Part I

9.4K 226 40
                                    

ALEXA menyandarkan tubuh di kursi empuknya sambil memejamkan mata, tangannya terulur untuk meraih gelas yang tergeletak tepat dalam jangkauan yang dapat di raih tangannya itu dan membawa ke bibirnya.

"Shit." umpatnya saat menyadari gelasnya sudah kosong dan menatap kesal isi gelas yang hanya tersisa noda hitam bekas kopi di sana.

Ia mengerang frustasi, ia sangat membutuhkan kafein untuk mendongkrak tubuhnya yang terasa pegal. Diliriknya jam mungil yang melingkar di pergelangan tangan kirinya yang menampakan jarum pendek di angka 2 dan jarum panjang di angka 9, sekali lagi ia kembali menghabiskan harinya di gedung bertingkat 3 itu.

Matanya tertuju ke laptop yang ada didepannya, masih banyak yang harus ia edit dan jika ia tidak mengkonsumsi cairan hitam sekali lagi maka ia tidak akan bisa menyelesaikan sesuai batas waktu yang sudah ia tentukan.

Dengan sangat malas, Alexa beranjak bangkit dari kursi empuknya dan melangkah ke sudut ruangan di mana terdapat seperangkat alat pembuat kopi yang memang sengaja diletakkan di sana.

"Dammit." serunya saat menyadari biji kopi yang biasanya memenuhi kaleng berpenutup tersebut ternyata sudah kosong.

Tanpa kafein, bagaimana ia bisa bertahan hingga pagi dan menyelesaikan naskahnya? Ini benar-benar sempurna, keluhnya dalam hati.

Dengan kesal, Alexa meletakkan gelasnya dengan sedikit keras hingga menimbulkan suara gaduh di kesunyian ruangan dan melangkah kembali ke balik meja besarnya. Ia hanya harus bertahan sebentar lagi sebelum persediaan kopinya kembali tersedia.

"For heaven sake, kamu lembur lagi Lexi?" suara melengking itu membuat Alexa mengerjabkan matanya, ia menegakkan tubuhnya dan bersandar dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.

"Tidak bisakah kamu memelankan suaramu, kepalaku mau pecah mendengarnya." sahutnya sambil memejamkan matanya dan mulai kembali terlelap.

"Alexa Winter, angkat bokongmu itu dan seret ke ranjangmu sendiri. Sudah 3 hari aku mendapatimu tidur di kursi itu dan sudah setahun ini kamu berhasil menghasilkan 2 novel laris yang walaupun sangat menguntungkanku tapi aku tidak mau sampai nama baik kantorku ini tercemar karena mendapatimu tidak bernyawa di sini." lelaki bertubuh tambun yang berdiri di ambang pintu menatapnya dengan wajah memerah menandakan kekesalan yang dirasakan pemiliknya.

"Jezzz Max, kamu hanya perlu memberikanku kopi dan segalanya baik-baik saja. Aku sangat membutuhkan suntikan semangat pagi ini." Alexa membuka mulutnya lebar-lebar, ia tidak dapat menahan diri untuk tidak menguap. Ia baru saja tertidur beberapa menit saja dan kepalanya terasa berat untuk tetap menegak.

"Sudah cukup, Alexa Winter. Aku tidak peduli jika kamu sedang mengerjakan novelmu yang ketujuh yang akan menjadi novel terlaris lagi dan akan menguntungkanku tapi aku akan mengusirmu keluar dari sini." kini managernya itu berkacak pinggang menatapnya.

"Max, ideku sedang mengalir dan aku tidak butuh apa-apa selain kopi dan laptop." bantahnya dengan cemberut.

"Tidak Lexi, aku membiarkanmu di sini karena aku tahu alasanmu yang sesungguhnya kenapa kamu tidak ingin berada di apartement dan lebih sering berada di sini. Yang kamu butuhkan sekarang adalah berlibur dan menyegarkan kembali pikiranmu." lelaki tambun itu melangkah mendekat.

"Aku baik-baik saja." serunya masih dengan wajah cemberut, ia tidak ingin kemana-mana apalagi ke tempat yang begitu asing baginya dan di tempat yang ramai dengan orang-orang.

"Bohong jika aku mengatakan kalau aku mengerti apa yang kamu rasakan, tapi aku mengerti apa yang membuatmu seperti ini dan aku sangat peduli padamu. Bukan hanya karena kamu penulisku yang paling berbakat dan telah menghasilkan novel-novel bestseller, hanya saja kondisimu semakin lama semakin memprihatinkan." Max duduk di sudut meja dan memperhatikannya dengan seksama.

You are The Reason (pending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang