Apa Kabar?

2.5K 249 2
                                    

I am unwritten
Can't read my mind, I'm undefined
I'm just beginning
The pen's in my hand, ending unplanned
Staring at the blank page before you
Open up the dirty window
Let the sun illuminate the words
That you could not find

(Unwritten, Natasha Bedingfield)

----------------------------------------

Aku menghembuskan napas perlahan, berdiri memandang sebuah bangunan cukup mewah berlantai tiga di depanku dengan sedikit bimbang. Aku tidak tahu apa yang aku bimbangkan saat ini setelah semua apa yang kualami. Bukankah berada di sini berarti seharusnya aku telah membuang semua keraguanku?

Ini adalah keputusanku sendiri, pilihanku di antara semua pilihan-pilihan yang telah disediakan kakek untukku. Jadi, kenapa rasanya kakiku berat sekali untuk memasuki bangunan di depanku ini?

Aku kembali menghembuskan napas, berusaha untuk mengurangi beban berat yang rasanya menggumpal di dadaku. Sekali kakiku melangkah memasuki bangunan itu, aku harus meninggalkan semua masa laluku dan memulai hidup yang baru. Memulai menjadi diriku yang baru. Memulai semuanya lagi dari awal. Dan buatku memulai sesuatu dari awal selalu terasa sangat sulit, apalagi dengan kecemasan-kecemasan yang saat ini mulai berseliweran di pikiranku.

Aku mencemaskan masa depan yang sama sekali tidak bisa kutebak ke mana arahnya ini. Keluar dari zona nyamanku selama bertahun-tahun membuatku merasa tidak aman. Atau mungkin sebaiknya aku kembali...

"Yoon Jeonghan?"

Lamunanku segera buyar setelah mendengar namaku dipanggil. Aku menyipitkan mata, memfokuskan pandanganku ke arah pintu masuk bangunan di depanku, dan melihat seorang laki-laki berdiri di tengah pintu sembari memberikan senyum ramahnya padaku.

Aku kembali menarik napas dalam-dalam dan menghembusakannya dengan perlahan, entah untuk yang keberapa kalinya selama aku berdiri di sini. Kugeret koperku dan berjalan menghampirinya, berusaha membalas senyumnya meskipun sebenarnya aku terlalu gugup untuk memberikan senyuman saat ini.

Laki-laki itu terkesip ketika melihatku dari dekat.

Baiklah, aku sudah terbiasa dengan reaksi 'takjub' orang lain ketika melihatku. Kata kakek aku memiliki wajah yang sangat mirip dengan ibu, dan itu artinya aku memiliki wajah yang cantik. Ditambah lagi aku mempunyai rambut panjang lurus di bawah pundak, yang dulu awalnya sengaja kubiarkan memanjang karena malas pergi ke salon untuk memangkasnya. Dan kemudian entah bagaimana rambut panjang ini sudah menjadi kebiasaan buatku. Apalagi ternyata kakek juga suka melihatku berambut panjang yang menurutnya sangat cocok untukku. Menjadikan hal tersebut alasan terbesarku untuk tetap mempertahannya. Mengecewakan kakek adalah hal yang akan selalu kuhindari.

Dengan faktor baik wajah, rambut panjangku, dan tubuhku yang kurus, setiap orang yang melihatku untuk pertama kali biasanya akan langsung menyimpulkan bahwa aku adalah wanita, dan kemudian mereka akan kaget sendiri ketika mengetahui identitasku yang sebenarnya. Secantik apapun pendapat mereka tentang diriku, aku tetaplah seorang laki-laki.

Aku membungkukkan badanku ketika berada tepat di depannya. "Halo, apa kabar?"

"Ah, maaf..." laki-laki di depanku sedikit mengerjap sebelum membalas bungkukan badanku. "Halo, aku Hong Jisoo."

"Yoon Jeonghan," balasku sambil sekali lagi sedikit membungkuk.

"Aku tahu," Hong Jisoo kembali memberikan senyumnya yang terlihat begitu ramah kepadaku, mungkin untuk sedikit mengurangi kecangungan di antara kami. "Kau adalah siswa baru pindahan dari Busan yang akan mulai tinggal di asrama ini. Kau pindahan dari Yuseong Art University 'kan?"

Bunga Iris dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang