Halo semuanya. Maaf lama menunggu. Part ini agak panjang. Ada catatan dari aku juga di bagian akhir cerita. Baca sampai habis yaa. :))
Author POV
Ranan berjalan menyusuri lorong paviliun Aster, Adipati dan Wanda mengekor di belakangnya. Sebelum datang, Ranan sudah menelepon dr. Wanda, meminta kesediaannya untuk diwawancara. Begitu menerima persetujuan, mereka langsung pergi ke sini.
Begitu mereka sampai, Ranan kembali menghubungi dr. Wanda. Ternyata dia sedang ada di taman... bersama Nara. Ranan pun mau tidak mau membawa kedua rekannya ke sana.
Itu dia mereka. Mereka sedang memegang sesuatu, yang tidak bisa dilihat Ranan dari sini. dr. Wanda melambai begitu melihat kehadirannya. Dokter itu menepuk pundak Nara yang duduk dengan posisi membelakanginya, lalu menunjuk ke arahnya. Nara pun segera menengok.
"Ranan!" serunya langsung, terlihat ceria sekali. Rambutnya yang kali ini kembali tergerai tertiup angin kering siang hari, meski begitu mampu memberi efek yang membuatnya tampak makin cantik.
Lupa akan kehadiran kedua rekannya, Ranan pun tersenyum lebar lalu mempercepat langkahnya untuk menghampiri istrinya.
"Lagi apa, Sayang?" Ranan mengecup kening Nara yang sudah berdiri menyambutnya.
"Lagi ngobrol sama Dokter Wanda," jawab Nara, menggelayut manja di lengannya. "Ranan kok di sini? Kan kemarin udah."
"Aku nggak boleh nih, ke sini lagi?" goda Ranan.
"Boleeh doong," Nara tertawa. "Abis biasanya kan, kalau Ranan abis dateng, besoknya nggak dateng lagi. Datengnya nanti, hari Minggu lagi."
"Iya, aku kan pengen bawain ini," Ranan menunjukkan kotak macaroon yang ditentengnya.
"Asiik, mukarun lagi," Nara mengambil kotak itu, lalu membuka tutupnya. Ada dua baris macaroon dalam kotak berwarna pastel itu, tiap baris berisi enam.
"Macaroon," Ranan membenarkan pelafalan Nara.
"Macaroon." Nara mengikutinya.
"Iya."
"Mas Ranan, temennya nggak dikenalin nih?" Suara dr. Wanda menginterupsi interaksi mereka.
Ranan pun tersadar. Wanda dan Adipati! Dia menoleh. Kedua rekannya senyum-senyum agak jauh berdiri di belakangnya. Berusaha untuk tidak merutuki diri sendiri seraya menekan rasa malu, Ranan meringis kecil lalu melambaikan tangannya, memanggil mereka mendekat.
Wanda dan Adipati pun menghampiri mereka. "Dok, ini wartawan sama kameramen yang mau wawancara dokter," Ranan menjalankan tugasnya memperkenalkan mereka.
dr. Wanda pun tersenyum ramah dan berdiri, seraya menyambut tangan Adipati yang sudah terulur. "Adipati." Dia mengenalkan diri sambil ikut tersenyum.
Ranan yang sedang memperhatikan mereka merasa kemejanya ditarik-tarik. Dia menoleh, melihat Nara menatapnya dengan pancaran ingin tahu. "Itu siapa?" tanyanya pelan.
"Temen kerja aku," jawab Ranan.
"Kok ikut ke sini?"
"Ada yang pengin ditanyain sama Dokter Wanda."
"Oohh," Nara mengangguk-angguk. Dia ikut memperhatikan ketiga orang itu. Sesaat kemudian, dia menambahkan dengan antusias, "Waah, namanya samaa."
dr. Wanda dan Wanda yang sedang berkenalan pun refleks menegok. (A/N: sejujurnya, ini akunya juga baru ngeh kalau namanya sama, haha harap maklum) Dipandangi begitu, Nara langsung menyembunyikan diri di balik bahu Ranan, hanya terlihat sebelah matanya saja yang mengintip setengah takut setengah penasaran.
BINABASA MO ANG
Trying To Fix You
RomanceMau nangis? Silakan baca kisah gue. - Ranan Mahadi Prasetya
