8 - Maaf

210 25 2
                                    

Nisa pov...

Semenjak aku melihat Zidane lagi, aku tak tahu harus berbuat apa, dan semenjak melihat sikapnya kepada Zahra sangatlah penting untuknya aku jadi merasa kesal, entah kenapa, padahal dia bukanlah siapa-siapaku lagi, jadi aku tak mungkin mengaturnya untuk dekat wanita mana saja.

Ya, dugaan kalian benar, Zidane adalah mantanku saat kelas satu SMP waktu itu, dan kalian tahu???, Zidane belum pindah saat itu, dia berkata padaku kalau aku tak boleh membocorkan dirinya yang ternyata belum pindah ke Aussie itu.

Tahukah apa yang ia janjikan padaku??, karena disaat itu aku sedang menyukainya dia pun tahu itu, dia menjanjikan aku akan menjadi pacarnya selama dia belum pindah, dan semenjak aku menjadi pacarnya, aku tidak boleh memberitahu Zahra bahwa Zidane belum pindah saat itu.

Berat sih, tapi mau gimana lagi??, aku telah dibutakan cinta, aku cinta pada Zidane sampai-sampai aku tak berpihak pada sahabatku sendiri.

Tapi jujur, saat Zidane pindah ke Aussie, aku tak sengaja menemukan selembar kertas di dalam buku diary Zahra yang tertinggal di tasnya.
Dia menitipkan buku itu ke aku agar aku memberikannya pada Zahra.

Tapi tak kusangka, ternyata aku seperti orang yang membuat Zidane tertekan.
Ternyata Zidane telah menyukai Zahra sejak lama, aku benar-benar seperti orang licik, yang telah dibutakan oleh cinta, kenapa aku harus mengikuti kata Zidane yang akhirnya membuat kedua pihak itu sakit hati.

Aku membaca surat yang sudah usang itu lagi di dalam kamarku.

Dear Ara...

Ara, ini aku Dadan, Ara aku masih di sini, di Indonesia, tapi sepertinya saat kamu baca surat ini aku sudah pergi.
Ara, semenjak aku bilang ke kamu kalau aku sudah pergi itu sebenarnya hanya ucapan, dan orang tuaku pindah Ke Aussie itu saat aku kelas satu SMP, tapi aku tak memberitahu Ara, karena aku mau Ara jadi orang yang kuat tanpa aku, belajar bagaimana memperjuangkan sesuatu yang berat dengan diri yang lemah, dan Ara juga harus tau, tapi setelah aku beritahu ini Ara harus janji, janji kalo Ara gak boleh marah ke Nisa, karena dia gak tau apa-apa.
Sebenarnya aku dan Nisa berpacaran semenjak aku bertemu dengan Nisa di taman, aku gak mau kalo Nisa itu memberitahu Ara kalo aku belum pergi, saat itu juga aku tau kalo Nisa itu suka sama aku, dan kita membuat satu perjanjian kalo Nisa gak boleh memberitahu Ara kalo aku masih di Indonesia, dan saat itu aku memberi imbalan pada Nisa agar Nisa bisa jaga rahasia ini pada Ara, imbalannya adalah Nisa menjadi pacar aku selama beberapa bulan ini, dan aku sebenarnya gak punya perasaan apa-apa ke Nisa, tapi karena aku sayang Ara, aku gak mau Ara tahu semua ini dan aku pun buat sebuah perjanjian juga imbalan konyol itu.
Nah sekarang kan Ara udah tau semuanya, kayanya aku udahin sampe sini aja ya, inget!, jangan telat makan, jangan nagis mulu, harus kuat!, dan satu lagi, setelah baca surat ini Ara gak boleh marah sama Nisa. Bye Ara, Dadan sayang Ara, see you soon! : )

Aku meneteskan air mata setelah membaca ulang surat itu, aku tak tahu harus bagaimana lagi, dia telah kembali untuk Zahra, aku bisa apa?, hanya bisa menatapnya seperti tak pernah kenal, aku sengaja tak memberikan surat ini ke Zahra karena aku tak mau membuat Zahra sedih karena mengetahui aku pernah berpacaran dengan Zidane, aku gak mau Zahra menangis karena ulahku yang bodoh, aku gak mau.

Nisa pov end...

***

Zidane mulai memasuki pekarangan halaman rumah Zahra, dan tidak ada mobil Bagas dan papa Zahra.

'Berarti Bagas belum pulang', batin Zidane.

Dia menoleh ke arah Zahra yang masih tertidur lelap, Zidane mulai menggendong Zahra yang masih terlelap karena tak tega membangunkan gadis itu.

OdioDonde viven las historias. Descúbrelo ahora