Bagian Lima Belas: Saka Ati

Start from the beginning
                                    

"Ndoro mau kemana? Aji tidak akan pernah membiarkan ndoro pergi."

"Cah bagus sing bagus atine, sing bagus rupane. Menawa warok tuo iki wis mandheg saka sakabehing urusan dunyo, giliranmu cah bagus... sing njagani opo tinggalane. Njagani opo kenangane." 1)

Aji menangis sesenggukan sekarang.

"Ndoro..."

"Jangan menangis, cah bagus. Ojo nangis, mengko ala rupane." 2)

"Berikan padepokan ini pada pak Bawon saja, ndoro."

"Lalu? Kamu bagaimana, cah bagus?"

Aji menangis. Memeluk pinggang ndoro waroknya. Warok Sumitro terdiam, mengelus punggung itu dalam diam.

"Aji tidak butuh apapun, ndoro. Aji hanya butuh panjenengan."

Aji masih sesenggukan. Pria dewasa itu masih saja terlihat rapuh di pelukan warok Sumitro. Warok Sumitro bungkam, lantas menepuk punggung itu.

"Cah bagus..."

"Iya, ndoro?"

"Jangan menangis, sayang! Lelaki harus kuat."

"Ndoro adalah kekuatan Aji."

"Ndoro-mu ini mengantuk, cah bagus."

"Jangan tidur dulu, ndoro. Aji mau minum dulu."

Aji mengangkat wajahnya, lalu masuk ke dalam rumah. Mengambil segelas air dengan terburu. Mencampur sesuatu di sana dan meneguknya. Bawon terkejut melihat lelaki itu melakukan hal serupa.

"Kamu apa-apaan, Aji?" Bawon marah. Murka.

"Tolong jaga padepokan ini, pak Bawon! Anggap sebagai rumah bapak sendiri. Maturnuwun kaliyan pangapunten menawi wonten kalepatan." 3)

"Kamu kenapa? Kenapa kamu melakukan ini, toh cah bagus?" Istri Bawon menangis, meraung. Aji tersenyum, lantas kembali melangkah menuju warok Sumitro di luar. Kepalanya terkulai lemah dalam pangkuan warok tua itu lagi. Warok Sumitro mengusap pelan punggung Aji, menandakan betapa lemahnya lelaki tua itu.

"Kenapa Bawon berteriak, cah bagus?"

"Karena Aji menggoda beliau, ndoro."

"Lalu kenapa istrinya menangis?"

"Aji membuat istrinya menangis karena tawa, ndoro."

"Kamu berbohong, cah bagus?"

"Darimana ndoro tahu?"

Warok tua itu menghembuskan nafas berat. Beliau mengusap punggung pria tampan itu. Warok Sumitro sudah merasa kapan ajalnya tiba. Mungkin beberapa menit lagi. Atau mungkin... detik.

"Cah bagus?" Warok Sumitro masih berbisik.

"Ya, ndoro?"

"Apa kamu bahagia selama bertahun-tahun hidup bersama ndoro-mu ini?"

"Lebih dari bahagia, ndoro. Aji bersyukur."

"Cah bagus?"

"Iya, ndoro?"

"Apa kamu menyesal sudah menghabiskan masa mudamu bersama warok tua ini?"

"Ndoro sudah tanya itu tadi. Sekali lagi, tidak ndoro. Tidak pernah"

"Cah bagus?"

"Iya, ndoro?"

"Kenapa nafasmu pendek-pendek?"

"Aji pilek, ndoro."

"Aji?"

"Iya, ndoro?"

"Coba sebut nama warok tua ini!"

"Sumitro Aji."

"Terima kasih, cah bagus."

"Ndoro?"

"Iya, sayang?"

"Aji cinta ndoro."

"Kamu hidup ndoro, cah bagus."

"Ndoro?"

"Iya?"

"Aji ngantuk."

"Ndoro juga, cah bagus."

"Sugeng sare, ndoro..."

"Selamat tidur, kekasihku."

Lalu keduanya menutup mata. Terlelap bersama dalam posisi seperti itu. Ada darah yang menetes dari kedua lubang hidung Aji, membasahi pangkuan warok Sumitro. Sedangkan warok Sumitro sendiri sudah memejamkan matanya. Keduanya sama. Tidak bernapas. Tidak bergerak.

Kedua lelaki yang saling mencintai itu tertidur untuk selamanya. Kedua lelaki yang mengatasnamakan budaya dalam cinta itu terlelap. Sementara tangis lambat laun terdengar dari bibir Bawon dan istrinya.

Mereka menjerit dan menangis karena kepergian dua orang yang sangat berarti bagi hidup mereka. Dua orang keluarganya.

Tresno iku ana alane ana becike (Cinta itu ada jeleknya ada bagusnya)

Trenso becik yen digawe becik (Cinta itu bagus kalau dibuat bagus)

Trenso ala yen digawe ala (Cinta itu jelek kalau dibuat jelek)

Tresno iku becik lan ala (Cinta itu bagus dan jelek)

***

Ojo tresno mergo rupo, rupo iso tuwo... (Jangan cinta karena wajah, wajah bisa tua)

Ojo tresno mergo bondo, bondo iso sudo... (Jangan cinta karena harta, harta bisa berkurang)

Ojo tresno mergo pangkat, pangkat iso dipecat... (Jangan cinta karena pangkat, pangkat bisa dipecat)

Tresno iku mergo ati, ra bakal owah tekane mati... (Cinta itu karena hati, tak akan hilang sampai mati)

END

1) Ojo nangis, mengko ala rupane : Jangan menangis, nanti jelek wajahnya

2) Cah bagus sing bagus atine, sing bagus rupane. Menawa warok tuo iki wis mandheg saka sakabehing urusan dunyo, giliranmu cah bagus... sing njagani opo tinggalane. Njagani opo kenangane : Anak ganteng yang tampan hatinya, yang tampan wajahnya. Kalau warok tua ini sudah berhenti dari semua urusan dunia, giliranmu cah bagus... yang menjaga apa yang ditinggalkan. Menjaga apa kenangannya.

3) Maturnuwun kaliyan pangapunten menawi wonten kalepatan : Terima kasih dan maaf kalau ada kesalahan.

Terima kasih ya temen-temen buat semua komentar dan juga vote kalian. Ini harus aku akhiri sampai di sini. Maaf sudah pernah membuat kalian kesal dan juga mengernyit ketika membaca cerita ini. Aku sedang mencari gemblak. Gemblakku manaaaaa???? *eh? Maaf...

Next Project : Bus Biru

Mencari GemblakWhere stories live. Discover now