Chaptie 4

12K 1.2K 44
                                    

Chaptie 4 | Demi apa?!


***

A U T H O R

Sean menggerutu. Dia sedang kesal hari ini. Sangat, sangat kesal. Bagaimana tidak? Malamnya, Sean berusaha keras untuk membujuk Rendi agar mau memaafkannya. Tapi, yang namanya Rendi, tetaplah menjadi Rendi. Rendi yang keras kepala dan egois. Padahal Sean sudah bilang kalau dia lupa, kok. Sean juga sudah mengatakan bahwa handphone-nya tidak sengaja tersimpan di bawah bantal dan dengan ajaibnya ter-silent.

Pagi ini, Sean benar-benar berniat untuk meminta maaf pada Rendi, secara langsung. Walaupun menurut Sean, itu tidak perlu dilakukan. Mengingat Sean tidak benar-benar menyukai Rendi. Kan tidak lucu jika harus meminta maaf, padahal tidak benar-benar suka—menurut Sean begitu. Tapi, jika dia tidak meminta maaf dan Rendi malah mau mengakhiri hubungan mereka, itu lebih lucu lagi. Baru saja Sean melepas status jomblonya, masa ia harus menerima status jahanam itu kembali dan membiarkan dirinya diolok-olok karena jomblo? Gak level, begitu katanya.

"Gak ada makanan Ma?" tanya Sean pada Mamanya yang sedang mengelap meja makan.

Mamanya menoleh. "Kamu liat ada makanan gak?" Sean menggeleng. "Ya, berarti nggak ada makanan!"

Sean mengerutkan dahinya bingung. Kok jadi nyolot, ya? Pikirnya.

"Mama nggak masak?"

Perempuan paruh baya itu menghela nafas. "Kalo gak ada makanan, ya artinya Mama nggak masak, Sean!"

"Ih! Maksud Sean tuh nggak gitu," katanya sembari mendudukan dirinya di kursi dan menopang dagunya dengan tangan di atas meja makan. "Mama kenapa enggak masak?"

"Mama bangun kesiangan," jawab Mamanya singkat, karena kini Beliau sedang asyik mencuci piring yang tidak sempat dicuci sehabis makan malam kemarin.

Sean memutar bola matanya, "Kan ada Kakak. Suruh dia masak kek."

"Kayak kamu mau makan masakan Kakakmu aja!" Balas Mamanya dengan nada sinis.

"Nih, kamu minum susu aja! Entar sarapannya kamu beli di sekolah." Mamanya meletakkan segelas susu coklat di hadapan Sean.

"Iya-iya."

Tanpa berpikir panjang, Sean meneguk susu itu dan membuat gelasnya kosong seketika. Mungkin Sean bisa mengikutin lomba, 'meminum susu tercepat' nantinya. Mungkin.

"Papa mana, Ma?" Tanya Sean akhirnya.

"Masih tidur. Kakakmu pergi kuliah."

"Gak nanya Kakak sih sebenernya. Tapi, kenapa pergi sepagi ini?" tanyanya, dengan nada sedikit iseng.

"Ada urusan. Dia rajin, nggak kayak kamu. Pemalas!" Beliau yang tiba-tiba berubah menjadi Kak Ros di film kartun Malaysia, menjawab dengan sinis.

"Oh. Yaudah, Ma. Makasih pujiannya, " balas Sean.

"Dih, yang muji siapa coba?"

Sean bangkit dari duduknya, "Sean berangkat aja." Sean menyodorkan tangan kanannya, membuat Mamanya mengerutkan kening.

"Apa?"

[✔] Chat?Where stories live. Discover now