Part 6 : Tersesat

Start from the beginning
                                    

"Ohh.. Aula ada disebelah sana," jawabnya sambil menunjuk ke pintu di ruangan sebelah.

Freya terkejut. Ia sudah berkeliling dan ternyata yang ia cari sudah ia lewati beberapa kali! Huh kenapa semua pintu di sekolah ini tampak sama. Pikirnya masam.

Lalu ia segera berbalik ingin kembali ke aula. Tapi langkahnya terhentikan saat laki-laki itu menahan tangannya.

"Aku Miki Iskandar Bowman. Siapa namamu?" tanyanya, mata birunya menatap Freya dalam

"Freya Leonara."

"Freya? Nama yang cantik seperti orangnya. Well, Freya semoga kita bertemu kembali." Ia melepaskan tangannya.

Freya hanya tersenyum lalu segera meninggalkan laki-laki tersebut.

Sesampainya di aula ia melihat Raka asik-asikkan mengobrol dengan seorang gadis. Lalu Freya duduk dan tangannya menjewer Raka.

"Bagus ya kau asik-asik ngobrol.. Kau tahu tidak aku sudah 20 menit tersesat mencari tempat ini!" kata Freya dengan nada sinis

"Aduuh sakit Freya!!!" rintih Raka.

Suara tawa kecil terdengar dari gadis yang tadi mengobrol dengan Raka. Dengan wajah masih terlihat kesal ia menengok ke arah gadis itu dan alangkah terkejutnya ia saat melihat sosok gadis tersebut.

"Lin!"

"Kau tidak berubah sama sekali Freya.. Sudah 1,5 tahun kita tidak bertemu.. Dan kau sudah sangat berubah," sapanya dengan senyum hangat

Freya melepaskan tangannya dari telinga Raka. Lalu Raka mengelus-ngelus telinganya yang kesakitan.

"Bagaimana bisa kau berada di sini?"

"Keluargaku selama generasi ke generasi selalu bersekolah disini Freya."

Freya mengingat kembali mengenai akademi Frisuki. Hanya anak-anak orang penting, artis, atlet berbakat, dan orang berkuasa yang bersekolah di sini serta beberapa kursi untuk siswa biasa seperti dirinya untuk sekolah ini, dengan syarat ia harus mengikuti berbagai tes tertulis dan fisik yang sangat ketat. Ternyata om Iwan bukanlah orang sembarangan, buktinya Raka dapat masuk ke sekolah ini dengan mudah. Well, paman Iwan juga menawari Freya masuk dengan mudah, tapi Freya menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan lebih jauh lagi.

"Begitukah? Mengapa kau tidak bilang kepadaku akan bersekolah disini?" tanya Freya kembali

"Apakah kau pernah bertanya Freya sayang? Bukankah kau juga tidak bilang padaku akan bersekolah disini?" jawabnya dengan senyum

Freya tersadar dengan perkataan Lin. Ia hanya tersenyum malu-malu.

"Tampaknya upacara pembukaan sudah selesai. Ayo kita kembali ke kelas," ajak Lin

Freya dan Raka bangkit dan mengikuti Lin.

"Hei apakah kita di kelas yang sama?"

Lin tersenyum mendengar pertanyaan Freya, tidak disangka gadis ini benar-benar tidak melihat kertas pemberitahuan dengan baik.

"Iya, Freya, aku agak sedih mendengar kau tidak mengetahuinya," jawab Lin dengan nada merajuk.

"Umm.. Bukan hanya aku ko. Raka pasti juga tidak tahu, iya kan Raka??"

"Huh sayang sekali, aku sudah tahu. Karena itu aku langsung dapat menemui Lin lebih dulu."

Mendengar jawaban Raka, Freya bingung mencari pembelaannya, padahal Lin sudah sangat berjasa padanya.

"Maafkan aku Lin.. Aku tidak memperhatikan daftar kelas.." kata Freya dengan mengedip-ngedipkan matanya kepada Lin

Lin hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ternyata kelakuan temannya itu tidak berubah sedikitpun semenjak mereka pertama kali bertemu.

Beberapa meter di belakang mereka. Dua orang laki- laki nampak sedang bermain lempar tangkap bola tenis.

Lalu saat lelaki yang memegang bola melemparkan bola tersebut, ternyata teman mainnya tidak mampu menangkapnya dan bola itu meluncur ke arah Freya dengan cukup cepat.

Menyadari bola itu lolos dari tangkapannya. Teman laki-laki itu melihat bola itu akan mengenai kepala gadis dengan rambut merah jahe itu. Pasti akan sakit. Pikirnya.

"Awass!!" Ia mencoba memperingati. Tapi sepertinya gadis itu tidak akan dapat menghindarinya.

Tanpa disangka ternyata gadis itu mampu menangkap bola yang meluncur dengan cepat. Mereka hanya melongo melihatnya. Lalu Freya mengembalikan bola itu dan kedua anak laki-laki itu meminta maaf.

Di kejauhan sepasangan mata biru langit melihat kejadian tadi dari awal. Laki-laki tersenyum melihatnya.

"Ada apa Ryu?" tanya lelaki berambut pirang yang memegang sebungkus potato chips

"Tidak.. Aku hanya melihat sesuatu yang menarik," jawabnya, kini pandangannya kembali ke depan.

Lelaki yang memiliki mata coklat itu melihat ke arah yang Ryu lihat tadi. Tapi ia tidak melihat apapun yang menarik.

"Kita harus bergegas Ryu, kepala sekolah sudah menunggu kita."

---**---

To be Continued

Thanks for reading and your voment 😊

Eye of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now