Part 5 : Gadis Lolipop

Start from the beginning
                                    

“Sungguh? Aku akan senang sekali melakukannya!” balas Freya antusias.
Lin tersenyum puas, ia menarik tangan Freya sementara gadis-gadis yang lain menarik Raka ke arah yang berbeda. Senyum semringah terpasang di wajah kelima gadis yang disebutkan Lin tadi.

“Tung ...” kata Raka terpotong sebab Lin mendorongnya.

Lin tersenyum jahil ke arah Raka. “Kurasa kau ingin Freya segera akrab dengan yang lain, bukan? Dan aku bisa mewujudkannya, tapi hanya kami berdua, Raka. Lagipula kau bisa pergi dengan teman-temanku.”

Apa yang diucapkan Lin memang benar, tapi entah mengapa Raka merasakan firasat buruk di balik senyuman mencurigakan si gadis lollipop. Sebelum sempat mengutarakan ketidaksetujuannya Raka telah ditarik menjauh.

---**---

Freya mengikuti Lin berjalan mengelilingi tempat latihan mereka. Ia terkagum-kagum melihat latihan para senior, gerakan mereka persis seperti film IP Man yang dilihatnya beberapa hari yang lalu. Melihat Freya yang puas Lin ikut tersenyum.
Lalu saat mereka sampai di tempat latihan yang terakhir, seorang pria berusia sekitar dua puluh tujuh tahun menghampiri mereka.

“Nona Lin, maaf mengganggu acaramu, tapi maukah Anda menjadi lawan tanding muridku? Aku menceritakan kisahmu kepada murid-murid baru, dan mereka tidak percaya.”

Lin menatap Freya meminta persetujuan, lalu mendapatkan anggukan Freya. Ia mengepalkan tangan mungilnya lurus ke depan dan menyentuh ringan dada pria tersebut. “Mari kita tunjukkan murid baru itu betapa hebatnya perguruan kita ini!”

Mereka memasuki kelas yang berisi para pria yang usianya jauh di atas mereka. Lin berjalan dengan anggun menuju arena pertandingan. Ia berdiri dengan mantap, berhadapan dengan salah seorang murid yang memiliki besar tubuh dua kali lipat dari dirinya. Sebelum memulai pertandingan, mereka saling memberi salam hormat. Lalu wajah Lin yang tampak kekanakan berubah menjadi serius. Ia seperti orang yang berbeda. Pertandingan dimulai.

Lin tetap tenang ketika lawannya mendekatinya dengan tatapan meremehkan, lalu ketika jarak di antara mereka dalam jangkauan gadis itu ia tersenyum penuh kemenangan. Lin menyerang balik lawannya dengan sangat cepat. Gerakan yang diambilnya hampir tidak terlihat, tidak menimbulkan suara dan seringan bulu. Dengan mudahnya ia bergerak ke titik buta lawan, mengunci pergerakannya dan kemudian menjatuhkannya dengan telak. Lawannya melongo tidak percaya. Ia dikalahkan oleh gadis kecil berusia tiga belas tahun. Para murid yang melihat terpana tidak percaya. Ternyata benar apa yang dikatakan seniornya ini. Mereka segera bertepuk tangan, kagum dengan kemampuan Lin yang mampu menumbangkan pria dewasa berusia dua puluh lima tahun.

Lalu pertandingan diakhiri dengan salam hormat kembali. Lin segera menuju ke arah Freya yang berada di dekat pintu.

“Ayo, kita harus kembali. Kasihan temanmu itu jika kita tinggal terlalu lama,” ajak Lin.

Freya masih terpana dengan kemampuan Lin tadi. Lin melambai-lambaikan tangannya ke depan wajah Freya. “Freya?” panggilnya.

“Iya? Maaf aku masih tidak percaya bagaimana bisa kau semahir itu.. Padahal kan usia kita sama,” kata Freya malu-malu.

“Hahahahahaha kalau kau menjadi anak dari ayahku––pemilik perguruan ini––pasti kau akan seperti aku. Bayangkan saja, aku dan saudara laki-lakiku sudah dijejali Wing Chun sejak kami masih dalam kandungan.”

“Ayahmu pasti orang yang sangat mengagumkan. Ia begitu mencintai Wing Chun sampai mewarisinya pada anak-anaknya. Apalagi ia berhasil membuat gadis yang seumuranku begitu hebat dalam seni bela diri tersebut.”

“Benar, ia memang orang yang mengagumkan. Ia adalah panutanku, dan kelak aku ingin menjadi seperti dirinya.”

Freya menghentikan langkahnya. “Lin, mungkin ini mendadak ... tapi maukah kau mengabulkan permintaanku?”

“Ya?”

“Bantu aku agar aku bisa menjadi kuat seperti dirimu.” Freya menatap Lin dengan tekad bulat.

Lin melihat sinar kesungguhan dan tekad di mata Freya. Itu jenis tatapan yang sangat jarang ditemui dan Freya menarik minatnya untuk mengajar. “Dengan senang hati.”

“Mohon bantuannya, Guru,” kata Freya sambil memberi salam hormat.

“Mohon bantuannya juga,” ujar Lin sambil membalas salam Freya.

---**---

“Ayolah Raka jangan marah. Kau sendiri kan yang menyuruhku untuk bergaul,” kata Freya semanis mungkin untuk merayu Raka agar tidak merajuk lagi. Ia ingin tertawa mendengar penuturan Raka mengenai kelakuan para gadis yang menarik Raka tadi. Namun, mengingat Raka yang terlihat sangat kesal diurungkannya niat tersebut.

Raka melotot. “Kau tahu apa yang mereka lakukan terhadapku? Mengingatnya saja membuat aku merinding! Dan kau? Malah asik-asikan berkeliling!” jawabnya marah.

“Maaf, Raka. Aku tidak tahu mereka ternyata begitu penasaran dengan otot-ototmu! Salahmu sendiri mengapa membentuk otot!” Celaka, Freya tidak mampu lagi menahan tawanya. “Pufft. Hahahahhahahaha.”

Jitakan Raka mendarat mulus di kepala Freya. Memang benar sebagian yang dikatakan Freya. Huh, tahu begini ia tidak akan menyuruh Freya berteman jadi mereka akan tetap mengira Freya kekasihnya dan enggan untuk mendekat. Lalu Raka menatap garang si gadis lollipop, gadis itu berperan besar dalam peristiwa tadi. Lin menyadari tatapan Raka terhadapnya, lalu membalasnya dengan senyuman menantang.

---**---

To be Continued

Thanks for reading and your voment 😊

Eye of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now