Choi Seungcheol: Takdir, Sial!

Start from the beginning
                                    

Doyoon memberikan senyumnya yang aku tahu terkesan dipaksakan. "Menurutku kau tidak perlu melakukan suatu hal yang akan membuat penghuni baru itu tidak betah hanya demi aku. Aku tidak tahu akan membutuhkan waktu berapa lama lagi untuk bisa kembali ke asrama."

Aku mengernyit tidak suka. Dia juga tidak menjawab pertanyaanku. "Bukannya kau sendiri yang bilang kalau kau akan kembali ke asrama lagi? Kau akan menempati kamar itu lagi bersamaku? Makanya kau memintaku untuk menjaganya bukan?"

"Aku tahu itu. Tapi kau juga tahu bagaimana kondisiku..." Doyoon memberiku senyumannya, senyum yang dia berikan jika berusaha untuk menenangkan atau menghiburku. "Pengobatanku tidak membutuhkan waktu yang singkat. Kita sama-sama tidak tahu dibutuhkan waktu berapa lama sampai aku benar-benar dinyatakan sembuh dari kanker ini."

"Kenapa aku merasa kau sedang mencoba untuk memberi tahuku tentang kemungkinan kau tidak akan kembali ke Iris lagi?" tuduhku.

Doyoon tertawa. "Dari awal aku sudah bilang padamu kalau aku akan berusaha untuk bisa kembali lagi ke Iris. Hanya saja aku tidak tahu kapan waktunya. Dan aku tidak pernah menjanjikan apapun padamu kecuali usahaku."

Aku menghembuskan napas sedikit jengkel. Itu memang benar.

"Apa kau tidak ada kegiatan lain?" tanya Doyoon mengernyit ke arahku. "Kenapa kau sering sekali datang kemari? Kau kan ketua asrama. Harusnya kau sibuk mengurus asrama."

Sudah dua minggu, sejak Doyoon dirawat di rumah sakit ini, aku memang sering berkunjung kemari untuk melihat keadaannya.

"Aku tidak sibuk," jawabku. "Keadaan asrama aman terkendali. Lagian besok aku juga tidak bisa kemari karena ada rapat dengan pengurus asrama lain."

"Kau harus cepat mencari pacar supaya kau ada kegiatan lain," Doyoon tiba-tiba mengejekku. "Atau kau bisa mencari gadis cinta pertamamu itu untuk kau kenalkan padaku."

Aku memutar bola mataku, tidak begitu menyukai jika topik tentang 'gadis itu' mulai diangkat. "Aku sedang tidak dalam kondisi hati yang baik untuk membicarakan dia. Besok siswa baru itu akan mulai menghuni asrama dan menempati kamarmu."

"Oh, ayolah Seungcheol! Kita tidak bisa menyalahkan dia karena kepindahannya kemari," sahut Doyoon sambil memutar bola matanya. "Tidak adil baginya jika tanpa alasan kau membencinya."

Seperti biasanya Doyoon tahu apa rencanaku meskipun aku belum mengatakan apapun padanya. Aku memang berencana tidak akan memberikan hari-hari yang mudah untuk anak baru itu.

"Aku tidak membencinya, aku hanya tidak menyukai kehadirannya," sangkalku. "Kau tahu kalau kehadirannya membuat rencana yang kita susun menjadi berantakan."

Doyoon hanya kembali menghela napas pasrah. Dia terlalu mengenalku untuk tahu bahwa aku sangat keras kepala. Tidak ada orang yang bisa merubah rencana yang aku buat, meskipun itu adalah dirinya sekalipun, orang yang paling dekat denganku.

"Namanya Yoon Jeonghan," kataku tiba-tiba membuat Doyoon mengernyit tidak mengerti.

"Nama anak pindahan itu Yoon Jeonghan," kataku pelan. "Orang yang akan menempati kamarmu."

***

Aku berjalan menuju asrama dengan gontai. Harusnya sekarang anak pindahan baru itu sudah berada di asrama.

Rapat pengurus-pengurus asrama memang sudah selesai dari setengah jam yang lalu, tapi aku sengaja tidak langsung kembali ke asrama untuk menghindari tugas menyambutnya. Sebelumnya aku sudah meminta tolong kepada Hong Jisoo untuk menggantikanku. Jadi, biarkan saja Hong Jisoo yang melakukannya.

Mungkin memang tidak adil bagi anak pindahan itu jika mendapatkan perlakuan buruk tanpa kesalahan yang dia perbuat. Tetapi, apalagi yang bisa kulakukan untuk Doyoon atas apa yang dia lakukan untukku selama ini. Doyoon hanya memintaku untuk menjaga kamar kami sampai dia selesai melakukan rangkaian pengobatan yang harus dia jalani. Dan kedatangan anak baru itu benar-benar merusak segalanyna.

Bunga Iris dan TakdirWhere stories live. Discover now