Part 8 : Pesta Dansa (1)

Mulai dari awal
                                    

"Siapa yang menyukai siapa?" tanya Freya polos.

"Adikku Lin tampaknya menyukai temanmu Raka, sayang," jawab Lee dengan sedikit gemas atas pertanyaan Freya

Freya terbengong. Lin menyukai Raka? Sejak kapan??

"Ah begitu ya.." akhirnya Freya meresponnya.

"Adikku sering membicarakan dirimu dulu setiap ia bertemu denganku , katanya aku harus bertemu denganmu dan menyaksikan bagaimana orang yang sangat kaku mempelajari Wing Chun," kata Lee diselingi gelak tawa

"Well , tapi akhirnya aku mampu melakukannya dengan baik," bela Freya

Mereka bercakap-cakap mengenai Wing Chun, dan Freya mengetahui banyak sekali pengetahuan dari Lee.

Melihat Freya dan Lee mengobrol akrab Raka tampak tenang. Sekarang Freya sudah tidak menutup dirinya seperti dulu. Ia akhirnya memutuskan tetap bersama Lin dulu.

Tiba-tiba gadis bergaun hijau menghampiri Freya dan Lee. Gadis itu tampaknya sangat kebingungan. Lalu percapakan kecil terjadi diantara mereka. Apapun yang mereka bicarakan, wajah Lee mendadak berubah seperti marah.

Setelah obrolan mereka selesai Lee mempersilakan gadis itu kembali kemudian ia menghampiri Freya.

"Maaf Freya, ada masalah mendadak. Sepertinya aku harus meninggalkanmu, tapi aku tidak tenang meninggalkanmu sendirian, jadi tolong carilah Raka dan sebaiknya kau segera melakukannya," kata Lee, wajahnya tampak penuh kekhawatiran.

"Baiklah." Freya mengiyakan.

Setelah yakin, Lee segera pergi menjauhi Freya.

Freya mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Mencari sosok Raka dan Lin. Tapi sebelumnya, ia harus mencicipi beberapa makanan dulu.

Sejak tadi ia merasakan cacing di perutnya sedang melakukan konser besar-besaran.

---**---

Di sudut ruangan yang lain tampak segerombolan laki-laki berambut hitam mengerubungi seorang perempuan. Gadis itu ingin berteriak, tapi seakan suaranya tidak mau keluar menurutinya. Ia hanya bisa gemetar ketakutan.

Seorang laki-laki yang berkemeja putih yang nampaknya ketua dari kelompok itu memegang dagu gadis itu. Lalu ia menyeringai

"Ayolah ikut saja denganku." Nada suaranya terdengar tidak beres.

Gadis itu tak mampu menjawab, suaranya tertahan di tenggorokannya yang kelu. Tanpa menunggu jawaban si gadis, laki-laki itu memegang tangannya dan memaksanya untuk mengikutinya.

Lalu seseorang menahan gadis itu dan melepaskan pegangan laki-laki berambut hitam itu dari tangan si gadis.

Laki-laki itu tampak sekali tidak suka dengan kejadian ini. Lalu saat ia meneliti kembali orang yang menahannya ekspresinya berubah.

"Sial," gumamnya

"Tio, nampaknya kelakuanmu tidak berubah-berubah," sapa Lee dengan nada menahan amarahnya.

Merasa ia tak mampu menandingi Lee, Tio mundur teratur. Ia melihat gadis yang tadi sedang berpegangan dengan temannya yang tadi lolos.

Pasti gadis bergaun hijau itu yang melapor pada Lee. Tio berjanji pada dirinya untuk membalas gadis itu.

Sambil berjalan, ia menatap kedua gadis itu dengan tatapan memusuhi.

Lalu segera ia ubah rencananya. Ia memanggil salah satu anak buahnya.

Ia membisikkan sesuatu di telinga suruhannya itu. Lalu anak buahnya itu mengangguk dan segera meninggalkan laki-laki berkemeja putih itu.

---**---

Kini Freya sudah memenuhi tuntutan perutnya. Untuk hidangan penutup ia meraih stoberi yang tersaji dengan sangat menggoda menurutnya.

Bukan stoberi yang ia rasa, tapi tiba-tiba ia terjatuh. Ya, seseorang menabraknya. Tidak hanya itu, laki-laki itu membawa jus yang kini tumpah di bajunya!

Freya tersenyum kecut. Hilang sudah seleranya untuk memakan stoberi yang sekarang berserakan di lantai. Pria itu berulang kali meminta maaf pada Freya.

Freya hanya membalasnya dengan senyum simpul dan berusaha berdiri agar bisa pergi ke toilet untuk membersihkan gaunnya.

"Sungguh maafkan saya, tadi saya sangat pusing. Dan begitu sadar sudah menabrak anda," kata pria itu dengan nada menyesal.

"Tidak apa-apa. Kalau begitu permisi dulu, saya harus membersihkan gaun ini," balas Freya, masih berusaha untuk berdiri tegak.

Laki-laki itu membantu Freya berdiri dan terus meminta maaf. Freya tersenyum kemudian meninggalkan ruangan itu.

Melihat kepergian Freya, laki-laki itu tersenyum licik. Ia meraih ponsel yang ada di saku bajunya lalu menghubungi seseorang.

"Rencana berhasil."

---**---

To be continued

Vote, dan komen ditunggu ^^
Terima kasih juga yang sudah memvote dan membaca karangan author

Eye of Heart [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang