18. kado teka teki

22.3K 1.2K 11
                                    

keluarga Ibnu Raharjo baru saja kedatangan seseorang. salah satu kakak dari ibnu yang pada waktu pernikahan Sina ia tidak sempat hadir karena ada suatu urusan. dan hari ini ia menyempatkan untuk berkunjung.
kini keduanya tengah bersantai di ruang tamu. melepas rindu yang sudah hampir 2 tahun lamanya tidak bertemu.

"jadi kamu di Jakarta sudah sejak sebulan ya lalu, kenapa tidak mengabariku" Ibnu menyeruput teh melati yang disuguhi istrinya.

"untuk apa? aku selalu baik baik saja selama anakku dalam keadaan sehat" Cokro turut menikmati minuman di atas meja. bedanya, ia lebih suka kopi.

"kamu ini masih saja keras kepala. sama seperti mantan istrimu" Cokro tertawa kecil.
"jangan lagi menyebut nyebut dia. bagiku dia sudah ku anggap sebagai hama perusak. bahkan anaknya sendiri hendak dijualnya. apa kamu pernah melihat seorang ibu seperti Diana macam itu?" nada benci terdengar dari mulut Cokro. Ibnu tidak menggubris.

"oh iya, aku malah melupakan hal yang paling penting" Cokro mendongakan kepala menelusuri ruang lebih dalam "mana anak semata wayangmu juga suaminya. aku ingin mengucapkan selamat sekaligus memberi do'a pada mereka"

"kamu telat, mereka sedang keluar sekitar 10 menit yang lalu" sahut Ibnu mematahkan semangat Cokro untuk bertemu keponakan kesayangnnya.

"berbulan madukah?" Tebak Cokro antusias. tanpa memikirkan usianya sekarang yang sudah tidak lagi ABG. Ibnu bernafas pendek.

"otakmu itu belum disapu bersih rupanya. masih ngeres" Ibnu tertawa kecil diikuti Cokro. "tapi besar kemungkinan mereka berbulan madu.. karena kamu tahu? istriku dua kali memergoki mereka nyaris bercumbu" tambahnya lagi. kini tawa Cokro menggegelegar mengisi seisi ruangan.

"mas Ibnu.. mas Ibnu.. bahkan kamu lebih ngeres dibanding aku. ingat, itu anak semata wayangmu" Cokro masih dalam keadaan tertawa. tawa ibnu mereda, mengingat kekhilafannya pada anak sendiri. jika Sina mendengar hal ini tenti ia akan malu setengah mati.

"maklum saja. kita juga pernah merasakannya" sahut ibnu tenang. sudah lama sekali kedua kakak beradik itu tidak saling bersua. tak ada yang berubah dari mereka. Cokro yang memiki perawakan lembut dan sedikit lebih kalem dibanding Ibnu yang tegas namun hangat.
"lalu kapan anakmu akan menyusul? heum?" Ibnu bersandar pada kursi antik dipenuhi ukiran ukiran khas jawa.

"ah! aku belum siap ditinggal oleh Fida, mas.. dimataku, ia tetap seorang malaikat kecil. aku menutup mata dengan usianya sekarang. umur dua puluh dua rasa lima tahun" Cokro tertawa sendiri. otaknya menerawang mengingat ketika Aufa sedang belajar berjalan menghampiri dirinya.

"kalau begitu, carilah pengganti Diana. agar ada yang merawatmu. suatu saat kamu harus membuka mata bahwa anakmu akan meninggalkanmu bersama suaminya kelak" ucapan Ibnu ada benarnya juga. tapi untuk mencari pengganti diana, sepertinya mustahil.

"oh iya. ada yang aku lupakan" Cokro merogoh saku celana hitamnya. Ibnu memaklumi kepikunan adiknya di usia muda.

"ini" Cokro menyodorkan selembar kertas dilipat empat bagian. Ibnu menerimanya disertai kebingungan. ia membuka kertas tersebut dan tertera alamat rumah seseorang secara detail. Ibnu hendak bertanya, tapi Cokro sudah lebih dulu memberitahu.

"itu alamat lengkap rumah Diana yang baru" Ibnu menunggu penjelasan berikutnya "selama ini ia masih suka menemui fida. entah apapun alasannya. tapi aku yakin sekali tujuan utama wanita itu. ia bersih keras menikahkan paksa putriku dengan om om kaya pilihannya" ibnu mengangguk paham seraya membaca lebih detail alamat pada kertas ditangannya. rumahnya berlokasi di daerah Cibubur. dan itu tidak jauh dari rumahnya.

"sebaiknya kamu simpan alamat itu. aku khawatir Diana bertindak macam macam diluar kendali. aku hafal sekali peringainya. dia orang yang nekat dan bisa menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisi busuknya" Cokro terlihat lebih serius. wajahnya menegang. terlihat rona khawatir yang hebat disana. disertai permohonan memelas.

Cahaya bertasbihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang