Part 13

8.4K 263 5
                                    

Ria mengecek penampilannya di cermin untuk entah yang keberapa kalinya. Hari ini hari pernikahan Rian dan Maria. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Ria memutuskan untuk datang. Harapan Ria hanya satu, tidak bertemu dengannya lagi.

Sebenarnya Ria pergi ke pesta ini karena terpaksa. Satu, dipaksa oleh Rian. Dua, dipaksa oleh Gerald. Ketiga, Zhes ngerengek minta ketemu opa omanya. Ria udah sabar-sabar saja.

"Vino, Vina, udah siap belum?" tanya Ria. "Udah!" jawab Vina. Vina turun dengan anggun. Dress panjang berwarna hitam dengan bagian mengembang dibagian bawahnya. Dress tersebut dirancang semuda mungkin dan seceria mungkin dengan ditambah aksen berwarna emas.

Vino tampak rapih dengan tuxedonya. Tuxedo hitam, kemeja putih, serta dasi hitam pula. Ria? Jangan ditanya lagi. Strapless maxi dress ombre dengan warna hitam di bagian atas, serta putih di bagian bawahnya.

Satu hal yang terpenting. Dress yang digunakan Vina dan Ria, semua asli rancangan Ria.

Ria dan Zhes menaiki taksi dan langsung meluncur ke tempat resepsi.

Sesampainya ditempat resepsi, semua terkesan megah. Ria tersenyum pada semua tamu yang datang. Banyak komentar yang diberikan orang-orang itu. Dari "bajunya cantik yah" , "kamu kurusan" , sampai "baju Maria bagus yah".. Semua tiada hentinya.

Ria memandang Rian dan Maria yang berada di atas panggung itu. Ria mengingat kenangan masa lalunya saat menjadi raja dan ratu dalam satu hari itu.

Ria mengajak Zhes untuk menaiki panggung. "Ya ampun, kak! Anak lo lucu-lucu banget sih!" kata Rian sambil memeluk Zhes gemas. Maria hanya bisa tertawa dan mengelus kepala dua anak kecil itu.

"Itu tamu udah pada ngantri," kata Rian hanya nyengir lalu melepas pelukannya. "Meet you down there!" kata Ria lalu ia menuruni panggung. Ria mempertemukan Zhes dengan opa dan omanya.

"Halo, pa, ma," sapa Ria sambil memeluk kedua orang tuanya itu. "Ria, mama kangen banget tahu sama kamu! 6 tahun gak pulang-pulang. Lebih parah dari bang toyib nak," kata Nita sambil memeluk Ria lebih erat.

"Kan Ria sibuk, ma di Paris," jawab Ria sambil membalas pelukan Nita. "Tau deh yang udah jadi designer di Paris," kata Robert. RIa hanya tertawa. "Ma, pa, Ria kenalin. Buat yang pertama kalinya, ini Zhevino dan Zhevina," kata Ria.

"Ih! Cucu mama lucu banget!!" kata Nita sambil memeluk Zhes. "Jadi ini jagoan opa yang suka diceritain sama Ria?" tanya Robert sambil menggendong Vino.

"Pa, hati-hati! Vino berat loh!" ingat Ria. Robert terkekeh lalu menurunkan Vino. "Jadi ini anak kamu sama..." Nita sengaja menggantung kalimatnya, takut Ria tersakiti lagi. Ria mengangguk lalu tersenyum. "Tapi sekarang, dia anak aku aja," jawab Ria.

"Mom, Vino boleh makan ice cream yah!" pinta Vino. "Vina juga mom! Vina belum makan ice cream minggu ini! Vino juga belum!" pinta Vina. Ria tersenyum. Zhes memang hanya dibolehkan makan ice cream satu minggu sekali.

"Homework? Test?" tanya Ria. "100, mom," jawab Zhes berbarengan. Ria tersenyum. "Ya sudah, sana. Hati-hati yah," kata Ria. Zhes langsung berlari mencari pos ice cream.

"Ayo kita adu lari. Satu, dua, tiga!" Vino berteriak lalu lari meninggalkan Vina. Vina berusaha mengejar Vino yang unggul dihadapannya. "Aduh!" Vina menabrak tubuh seseorang. Pria tepatnya. "Kamu gak apa-apa?" tanya pria itu."Eh, gak apa-apa, om!" kata Vina. "Maafin Vina yah!" ucapnya.

"Yeay! Aku menang!" teriak Vino lalu ia menengok ke belakang. Tidak ada saudara kembarnya. Tidak ada Vina. "Vina! Ayo jangan main-main!" kata Vino. Vina tidak kunjung terlihat. Vino sudah mulai panik. 

"Vina!" Vino berteriak sekencang mungkin. Beberapa orang langsung menengok ke arah Vino, tapi Vino tidak perduli. Vino memejamkan matanya, berusaha menebak dimana letak Vina. Well, sejak dulu, entah kenapa, Vino dan Vina mempunyai sesuatu yang aneh. Contohnya, mereka bisa mengetahui tempat satu sama lain, entah gimana caranya. 

Marrying The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang