagi.

Lalu, suara seorang wanita menggema ke seluruh isi ruangan ini. Keberangkatan ke London. Tandanya Josh harus pergi. Josh menghampirimu sambil tersenyum lemah.

"Please Josh." Aku memeluk tubuh Josh dengan erat.

"I'm sorry." Hanya kalimat tersebut yang Josh ucapkan setiap aku memintanya untuk tinggal.

"Jangan lupa sama aku ya." Kali ini air mataku tak bisa kubendung lagi. Kubiarkan jatuh mengalir ke pipiku.

"Aku gak bakal lupain kamu Shai." Pelukan Josh makin terasa erat. Dia tak ingin melepaskannya.

"Janji?"

"Janji." Josh berjanji dan mencium keningku. Awalnya aku kaget. Tapi membiarkannya. Mungkin ini ciuman perpisahan. Dan aku merasa nyaman akan kecupan manis yang diberikan oleh Josg. Dengan berat hati aku melepas pelukan Josh. Bergantian dengan Zoe yang juga menangis. Dan terakhir, kami bertiga berpelukan.

Josh dan keluarganya melambaikan tangan mereka ke arahku dan Zoe sebelum boarding. Aku membalasnya. Aku terus melihat punggung Josh sampai dia menghilang. Rasanya berat sekali melepaskan dia. Tapi mau gimana lagi. Aku gak boleh egois.

Aku mengantar Zoe pulang ke rumahnya. Selama di perjalanan kami berdua sibuk dengan pikiran masing-masing. Kami masih belum rela melepas Josh ke London.

"Want to come over?" tanya Zoe setelah mobilku berhenti di depan rumahnya.

"Hmm no. I better go Zo." Aku lelah dan hanya ingin istirahat.

"Okay then." Zoe melepas sabuk pengamannya. Aku kira Zoe langsung pergi dan membuka pintu. Namun tepat sebelum dia membuka pintu, Zoe membalikkan badannya dan langsung memelukku.

"Ada apa Zoe?" Dia bikin aku khawatir.

"Aku gak mau kehilangan sahabatku." ucapnya lirih

"No, you won't. I'm here for you Zo." ucapku berusaha meyakinkan Zoe.

"Just promise me? That we're gonna through it all together. No matter what happen."

"I promise Zoe."

"Okay. Bye Shailene." katanya dan keluar dari pintu mobilku.

"Bye." ucapku.

Aku pulang ke rumah dengan keadaan suntuk. Josh pergi, kata bosan tepat untuk keadaanku sekarang ini.

"Anybody home?!" teriakku sesampainya di rumah. Terdengar suara ibu-ibu sedang berbincang dan suara dua orang laki-laki berteriak dari ruang keluargaku. Saat aku lihat, ternyata ada mom dan Marie yang sedang mengobrol ria. Dan suara laki-laki itu ternyata Brandon dan Alex yang sedang bermain FIFA. Pantes berisik.

"Hai." kataku menyapa mom dan Marie

"Hai, kamu udah dirumah rupanya?" tanya Mom. Ih Mom aneh banget,pake nanya lagi. Jelas-jelas aku sudah di rumah.

"Look at me, i'm here." Aku memutar kedua bola mataku.

"Ya ya, terserah." balas mom dan memutar bola matanya.

"Ya udah aku ke atas dulu ya. Bye Mom, " ucapku

"Bye!!" kata mom dan Marie serentak

"Berisik banget sih, kalo main gak usah teriak-teriak." ucapku saat melewati Brandon yang asik bermain FIFA dengan Alex.

"Terserah kita dong!" kata Brandon langsung mengpause gamenya dan menghampiriku.

"Tapi kan berisik tau!" ucapku dan langsung berlari kecil ke arah tangga. Tapi Brandon langsung mencegat dan menarik tanganku.

"Et et, gak bisa pergi gitu aja dong." kata Brandon.

"Lepasin gak?!" kataku mencoba untuk melepaskan tanganku dari tangan Brandon.

"Aku mau kamu tanding FIFA sama.." Brandon menggantung omongannya. Tanding FIFA? Gampang! Aku jagonya.

"Ih ngomong aja lama banget, cepetan!"

"Sama Alex!" Brandon bisa banget nih anak nyari gara-gara.

"Gak! Aku gak mau!" ucapku.

"Aku tau kamu lagi penat kan? Ditinggal sama Josh, aduh kasian banget sih kamu. Sebagai penggantinya tuh ada Alex."

"Brandon! Stop it. Just shut your mouth," bentakku. Dengan kekuatan super, aku melepaskan tanganku dari cengkeraman tangan Brandon.

Aku langsung masuk ke kamar dan merebahkan diri ke kasur. Rasanya cape banget. Tidak kerasa mataku sudah terasa berat. Lama kelamaan mataku pun tertutup.

~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*

Hello everyone!!! Chapter 6 udah update ya.Maaf kalo gaje banget...

Dan maaf kalo banyak typo,hehehe..

Sedih ini,yang baca masih dikit banget (kenapa ini jadi curcol) :(

tapi makasih banyak ya yang udah baca dari awal...lope lope deh buat

kalian

xoxo

-Syafina

Everything Has Changedحيث تعيش القصص. اكتشف الآن