/1/ Words Don't Come Easy

9.6K 668 124
                                    


Words Don't Come Easy

putus

/pu·tus/ v 1 tidak berhubungan (bersambung) lagi (karena terpotong dan sebagainya): 2 tidak ada hubungan lagi; berpisah (tentang hubungan persahabatan, jalinan cinta, dan sebagainya)

&

Sulit bagi Rani adalah mempertahankan apa yang dia punya dengan kekasihnya. Ibarat daun kering, tinggal menunggu waktu bagi Rani dan Johan – pacarnya – untuk berpisah. Selalu begitu, mereka berlari menjauh untuk kemudian menyadari membutuhka satu sama lain, lalu bersama kembali hanya untuk kembali menyadari bahwa mereka terlalu berbeda untuk bersatu.

Rani dengan dunia imajinasinya melanglangbuana bahkan hingga ke batas horison yang tidak bisa disentuh oleh Johan. Berkali-kali Johan mencoba, namun selalu saja ada satu dunia milik Rani yang tidak dia mengerti.

Contohnya seperti pagi itu, ketika Johan menjemput Rani untuk berangkat ke kantor barunya di hari pertama Rani bekerja. Rani asyik membicarakan tentang epistemologi Charles Sanders Pierce yang menguraikan benang kusut penelitian matematika serta pengetahuan alam dengan hubungannya terhadap ekonomi dan sosial. Johan tidak mengerti, namun mendengarkan.

"Karena kalau menarik kesimpulan si Pierce pada dasarnya ekonomi adalah sebuah gejala yang penting untuk alam dan penelitian terhadapnya sama pentingnya dengan penelitian sains ..." Rani masih asyik bicara sementara pikiran Johan sudah tidak tahu lari ke mana.

Kalau sudah begini, biasanya Johan malah akan menanggapi dengan teori-teori mekanika kuantum atau nanoteknologi yang sama sekali berbeda dengan logika filsuf Rani. Misalnya saja begini, "Iya, Ran. Kayak QED* yang kata kamu nggak jelas itu padahal dengan gamblang menunjukan kebenaran relativitas khusus Einstein bahkan akhirnya bisa membuat manusia menghitung tingkat-tingkat energi Hidrogen. Kamu balik lagi bilang ekonomi dan sains saling bergantung? Coba datangin aku lagi nanti kalau anomali elektron sudah bisa ketemu dengan anomali harga obligasi di pasar modal."

Rani akan merengut seharian setelahnya. Johan akan merajuknya dengan ajakan ke periplus, gramedia, kinokuniya, atau toko buku lain. Kemudian mereka akan melupakan roaming pembicaraan yang pernah terjadi.

Mereka berdua seperti angka delapan yang tidak ada ujungnya. Berputar-putar terus tanpa tahu ada di mana titik berhenti mereka. Ketika salah satu akhirnya memutuskan berhenti, mereka jadi bertabrakan. Rusak. Ringsek.

"Berapa kali ya kita putus nyambung, Han?" Rani terduduk di atas kap mobil jeep Johan memandang langit hitam tidak berbintang di atas kepalanya. Tidak romantis sama sekali.

"Nggak tahu ..." Johan menjawab acuh tak acuh.

Rani tertawa getir, "Kalau aku minta putus sekarang, kayaknya kita gak bakal balik lagi ..."

"Kamu capek?"

"Siapa yang nggak capek, sih? Kamu ngomongin Einstein, aku ngomongin Maslow. Aku pusing mikirin supply chain, kamu asyik dengan elektron-elektron itu. Ada banyak hal yang kadang nggak berada pada posisinya dan itu bikin aku bingung."

Johan menatap perempuan di sampingnya. Dia mencintai perempuan itu tentu saja. Sayangnya ada beberapa perkataan yang tidak bisa keluar dengan mudahnya. 'Aku cinta kamu' bukan hal yang mudah untuk mereka berdua karena artinya terlalu besar. Johan dan Rani memang saling mencintai tanpa perlu merasa saling mengutarakannya.

Rani kini melempar pandangannya pada Johan. Dia tidak suka dengan cara Johan menatapnya detik ini. Seperti Rani jauh ada di titik maya sementara Johan berdiri di balik sumbu api.

Sulit mengutarakan pada Johan bahwa dia mencintai laki-laki itu, namun membencinya di saat yang sama. Bukan benci karena laki-laki ini bukan orang baik, namun benci karena pada kenyataanya mereka tidak akan pernah saling melengkapi satu sama lain.

"Jadi kamu mau putus?" adalah hal yang akhirnya keluar dari bibir Johan.

"Aku mau ngelepas kamu untuk yang lebih baik sekaligus ngelepas diriku sendiri buat orang yang lebih sesuai..."

"Mudah ya?"

"Lebih mudah bilang putus daripada bilang cinta ya?"

Mereka saling berpengertian lalu tertawa. Terkadang menertawakan kebodohan diri sendiri itu lebih baik daripada meratapinya. Malam tanpa bintang, rindu tanpa dendam, berpisah tanpa saling menghancurkan.

&

*QED : dalam bahasa Indonesia disebut elektrodinamika kuantum, yaitu teori medan kuantum relativistik tentang elektrodinamika. Teori ini menjelaskan bagaimana cahaya dan materi berinteraksi.

2016 . 02

DUA - Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang