Apa?

Hujan.

Di luar Hujan.
Jutaan tetes air itu jatuh bersamaan.
Menyisakan semerbak bau tanah yang khas.

Aku melihatnya.
Berdiri tegak tanpa memakai penutup untuk melindungi tubuhnya dari rintikan air.
Aku tahu dia tak sekuat yang ku lihat.
Bahkan suaranya yang terdengar samar begitu terbata.
Dari jendela ini aku bisa melihat bahwa bibirnya bergetar dan mulai pasi kedinginan.

Ini bukan drama.
Yang ketika aku melihat dirinya berdiri tegar di bawah guyuran hujan sambil berucap kata maaf dan sesal,
Aku akan dengan mudahnya menghampiri dia dan memaafkannya.
Bukan.
Bahkan ketika aku melihatnya jatuh tak sadarkan diri di halaman.

Aku tidak jahat.
Jika ini yang dia bilang cinta,
Dia salah.

HRA.