Part 9

24.2K 1.1K 88
  • Didedikasikan kepada for my readers
                                    

Ini THR dari-ku yaaa >_< hehe...

***

Sudah hampir tiga hari Felly tak sadarkan diri. Tiga hari yang bagaikan neraka bagiku. Dan selama tiga hari itu, aku terus menggenggam tangan Felly yang masih terbaring lemah. Wajahnya pucat, matanya terpejam. Selang-selang menempel di sekujur tubuhnya. Kepalanya di balut perban tipis, begitu pula tangan kanannya, sementara kaki kirinya di balut gips.

Aku menatap pemandangan di hadapanku dengan nanar. Dalam hati, aku masih terus berharap bahwa ini hanyalah mimpi. Dan ketika terbangun nanti, aku akan kembali mendapati Felly yang tersenyum ke arahku sambil mengusir wanita-wanita yang berusaha menggodaku.

Namun detik demi detik terus ku lewati tanpa ada tanda-tanda terbangun dari mimpi buruk ini. Aku masih ingat, kejadian tiga hari lalu di kantorku. Saat Kikan, adik Felly, memaksa masuk ke kantorku, walau di hadang oleh beberapa satpam dan sekretarisku.

Flash Back...

Tok.. tok.. tok..

Seseorang mengetuk pintu ruang kerjaku.

“Masuk!!”

Dari balik pintu Lisa berjalan masuk.

“Permisi pak Lucas, di luar ada orang yang mencari anda.” Aku mengerutkan keningku?

“Siapa?”

“Saya tidak tahu. Tamu beliau memaksa masuk. Katanya ini mengenai Ibu Felly.”

Felly?

Aku langsung bangkit dan bergegas keluar. Tiba-tiba saja perasaanku menjadi tidak enak.

***

Aku memandang gadis yang sedang berdiri di depan pintu kantorku dengan gelisah, di hadapannya berdiri dua satpam yang menahannya menerobos masuk ke dalam kantorku.

“Kalian boleh pergi!” kataku pada kedua satpam yang dengan setia beridir di depan pinti kantorku.

Pandanganku beralih pada gadis yang tadi memaksa menemuiku. Gadis itu menatapku dengan pandangan penuh syukur juga cemas. Cemas? Perasaan tidak enak dalam hatiku semakin bertambah melihat pandangan gadis itu.

“Ma... Mas Lucas?” tanya-nya ragu. Aku menganggukkan kelapaku sebagai jawaban.

Hening sejenak sebelum gadis itu kembali bicara “Sa... saya...” aku melihat gadis itu sedikit kebingungan harus bicara apa. “Mbak Felly... Mbak Felly kecelakaan.”

Tubuhku langsung kaku mendengar kata-kata gadis itu.

***

“Mbak Felly sempat beberapa kali mengigaukan nama Mas Lucas saat koma, karena itu saya berinisiatif mencari mas. Awalnya saya berusaha mencari nomor Mas Lucas di handphone Mbak Felly, hanya saja, handphone Mbak Felly hancur ketika kecelakaan.” Hening beberapa saat, sepertinya Kikan berusaha mengatur nada bicaranyanya, yang sudah mulai bercampur dengan isakkan-isakkan kecil. “Untung saja beberapa minggu yang lalu Mba felly pernah meminta saya mengantarnya ke apartemen Mas Lucas. Jadi tadi pagi saya ke sana, sayangnya Mas Lucas sudah tidak ada. Lalu akhirnya setelah bertanya sana-sini, saya mendapatkan alamat kantor Mas Lucas.” Hening kembali.

Aku memandang Felly yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Tanpa terasa sesuatu yang basa mengalir di pipiku.

“Beberapa hari yang lalu, Mbak Felly pernah bercerita, bahwa dia sedang jatuh cinta pada seorang pria dan saya menduga, pria itu adalah Mas Lucas.” Aku menatap gadis yang sedang berdiri di sampingku ini. Aku bisa merasakan kesedihan dari pancaran matanya. “Saya berharap, Mba Felly bisa merasakan ke hadiran Mas lucas di sini dan akhirnya memutuskan untuk bangun dari tidurnya.”

I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang