.
.
.

Aku mengekori Shim saenim dari belakang, nampaknya kelas sudah dimulai karena koridor yang tadi dipenuhi siswa sudah sangat sepi.

Aku menahan nafasku ketika Shim saenim mulai mempersilahkanku masuk. Aku berusaha menjaga ekspresi wajahku tetap datar sampai aku melihatnya, di ujung kelas nampaknya tidak peduli dengan kehadiranku disini. Jika aku tidak mengontrol diriku, mungkin saja aku sudah kelihatan bodoh dengan mata yang membulat dan mulut yang menganga.

"Silahkan perkenalkan dirimu" ujar Shim saenim membuatku mengalihkan pandangan darinya.

"Baiklah, Kim Taeyeon imnida, mohon kerjasamanya" ujarku sambil membungkukan badan.

"Ne, terimakasih Taeyeon, kau boleh duduk disitu" ujar Shim saenin sambil menunjuk salah satu tempat duduk didepannya. Aku pun menyeret kakiku yang terasa berat ini ketempat yang ditunjuk Shim saenim dan berdoa didalam hati agar ia tidak menyadari kehadiranku.

Tapi ternyata aku salah.

Mata rusa tajamnya bertemu dengan milikku membuat lututku melemas, akupun langsung mengalihkan pandanganku ketempat lain selain darinya.

Akupun duduk disana berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya dan berusaha memperhatikan pelajaran yang baru saja dimulai. Tapi, seberapa banyak usaha yang aku lakukan, aku tetap saja tidak dapat fokus. Akupun mulai merasakan tatapan matanya membuat lubang dibelakang punggungku.

Aku mulai merasa tidak nyaman dan berharap kelas ini akan segera selesai.

.
.
.

Bel pun berbunyi menandakan pergantian pelajaran, menyadarkan lamunanku.

"Ini akan menjadi buruk" gumamku mempercepat langkahku kesalah satu loker untuk mengganti buku pelajaran dan memasukannya kedalam tasku. Akupun kembali membenarkan posisi tasku di punggung.

Kelas akan mulai 5 menit lagi, aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi untuk sekedar merapihkan diriku. Akupun berjalan dikoridor sekolah yang cukup sepi, jarang sekali siswa siswi yang berlalu lalang disini.

BANG!

Sebuah suara keras pun terdengar di telingaku membuatku sedikit terkejut. Akupun melihat sekeliling dan suara keras itu muncul lagi dari arah kamar mandi perempuan.

Dengan rasa penasaran yang besar, aku memberanikan diri untuk melihat apa yang sedang terjadi didalam sana. Sebuah makian perempuan membuatku berhenti memutar knob pintu kamar mandi dan aku mematung disana mendengarkan kata demi kata yang tertangkap jelas di telingaku.

"Jangan pernah kau dekati dia lagi jalang!" Maki seorang perempuan dengan suara yang tinggi. Mendengar itu aku dengan spontan bergegas untuk melerai apapun yang terjadi didalam sana.

Setelahku membuka pintu, aku disambut dengan pemandangan yang tidak begitu hangat.

"Hey, ada apa ini?" Ujarku pada gadis berambut blonde yang menatapku dengan wajah masamnya. Ia melirik ke gadis berambut coklat yang berada dalam genggamannya dan kepadaku secara bergantian.

"Haish" ia menghela nafas dengan kasar sebelum melepaskan genggamannya dari gadis itu lalu merapihkan bajunya sebelum ia pergi.

Ia menatapku dengan tatapan membunuh seolah-olah memperingati untuk tidak ikut campur dalam urusannya sebelum ia dengan sengaja menabrak pundak kananku.

"Urusan kita belum selesai Tifanny Hwang!" Ujarnya sinis, lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Pandanganku langsung teralihkan pada gadis berambut coklat yang sedang merapihkan bajunya, tidak lupa dengan wajah kesalnya. Akupun segera mengambil tas berwarna pinknya yang tergeletak di lantai dan menyerahkannya kepada gadis itu.

Ia menatapku bingung dan pada tasnya bergantian. Ia lalu tersenyum sambil mengambil tas pinknya.

"Gomawo, aku Tifanny Hwang, siapa namamu?" Ujarnya sambil menatapku dengan wajah berserinya, akupun terkejut dengan perubahan suasana hatinya yang begitu cepat.

"aku sudah mengetahuinya, namaku Taeyeon, Kim Taeyeon" ujarku dengan tersenyum kecil. Tifanny menatapku bingung.

"Bagaimana kau tahu? Bukankah kita belum pernah bertemu sebelumnya?" Tanyanya dengan wajah yang penuh tanda tanya.

"gadis blonde itu" ujarku mengingat ketika gadis blonde itu mengucapkan namanya, Tifanny mengangguk.

"Omong-omong, apa masalah kalian? Gadis itu telihat marah sekali" tanyaku penasaran. Tifanny membuka mulutnya hendak berbicara sebelum bel pergantian pelajaran berbunyi memotong perkataannya.

"Sepulang sekolah nanti akan ku ceritakan, sebaiknya kita pergi ke kelas sebelum terlambat Taeyeon-ah" ujar Tifanny menarik tanganku keluar dari kamar mandi itu.

"Senang bertemu denganmu Taeyeon-ah!" Ujar Tifanny seiring ia berajak dari tempat itu.

"Sampai bertemu nanti"

.
.
.

Sekolahpun akhirnya selesai dan aku sangat senang karena aku tidak bertemu dengan Luhan lagi selain di kelas pertamaku mungkin ia membolos, molla. plus aku membuat teman baru, dan sekarang aku sedang mencari Tifanny.

Aku berjalan dengan berhati-hati waspada akan Luhan, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan ku lakukan jika aku berhadapan dengannya. 'Jangan sampai itu terjadi demi langit dan bumi' pikirku.

"TAEYEON!"

Suara familiar itu? Luhan?

.
.
.

TBC

HEY GUYSSS. Kini author kembali dengan next part setelah sekian lama. #horee. Author berpikir mau membuang karya ini aja, author udh gada inspirasi lagi 😭😭 but here u go. Enjoy!

P.s maaf klo chapter ini membosankan .-.

Bad LuckWhere stories live. Discover now