Part 2

86 5 0
                                    

Langkah kaki Nira berjalan memasuki gerbang sekolahnya yang menjulang tinggi nampak dengan jelas pagi itu tidak begitu ramai karena masih terlalu pagi, Nira selalu datang awal dari teman-temannya langkahnya menyusuri koridor yang mengarah ke kelasnya.

Pandangannya tertuju pada seorang laki-laki remaja bertubuh tegap yang berjalan berlawanan arah dengannya, laki-laki itu berjalan dengan santai namun pasti, jarak yang tidak cukup jauh juga membuat degup jantung Nira tak seirama seperti biasanya. Laki-laki itu tak lain adalah seniornya sendiri yang diam-diam membuat Nira jatuh hati. Semakin dekat.. dan dekat membuat Nira mengalihkan pandangan kearah lain untuk melihat rerumputan di samping koridor yang basah karena embun namun ia tetap berjalan dan berusaha santai, dan secara tidak sengaja indera penciumannya menangkap aroma khas dari laki-laki itu. Aroma nya lain daripada yang lainnya, aroma khas dari laki-laki ini membuatnya selalu merindu dan siapapun yang menciumnya pasti akan terpikat.

Setelah momen itu terjadi pikiran Nira mulai melantur, ia berandai-andai, berkhayal tentang laki-laki tadi. Astaghfirullah. Dengan cepat Nira beristighfar menepiskan pikiran aneh yang mulai melantur. Ia menenangkan dirinya didalam kelas nya yang masih sepi, sejenak ia mengembalikan jantungnya yang masih berdegup kencang.

Inikah yang namanya cinta monyet? Astaghfirullah mengapa aku bisa sampai berdebar begini, ya Allah. Ya Allah lindungilah hamba dari zina yang tidak hamba sadari ini.

-------------------
Bel istirahat berbunyi dengan nyaring, membangkitkan semangat Nira untuk mengisi perutnya yang kelaparan sejak dua jam pelajaran fisika pagi ini.
"Nira!!"
Pasti Liana. Nira membatin ia bisa mengenal suara cempreng gadis remaja seumurannya yaitu sahabatnya, Liana. Liana adalah sahabatnya sejak sd mereka begitu dekat dan sudah seperti saudara kandung. Sangat akrab.
"Iya Liana? Kamu ini teriak-teriak gitu. Suara aurat loh" ujar Nira mencubit pelan lengan Liana

"Iya iya. Maaf aku spontan nih, soalnya aku baru ketemu sama dia! Iya dia, Ra!!" Nira bertanya-tanya siapakah yang dimaksud 'dia' oleh Liana. Siapakah orang yang bisa membuat Liana jutek ini bisa berbinar-binar?

"Dia siapa? Kamu kayak habis ketemu sama Mario Maurer aja. Sampai senang begitu." Kata Nira sambil berjalan ke arah kantin berdampingam dengan Liana.

"Kamu pasti bakal tau deh, dia ini jarang banget ditemuin. Tau gak? Kalau jam istirahat gini biasanya dia shalat duha di mushola. Subhanallah baru kali ini aku menemukan laki-laki yang kalau melihat aja sudah bisa terpesona." Panjang lebar Liana menjelaskan karakter dari laki-laki yang sudah mampu memikat hatinya. Sejauh ini baru pertama kali Nira melihat sahabatnya itu jatuh cinta. Banyak laki-laki yang mengejar-ngejar dirinya namun entah kenapa hati gadis ini sangat keras untuk dilumpuhkan. Sekarang ia mengerti sekeras-kerasnya hati Liana ternyata masih ada sisi wanita dan hasratnya ingin mencintai dan dicintai. Semoga jika memang ditakdirkan Liana dapat bersama dengan laki-laki yang diimpikan untuk menjadi calon imam nya kelak.

Nira dan Liana memilih duduk di bangku taman sambil menyesap es krim yang mereka beli. Liana banyak menceritakan tentang laki-laki misterius itu. Entah kenapa ia tak mau memberitahukan siapa nama laki-laki itu kepada Nira.

"Kamu ini cerita mulu tentang dia dari tadi. Kasih tau aku dong siapa namanya, penasaran nih." Ujar Nira penasaran dan menatap sebal yang membuat Liana terkekeh pelan, ia sangat suka menjahili Nira diberbagai situasi apapun dan dimanapun

Tiba tiba...

Suasana mendadak hening saat Liana terdiam dengan seribu kata, ia menyenggol pelan lengan Nira dengan pandangan matanya yang menatap lurus kearah samping perpustakaan. Nampak seorang laki-laki yang sedang bercengkrama dengan dua temannya. Ia tertawa dengan lepas saat salah satu temannya melempar gurauan atau hal yang lucu.

"Kena-.." belum sempat Nira bertanya, mulutnya langsung bungkam saat mengikuti pandangan Liana kearah tiga orang laki-laki yang sedang berjalan di samping perpustakaan. Jadi laki-laki yang dimaksud Liana adalah dia. Dia. Dia. Laki-laki yang mampu mencuri perhatian Nira sejak dulu. Apakah ini sebuah tragedi? Haruskah ia mencintai dalam diam laki-laki yang bahkan laki-laki itu juga disukai oleh sahabatnya sendiri.

Raditya Arya Hanasta. Laki-laki berkharisma yang mampu mencuri hati gadis manapun yang melihatnya, tubuhnya yang tegap dan rupawan serta sholeh. Tak dapat dipungkiri bahwa Liana saja bisa terpikat hanya karena menatapnya saja, namun dibalik itu semua ada hati lain yang turut memendam rasa itu, pemiliknya adalah Nira. Sepertinya Nira harus memendam dan mengubur perasaannya demi kebaikan persahabatannya dengan Liana.

"Oh jadi kak Arya yang bikin kamu sampe begini?" Goda Nira menyikut lengan Liana yang dibalas anggukan.
"awas jangan lama-lama natapnya, ntar zina mata loh." Nira melambaikan tangan nya di depan wajah Liana yang masih diam terpaku menatap punggung Arya yang menjauh ditelan kerumunan siswa lainnya.
Liana menoleh dan melemparkan senyuman kepada Nira.
"Allah baik banget, Ra! Dia menciptakan laki-laki yang seperti kak Arya. Jarang banget ada laki-laki kayak dia, semoga dia memang jodohku." Ucapan Liana tentu sangat menyayat hati Nira. Namun Nira mengaminkan doa Liana karena jika memang Arya berjodoh dengan Liana maka itu adalah takdir yang tentu telah diatur oleh Allah.

Tbc...



Gerimis Merindu HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang