INDONESIA BERSAHABAT

31 2 0
                                    

Chapter 3

Setelah menghabiskan makanannya di kantin. Damar dan Firman pun pergi ke ruangan teater. Tapi sesampai di ambang pintu ruangan teater tak ada satupun anak yanh berada di dalam ruangan itu. "Ndang adong gellengna disi?" Ucap Damar kembali mengeluarkan bahasa Batak-nya. "Hah?? Maksudmu Mar?" Tanya Firman tak mengerti akan ucapan Damar. "Maksudku.., tak ada orang disitu." Jelas Damar sambil menunjuk ke arah ruangan yang kosong. Angin sepoi-sepoi saat itu. Damar dan Firman berpandangan sejenak, entah mengapa bulu kudu mereka berdiri dan melambai-lambai. Deg! Sebuah tangan menepuk pundak Damar dan Firman secara tiba-tiba. "AAA!!!" Keduanya tersentak dan secara spontan berteriak. "Hei! Ini aku Donna bukan setan!" Sebuah suara terdengar dari balik badan keduanya. Tampak sosok gadis yang menghampiri Damar dan Firman di kantin tadi. "Maaf tadi aku masih ada urusan, kalian udah lama nunggunya?" Gadis itu berkata dengan nada sangat lembut. "Oh yaa,, gapapa." Jawab Firman, matanya terus fokus pada gadis itu. Dia memperhatikan pipinya, matanya, rambutnya. Firman suka semuanya. "Oh ya, ngomong-ngomong aku juga peserta drama disini." Jelas gadis yang bernama Donna itu memperkenalkan diri. "Aku Firman!" Firman mengulurkan tangannya tak lupa dengan senyuman lebarnya. Donna pun menjabat tangan Firman. "Man? Kedip!" Bisik Damar cengegesan.

"Jadi gini anak anak, kita berkumpul disini tujuannya untuk membahas tentang pembagian peran drama." Ujar bu Zaya selaku pembina pentas drama ini. Suasana hening. Di ruang teater ini hanya ada empat orang yaitu bu Zaya, Firman, Damar, dan Donna. Kurang satu peserta. "Bu,, saya mau jadi peran utama!" Seru Damar dengan nada lantang. "Baiklah, kamu cocok menjadi peran Malin Kundang." Ucap bu Zaya langsung menjadikan Damar sebagai peran Malin Kundang.

"Ekhem., maaf bu saya telat!" Sebuah suara deham muncul di ambang pintu. Seorang lelaki sedang memasang gaya sok keren di sana. "Oh Regy.., iya masuk." Tanggap bu Zaya. Firman, Damar, dan Donna hanya terdiam melihat anak debgan penampilan stylish itu datang.

"Oke.. Pembagian peran sudah clear ya? Besok pulang sekolah kita kumpul lagi disini yaa.." Ucap bu Zaya dan beranjak meninggalkan ruangan.

Satu minggu sudah keempat anak itu berlatih. Satu minggu juga mereka mulai mengenal sifat satu sama lain. Firman yang lugu, Damar yang tegas, Donna yang cantik dan lembut, dan Regy yang keren dan selalu memperhatikan penampilannya. Keempat anak itu kini semakin akrab dan akrab.

Siang itu, di ruangan teater keempat anak itu tengah sibuk membaca naskah drama. Donna duduk di samping Regy, sambil memakan pisang goreng yang ia bawa dari rumah. Dan Damar duduk tenang di sisi lain, sesekali mempraktekan dialog yang ia perankan di dalam drama. Sedangkan Firman duduk menyendiri di pojok ruangan. Firman duduk sedikit gelisah, sesekali ia membaca teks naskah di tangan kanannya. Sesekali memijat keningnya. Sesekali ia melihat satu persati wajah temannya seakan-akan ada hal yang ingin ia sampaikan. Berulang kali ia mengusap kasar wajahnya.

"Hmm.. Temen-temen.." Firman mulai membuka pembicaraan. "Orang tuaku nggak ngizinin aku ikut pentas drama ini." Ucap Firman dengan nada lesu. Kini Firman mencuri perhatian seisi ruangan. Semua terperangah kaget. "Hah?? Apa pula kau Man??" Dengan nada tinggi Damar bangkit dari duduknya. Firman menelan ludah, dia hanya diam. Menghela nafas pelan dan mulai berkata. "Orang tuaku bilang acara kayak gini hanya menghabiskan waktu saja. Aku disuruh mengaji untuk hafalan Al-Quran." Jelas Firman, ia menundukkan wajahnya. Tangannya mulai memijat-mijat keningnya yang kini mulai terasa berat.

Bukankah Firman dari awal memang tak minat mengikuti pentas ini? Harusnya ia senang jika orang tuanya tak mengizinkan. Tapi ada satu hal yang membuat Firman berubah fikiran dan bertahan mengikuti acara pentas ini. Tapi sekarang orang tuanya melarangnya. "Maaf, aku harus pulang sekarang." Ucap Firman masih menunduk. Donna memegang pundak Firman, wajahnya sedikit ditundukan untuk melihat wajah Firman. "Man? Kamu kenapa? Kok pucat?" Donna berucap dengan nada khawatir. Damar dan Regy mulai mendekat. "Aku gapapa kok Don." Firman mulai beranjak namun langkahnya tak seimbang dia hampir jatuh, untung Damar dengan tanggap menangkapnya. " Man kau kenapa??" Damar terkejut, dari matanya Damar tampak khawatir. Firman hanya diam wajahnya meringis, tangannya tetap memegang kepalanya. "Aku temani kau pulang ya Man, aku takut kau di jalan kenapa-napa." Nada bicara Damar ada yang berbeda. Sedikit lembut. Memapah langkah Firman.

Kini hanya tersisa Donna dan Regy. "Jadi bagaimana?" Ucap Regy tenang. "Entahlah, hingga sekarang bu Zaya tak datang juga atuh." Jawab Donna lemas tanpa semangat. "Kita harus cari peserta baru pengganti Firman." Regy berucap dengan menatap Donna lekat. Ada sorotan harapan dari matanya. "Gak bisa!!!" Spontan Donna berteriak. "Lo kenapa sih Don?" Regy yang baru saja menyirapkan darah pun bertanya dengan tatapan menyelidik. "Ehm, maksud aku..  Acara ini teh harus tetap berlanjut." Tanggap Donna seraya berjalan, kini ia sedang membelakangi Regy. Suasana hatinya sedang buruk.

Firman harus tetap ikut. Ada sesuatu suara di batin Donna.

INDONESIA BERSAHABATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang